Search This Blog

Sunday, July 14, 2013

GUNUNG BERAPI II (ERUPSI)

GUNUNG BERAPI II (ERUPSI)


Gunung berapi atau gunung api dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat dia meletus.
Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (“Pacific Ring of Fire“). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik (teori tektonik lempeng).

Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin bertukar menjadi separuh aktif, menjadi padam, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu menjadi padam dalam waktu 600 tahun sebelum bertukar menjadi aktif semula. Oleh itu, sukar untuk menentukan keadaan sebenarnya sesuatu gunung berapi itu, apakah sesebuah gunung berapi itu berada dalam keadaan padam atau telah mati. Letusan gunung berapi dapat berakibat buruk terhadap margasatwa lokal, dan juga manusia.
Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kemusnahan oleh gunung berapi disebabkan melalui pelbagai cara seperti berikut:
  • Aliran lava.
  • Letusan gunung berapi.
  • Aliran lumpur.
  • Abu.
  • Kebakaran hutan.
  • Gas beracun.
  • Gelombang tsunami.
  • Gempa bumi.
Bentuk Gunung Api
Menurut bentuknya gunung api digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu
a. Gunung api perisai, yaitu gunung api yang bentuknya seperti perisai atau tameng. Gunung api ini lerengnya sangat landai. Contoh: G. Maona Loa di Hawaii. Erupsi yang dimikian disebut erupsi efusif.

b. Gunung api strato, yaitu gunung api yang berbentuk seperti kerucut. Gunung semacam ini makin lama akan makin bertambah tinggi. Pada umumnya gunung api di Indonesia termasuk jenis gunung api strato.

c. Gunung api maar, yaitu gunung api yang lubang kepundan berbentuk corong. Contoh: Gunung Paricutin di Meksiko, Gunung Rinjani di Nusa Tenggara. Bila dasar dan dinding corong kepundan tak dapat ditembus air maka akan terbentuk danau kawah, seperti pada G. Rinjani.

Tipe-tipe gunung berapi
Stratovolcano seperti kerucut dengan sisi yang curam. Tipe gunung api ini terbentuk pada letusan besar yang terdiri dari aliran lava, tefra, dan aliran piroklastik. Letusan besar terjadi karena komposisi magma yang sangat kental. Magma rhyolitic yang kaya dengan silika terdistribusi pada daerah lempeng benua terutama pada zona subduksi. Pada saat pembentukan gunung api ini berdasarkan berada di daerah lempeng benua.

Cinder cone merupakan bukit berbentuk kerucut yang curam terbentuk di atas ventilasi magma. Cinder cone biasanya terbentuk oleh letusan sejenis Strombolian. Cinder cone dibangun dari lava fragmen-fragmen yang disebut abu vulkanik. Tipe gunung api ini jarang memiliki tinggi hingga 250m.

Shield volcano merupakan jenis gunung api terbesar di dunia. Tipe ini terbentuk dari aliran lava basalt dan memiliki kemiringan yang landai. Gunung api ini tidak menghasilkan letusan yang besar karena magma yang dikeluarkan memiliki sifat encer. Magma basalt dengan viskositas rendah ini biasa muncul di daerah hotspot tengah samudera dan daerah batas lempeng divergen. Tipe gunung api ini lebih sering muncul di tengah samudera

Mud volcano merupakan jenis gunung api terkecil di dunia. Tipe ini hanya memiliki tinggi 2-3 meter. Gunung api ini terbentuk dari campuran air (panas) dan sedimen yang berasal dari erupsi gunung api besar disekitarnya. Suhu pada pembentukan tipe gunung api ini lebih rendah. Material yang dikeluarkan seperti bubur halus dalam cairan seperti air dan hidrokarbon cair.

Lava dome terbentuk karena pendinginan lava kental yang keluar dari ventilasi gunung api. Lava kental ini mengalir dengan perlahan, jadi lava lebih cepat membeku dengan perpindahan dalam jarak yang pendek dari sumber letusan. Lava-lava yang telah membeku membentuk tumpukan seperti kubah kecil.

