Search This Blog

Sunday, July 7, 2013

Setelah Enam Hari, Gubernur Tetapkan Status Gempa Gayo


 Setelah Enam Hari, Gubernur Tetapkan Status Gempa Gayo

Setelah Enam Hari, Gubernur Tetapkan Status Gempa Gayo

Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah.(LGco-andinova)
Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah.(LGco-andinova)

Banda Aceh-LintasGayo: Setelah enam hari pascagempa Gayo, akhirnya Gubernur Aceh dr H Zaini Abdullah Minggu sore (7/7/2013), sesuai janjinya, bertempat di Pendapo Gubernur Aceh menetapkan dan mengumumkan kepada publik bencana gempa Gayo sebagai status tanggap darurat skala Provinsi Aceh.
Penetapan itu tertuang dalam Keputuisan Gubernur Aceh No 360/571/2013 tanggal 3 Juli 2013 tentang Penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Tektonik Bener Meriah dan Aceh Tengah di Provinsi Aceh.
Gubernur dalam konferensi pers dan dihadiri Sekda T Setia Budi dan jajaran SKPA itu mengumumkan darurat bencana tanah Gayo akibat gempa bumi berskala 6,2 SR itu selama 14 hari terhitung 3 – 16 Juli 2013.
Kepala SKPA diinstruksikan Gubernur untuk terus komit, fokus, memiliki pemetaan akurat tentang dampak bencana, dan serius merespons bencana Gayo. Masing masing SKPA mesti mengambil peran untuk mengatarkan tanah dan masyarakat Gayo kembali kepada kondisi normal.(ghassa)

Presiden: Cari (Korban Gempa Aceh) sampai Ketemu

Jumat, 5 Juli 2013

News

Presiden: Cari (Korban Gempa Aceh) sampai Ketemu

  • Penulis :
  • Sandro Gatra
  • Jumat, 5 Juli 2013 | 23:18 WIB
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono | KOMPAS/RIZA FATHONI
JAKARTA, KOMPAS.com —Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan kepada jajaran pemerintah di Aceh untuk serius menangani gempa di Aceh Tengah. Secara khusus, Presiden menginstruksikan mencari seluruh korban yang hilang. "Cari sampai ketemu," kata Presiden saat telekonferensi dengan jajaran pemerintah di Aceh, Jumat (5/7/2013) malam. Telekonferensi dilakukan SBY dari Istana Bogor, Jawa Barat. Selain soal gempa di Aceh, SBY juga meminta laporan penanganan kebakaran di Riau.
Instruksi itu diberikan SBY setelah mendengar laporan adanya delapan orang hilang. Delapan orang itu diduga tertimpa reruntuhan rumah yang ambles lantaran berada di daerah perbukitan. Pencarian dilakukan dengan alat berat di titik-titik longsor.
Dari laporan lain, ada 35 orang tewas dengan rincian 26 orang tewas di Aceh Tengah dan 9 di Bener Meriah. Sebanyak 275 orang luka-luka. Mereka dirawat di RSUD, RS swasta, dan puskesmas di Aceh. Gempa juga mengakibatkan 4.300 rumah dan 83 bangunan fasilitas umum rusak. Sebanyak 3.200 keluarga mengungsi.
Untuk penanganan gempa, sebanyak 900 personel TNI dan 350 anggota Polri dibantu berbagai unsur lain telah diterjunkan ke lapangan. Sebanyak 40 ton logistik dan peralatan juga sudah dikirim ke Aceh. Terkait anggaran, sebesar Rp 40 miliar dialokasikan selama tanggap darurat sampai 17 Juli. Ada juga dana siap pakai dari beberapa kementerian sebesar Rp 500 juta.
Untuk makanan, cukup, cuma perlu ditambah untuk gizi (korban gempa) karena semakin hari dengan kondisi yang serba kekurangan, mereka butuh vitamin untuk menghadapi cuaca, terutama malam hari. Demikian kata pejabat setempat.
Kunjungan ke lokasi
Presiden merasa perlu datang ke lokasi gempa. Supaya tidak mengganggu proses evakuasi maupun penanganan korban, Presiden menanyakan kapan dirinya bisa datang. "Yang paling baik kapan saya ke sana?" tanya Presiden.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif mengatakan, diperkirakan berbagai pihak masih sibuk hingga akhir pekan ini. Kesibukan mereka di antaranya memulihkan jaringan listrik. Syamsul menyarankan SBY datang awal pekan depan.
"Insya Allah hari Senin saya bermalam di sana (Aceh). Hari Selasa kembali (ke Jakarta)," kata Presiden.
Editor : Heru Margianto
Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:
Gempa Aceh

Korban Gempa Aceh Bertambah, 40 Orang Tewas

Korban Gempa Aceh Bertambah, 40 Orang Tewas

Korban Gempa Aceh Bertambah, 40 Orang Tewas
Warga mengevakuasi barang-barang yang dapat diselamatkan dari reruntuhan rumahnya di Bener Meriah, Aceh (3/7). Tentara, polisi dan relawan dikerahkan untuk membantu evakuasi korban gempa. (AP Photo/Binsar Bakkara)
TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah korban dan kerusakan akibat gempa berskala 6,2 skala Richter di Aceh terus bertambah. Hingga Ahad, 7 Juli 2013, tercatat 40 orang meninggal, sementara 63 orang luka berat dan masih dirawat di sejumlah rumah sakit.