Caldera merupakan sebuah kawasan runtuhnya gunung api. Sebuah keruntuhan dipicu oleh pengosongan magma di bawah gunung berapi, biasanya sebagai hasil dari letusan besar gunung api.  Keruntuhan ini dapat terjadi pada saat letusan dahsyat atau pun letusan yang bertahap dari serangkaian letusan. Reruntuhan tersebut akan menutupi jalur magma sebelumnya, sehingga magma akan mencari jalur baru dan biasanya fracture-fracture yang mengarah ke lingkaran pinggiran reruntuhan (caldera) tersebut. Sehingga muncul ventilasi vulkanik sekunder di sekeliling caldera.

Volcanic fissure vent merupakan tempat keluar lava yang melalui retakan-retakan yang diterobos oleh lava. Tipe vulkano ini tidak memiliki kawah utama sama sekali. Lava yang keluar merupakan lava yang sangat cair sehingga menyebar jauh dan luas.

Mengenal Level-level Letusan gunung berapi
Level 0
pada level ini disebut dengan level hawaiian. Sebuah letusan Hawaii adalah jenis letusan gunung berapi di mana lava dari lubang dalam ledakan lembut relatif, tingkat rendah, disebut demikian karena itu adalah karakteristik dari gunung berapi Hawaii. Biasanya mereka adalah letusan efusif, magma basaltik dengan viskositas rendah, kandungan gas rendah, dan suhu tinggi pada lubang angin.
Dengan ejecta volume < 10,000 m³ dan plume < 100 m. contoh gunung yang pernah meletus dengan Level ini adalah Gunung Kīlauea di Hawaii

Level 1
Level ini disebut dengan level strombolian. Letusan strombolian relatif rendah tingkat letusan gunung berapi, dinamai setelah gunung berapi Stromboli Italia, di mana letusan tersebut terdiri dari pengusiran cinder pijar, lapili dan bom lava ke ketinggian puluhan hingga ratusan meter. Mereka kecil dan menengah dalam volume, dengan kekerasan sporadis, dengan ejecta volume > 10,000 m³ dan plume 100–1000 m.
Contoh gunung dengan letusan level ini adalah Gunung Stromboli di Italia

Level 2
Level ini disebut dengan level vulcanian.istilah ini pertama kali digunakan oleh Giuseppe Mercalli, menyaksikan 1888-1890 letusan di Pulau Vulcano. Deskripsi tentang gaya letusan sekarang digunakan di seluruh dunia untuk letusan ditandai oleh awan tebal abu-sarat gas yang meledak dari kawah dan naik tinggi di atas puncak.ejecta volumenya > 1,000,000 m³ dan plume 1-5 km. gunung yang pernah meletus dengan level ini Gunung Sinabung di Indonesia.

Level 3
level ini disebut pelean. Letusan Peléan adalah jenis letusan gunung berapi. Mereka dapat terjadi ketika magma kental, biasanya tipe rhyolitic atau andesit, terlibat, dan berbagi beberapa kesamaan dengan letusan Vulcanian. Karakteristik yang paling penting dari sebuah letusan Peléan adalah adanya longsoran bersinar abu vulkanik panas, aliran piroklastik. Pembentukan kubah lava adalah fitur lain yang khas. Arus pendek abu atau penciptaan kerucut batu apung dapat diamati juga.dengan ejecta volume > 10,000,000 m³ dan plume 3–15 km.contoh gunungnya adalah Gunung Soufrière Hills di Monsteratt kepulauan Karibia.
Level 4
level ini mirip dengan level 3 dan letusan level 5.ejecta volumenya > 0.1 km³ dan plume 10-25 Km.
contoh Gunung yang meletus pada level ini adalah Gunung Eyjafjallajökull di Islandia

LEVEL 5
Letusan Plinian, juga dikenal sebagai ‘letusan Vesuvian’, letusan gunung berapi yang ditandai oleh kesamaan mereka untuk letusan Gunung Vesuvius di AD 79 ( seperti yang dijelaskan dalam surat yang ditulis oleh Plinius Muda, dan yang membunuh pamannya Pliny the Elder ). Letusan Plinian yang ditandai dengan kolom gas dan abu vulkanik memperluas tinggi ke stratosfer, lapisan atmosfer tinggi. Karakteristik kunci pengusiran sejumlah besar batu apung dan sangat kuat letusan ledakan gas terus menerus. Ejecta volumenya > 1 km³ dan plume 20 – 35 km. Contoh Gunung yang meletus pada level ini:

Mount Vesuvius di Italia erupsi terakhir terjadi pada 1944. Erupsi besar terjadi pada 79 SM yang menyebabkan perubahan bentuk gunung.
Mount St. Helens di Amerika Serikat erupsi terakhir pada 1980 menewaskan 81 orang.
LEVEL 6
Level ini berada seperti di antara Level 5 dan level 7. Dengan ejecta volume > 10 km³ dan plume > 30 km. Contoh Gunung yang meletus pada level ini:

Gunung Krakatau
Gunung Pinatubo di Filipina
LEVEL 7 ( LEVEL ULTRA – PLINIAN )
Menurut Volcanic Explosivity Index Smithsonian Institution, sebuah VEI 6 sampai 7 diklasifikasikan sebagai “Ultra Plinian.” Mereka didefinisikan oleh bulu abu lebih dari 25 km ( 16 mil ) tinggi dan volume bahan meletus 10 km3 ( 2 mil kubik ) untuk 1.000 km3 ( 200 cu mil ) dalam ukuran. Contoh Gunung yang meletus pada level ini:

Gunung Tambora di Indonesia meletus dahsyat pada 1815.
LEVEL 8 ( LEVEL SUPERVOLCANIC )
Contoh gunung yang pernah meletus level ini:

Letusan skala penuh terakhir dari supervolcano Yellowstone, Creek Lava letusan yang terjadi hampir 640.000 tahun yang lalu, memuntahkan sekitar 240 kilometer kubik ( 1.000 km3 ) dari batu dan debu ke langit.
Letusan Toba ( peristiwa Toba ) terjadi pada atau yang sekarang Danau Toba sekitar 67.500 sampai 75.500 tahun yang lalu.
Letusan Toba adalah yang terakhir dari serangkaian setidaknya tiga letusan pembentukan kaldera yang terjadi di gunung berapi, dengan kaldera yang terbentuk sebelumnya sekitar 700.000 dan 840.000 tahun yang lalu. letusan terakhir memiliki Explosivity Index diperkirakan vulkanik 8 ( digambarkan sebagai “mega – kolosal” ), sehingga kemungkinan letusan gunung berapi terbesar ledakan dalam 25 juta tahun terakhir.
 Tipe Letusan Gunung Berapi
Berdasarkan kekentalan magma, tekanan gas, kedalaman dapur magma, dan material yang dikeluarkannya, letusan gunung api dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu:

Letusan Tipe Hawaii

Tipe hawaii terjadi karena lava yang keluar dari kawah sangat cair, sehingga mudah mengalir ke segala arah. Sifat lava yang sangat cair ini menghasilkan bentuk seperti perisai atau tameng. Contoh: Gunung Maona Loa, Maona Kea, dan Kilauea di Hawaii.

Letusan Tipe Stromboli

Letusan tipe ini bersifat spesifik, yaitu letusan-letusannya terjadi dengan interval atau tenggang waktu yang hampir sama. Gunung api stromboli di Kepulauan Lipari tenggang waktu letusannya ± 12 menit. Jadi, setiap ±12 menit terjadi letusan yang memuntahkan material, bom, lapili, dan abu. Contoh gunung api bertipe stromboli adalah Gunung Vesuvius (Italia) dan Gunung Raung (Jawa).

Letusan Tipe Vulkano

Letusan tipe ini mengeluarkan material padat, seperti bom, abu, lapili, serta bahan-bahan padat dan cair atau lava. Letusan tipe ini didasarkan atas kekuatan erupsi dan kedalaman dapur magmanya. Contoh: Gunung Vesuvius dan Etna di Italia, serta Gunung Semeru di Jawa Timur.

Letusan Tipe Merapi

Letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat mulut kawah. Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat dan memecahkan sumbatan lava. Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke atas dan akhirnya terlempar keluar. Material ini menuruni lereng gunung sebagai ladu atau gloedlawine. Selain itu, terjadi pula awan panas (gloedwolk) atau sering disebut wedhus gembel. Letusan tipe merapi sangat berbahaya bagi penduduk di sekitarnya.