Sedikitnya 2.362 orang sedang menjalani rawat jalan. Sedangkan jumlah pengungsi mencapai 22.125 orang. Kerusakan rumah mencapai 15.919 unit. Sedangkan 623 unit bangunan fasilitas umum mengalami kerusakan.

Jumlah korban gempa ini terus berlipat. Awalnya, 118 orang yang dirawat karena luka berat. Terdapat 19.870 orang mengungsi yang tersebar di 70 titik. Total rumah yang rusak ada 13.862 unit--5.516 rusak berat, 2.750 rusak sedang, dan 5.596 rusak ringan.

Hingga kini pencarian korban masih dilakukan. "Penyelamatan dan pencarian korban dengan mengerahkan lebih dari 2.000 personel," kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Ahad, 7 Juli 2013.

Menurut Sutopo, jumlah korban di Aceh Tengah terus bertambah karena dampak bencananya lebih parah ketimbang di Bener Meriah. Di Aceh Tengah, 232 desa dari 352 desa yang ada terdampak langsung gempa. Tiga puluh satu orang meninggal dunia dan empat orang hilang.

Sedangkan di Kabupaten Bener Meriah, sebanyak delapan desa dari 233 desa yang terdampak langsung oleh gempa. Sebanyak sembilan orang meninggal, sementara 23 orang luka berat masih dirawat. Lima di antaranya dirawat di Rumah Sakit Palang Merah Indonesia Lhokseumawe dan tiga lainnya dirawat di Rumah Sakit Umum Banda Aceh.

FEBRIANA FIRDAUS

Pengungsi Gempa Aceh Keluhkan Air Bersih


Pengungsi Gempa Aceh Keluhkan Air Bersih

Pengungsi Gempa Aceh Keluhkan Air Bersih
Dua anggota TNI AD melawan arus sungai saat dalam pencarian sejumlah korban bencana gempa bumi di Serempah, Aceh, (5/7). Gempa aceh ini terjadi pada (2/7) dan hingga kini korban meninggal terus bertambah. (AP Photo/Binsar Bakkara)
TEMPO.CO, Bener Meriah - Ribuan korban selamat dari gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) yang mengungsi di sejumlah lokasi di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah mengeluh karena tidak adanya ketersediaan air bersih. Mereka terpaksa mengambil sendiri air sungai yang sangat jauh walau tidak terjamin kebersihannya untuk dikonsumsi.

Yusuf, Sekretaris Desa Blang Paku, desa Empus Segene, kecamatan Weh Pesam, Kabupaten Bener Meriah mengatakan, 283 kepala keluarga dan 1.022 jiwa di empat dusun di desa itu mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.

"Akhirnya kami secara bergiliran mengambil air dari sungai kecil, walaupun belum tentu bersih. Itulah yang kami minum," katanya. Di wilayah tersebut, kata Yusuf, sebanyak 141 rumah warga dan dua fasilitas umum rusak parah.

Kekurangan air bersih juga dirasakan oleh pengungsi gempa di desa Timanga Rasa, kecamatan Kute Panang, Aceh Tengah. Pengungsi yang jumlahnya 330 jiwa dari 97 kepala keluarga, sangat sulit mendapatkan air bersih baik untuk kebutuhan memasak maupun mencuci. Hanya ada satu bak air milik warga untuk digunakan tiga ratusan warga lain.

BPBD Aceh Tengah yang coba dikonfirmasi tentang hal ini mengarahkan ke lead sektor masalah air bersih, Tempo kembali menghubungi lead sektor air bersih, namun tidak ada jawaban yang jelas. Dia hanya menyebutkan ada 14 mobil tangki untuk memasok air ke pengungsian. Namun truk tangki tersebut bukan dari Aceh Tengah saja, juga termasuk dari kabupaten Bener Meriah.

Gempa berkekuatan 6,2 SR. yang berpusat di daratan, berada 35 km barat daya Bener Meriah atau 50 km barat laut Aceh Tengah. Gempa dirasakan selama kurang lebih 15 detik. Gempa ini termasuk dalam gempa berkategori kuat, yang dapat menyebabkan bangunan mengalami kerusakan ringan hingga berat.

IMRAN MA