Letusan Tipe Perret atau Plinian

Letusan tipe ini sangat berbahaya dan sangat merusak lingkungan. Material yang dilemparkan pada letusan tipe ini mencapai ketinggian sekitar 80 km. Letusan tipe ini dapat melemparkan kepundan atau membobol puncak gunung, sehingga dinding kawah melorot. Contoh: Gunung Krakatau yang meletus pada tahun 1883 dan St. Helens yang meletus pada tanggal 18 Mei 1980.

Letusan Tipe Pelee

Letusan tipe ini biasa terjadi jika terdapat penyumbatan kawah di puncak gunung api yang bentuknya seperti jarum, sehingga menyebabkan tekanan gas menjadi bertambah besar. Apabila penyumbatan kawah tidak kuat, gunung tersebut meletus.

Letusan Tipe Sint Vincent

Letusan tipe ini menyebabkan air danau kawah akan tumpah bersama lava. Letusan ini mengakibatkan daerah di sekitar gunung tersebut akan diterjang lahar panas yang sangat berbahaya. Contoh: Gunung Kelud yang meletus pada tahun 1919 dan Gunung Sint Vincent yang meletus pada tahun 1902.

Material hasil erupsi
Pada waktu gunung api meletus, material yang dikeluarkan terdiri atas tiga jenis. Ketiga jenis itu adalah material padat, material cair (lava cair) dan gas. Material padat yang disebut piroklastika, dan dibedakan menjadi:
a. batu-batu besar disebut bom,
b. batu-batu kecil disebut lapili,
c. kerikil dan pasir,
d. debu atau abu vulkanis.
Gas-gas yang dikeluarkan oleh gunung api disebut ekshalasi. Gas-gas tersebut dapat berujud asam sulfida (H2S), asam sulfat (H2SO4), carbon dioksida (CO2), klorida (CL), uap air (H2O) dan sulfida (HCL). Letusan gunung api yang sangat dahsyat dapat menghancurkan puncak gunung, sehingga terbentuk kawah yang sangat luas dan berdinding terjal yang disebut kaldera. Contohnya adalah : Kaldera Tengger (lebarnya 8 km), kaldera Ijen (lebarnya 11 km) , Kaldera Iyang (17 km), kaldera Tambora (lebarnya 6 km), dan kaldera Batur (lebarnya 10 km).
Gunung api yang akan meletus biasanya mengeluarkan tanda-tanda alami sebagai berikut:
a. suhu di sekitar kawah naik;
b. banyak sumber air di sekitar gunung itu mengering;
c. sering terjadi gempa (vulkanik);
d. sering terdengar suara gemuruh dari dalam gunung;
e. banyak binatang yang menuruni lereng. Beberapa jenis hewan mampu menangkap tanda-tanda alami bahwa gunung yang ditempatinya akan meletus. Jenis hewan itu antara lain monyet, kelelawar dan harimau.
Klasifikasi gunung berapi di Indonesia
Kalangan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi ke dalam tiga tipe berdasarkan catatan sejarah letusan/erupsinya.
  • Gunung api Tipe A : tercatat pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.
  • Gunung api Tipe B : sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatik namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara.
  • Gunung api Tipe C : sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah.

Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia
Status
Makna
Tindakan
AWAS
  • Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana
  • Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap
  • Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam
  • Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan
  • Koordinasi dilakukan secara harian
  • Piket penuh
SIAGA
  • · Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana
  • · Peningkatan intensif kegiatan seismik
  • · Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana
  • · Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu
  • Sosialisasi di wilayah terancam
  • Penyiapan sarana darurat
  • Koordinasi harian
  • Piket penuh
WASPADA
  • · Ada aktivitas apa pun bentuknya
  • · Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal
  • · Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya
  • · Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal
  • Penyuluhan/sosialisasi
  • Penilaian bahaya
  • Pengecekan sarana
  • Pelaksanaan piket terbatas
NORMAL
  • Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
  • Level aktivitas dasar
  • Pengamatan rutin
  • Survei dan penyelidikan
  • Pengamatan rutin
  • Survei dan penyelidikan
About these ads

No comments: