Search This Blog

Friday, May 3, 2013

Adu Jago Agama

Adu Jago Agama

Monday, 14 February 2011 14:15 | Bebas | 0 Comment | Read 908 Times
Tanbihun.com – Waktu aku berusia kelas tiga sekolah dasar, aku senang sekali bermain dengan binatang. Aku punya banyak binatang peliaraan: Kucing, ikan, ayam, dan tupai. Dan biasanya aku beri nama. Ada yang biasa disebut dengan Tuo, karena kucing ini umurnya sudah sampai dua puluh tahun, berkali-kali tertabrak mobil, tetapi tetap saja ia kembali sehat. Hanya Allah yang tahu, kalau kaki kucing tuo pernah patah tetapi tanpa dibawa ke tukang sangkal putung bisa jalan kembali, memang ajaib. Ada beberapa kucingku yang dipanggil anggota keluargaku dengan enggeng-enggeng. Kucing satu ini walau doyan sama susu indomilk, dan sering tak kasih susu yang tak taruh di lemper. Tapi tetap saja dia masih kurus, hingga jalannya enggeng-enggeng.
Ayam jagoku yang kecil, tetapi pemberani ku juluki dengan wareng maksudnya singkatan dari ‘wani kerengan’ (berani bertarung). Hingga aku sampai sekarang masih saja oleh teman-teman sekolah dasarku juga dijuluki sebagai wareng.
Aku suka kucing karena rumahku tak pernah bisa tanpa kucing. Setiap kucing yang kami pindah ke tempat lain, pasti otomatis ada kucing lain yang datang ke rumah lagi dan entah dari mana. Malah kucing tuo sudah ku pindah sampai beberapa kilometer, tetapi dalam beberapa hari saja ia bisa kembali kerumah. Kata orang tua sih kucing akan kerasan singgah di rumah-rumah tua. Memang rumah yang ku tempati hingga sekarang adalah joglo, dan sudah berusia ratusan tahun.
Ayam menjadi kegemaranku, bukan karena saya sahabatnya ipin-upin, tetapi karena memang nenekku peternak ayam kampung. Ingat !!! bukan ayam kampus. Dulu ayamnya hingga dua kodi. Tiap pagi aku mengambili telur yang berada di bawah pohon pisang, dan kebanyakan di kandang ayam (pranji).
Binatang berkokok ini pula yang selalu menemani saat aku berak di kebun. Si ayam jalilah yang menghabiskan tinjaku. Ia setia menemaniku makan di pekarangan belakang rumah, unggas ini menanti setiap lemparan sisa makanan dariku. Ia selalu ingin kebagian makananku. Herannya lagi, aku lebih senang melihat ayam jago berkelahi, walau setelah itu aku merasa kasihan kepada ayam yang terluka. Biasanya ayam yang baru kelahi wajahnya memar berwarna merah kecoklatan. Sampai-sampai matanya bisa tak melihat lagi, kecongkel jalu jago lawan.
Tiap hari aku kasih makan ayam, ku latih berkelahi dengan cara menendang-nendangnya. Kemudian ayam itu berani dengan tendangan kakiku, hingga kakiku selalu disambut dengan terjangan cakar kakinya. Bahkan setiap kedatanganku akan disambut dengan gaya khas ayam jago yang sedang menantang lawan kelahinya. Dengan sayap megar ke bawah, dan tubuhnya miring berputar. Gaya mukadimah kelahinya mirip ikan cupang.
Aku mulai membanding-bandingkan ayam jagoku dengan ayam jago teman, tetangga. Mana yang bagus dan mana yang tidak. Aku cari tahu kriteria ayam jago bagus. Aku jadi sering berkeliaran di pasar ayam Kedungwuni. Waktu itu aku menginjak kelas lima sekolah dasar. Di salah satu sudut pasar ayam, ada arena tempat adu ayam. Aku beberapa kali menonton, walau banyak bapak-bapak yang melarang. Aku nyolong-nyolong untuk nonton arena pertarungan itu. Disekitaran arena tanding itu berserakan bulu ayam, dengan tanah bercampur ceceran darah yang mulai mengering.
Setelah diadu biasanya ayam jago dimandikan. Dikoroki mulutnya dengan bulu. Biasanya bulu bersimbah darah, menandakan dalam leher ayam terluka. Semua ludah ayam itu dikeluarkan, dimandikan terus di jemur di bawah terik matahari. kalau ayam agaknya akan mriang, langsung saja dikasih pil, sejenis pil flu.
Karena seringnya berkeliaran di pasar ayam, dan lebih enjoy disana dibanding di sekolahan, aku jadi tahu harga-harga ayam jago. Ayam jago, waktu itu, bisa mencapai harga setengah juta. Biasanya yang keliwat mahal ayam jago bangkok yang biasa untuk diadu. Yang sering menang, berarti jago mahal. Bahkan ayam itu bisa menjadi mascot di pasar tertentu. Dan berapapun harga ditawar tidak dilepas. Karena jago itu menjadi semacam alat pencetak uang bagi pemilik dan para penjudi.
Ayam jago bangkok mascot ini super ekstra perawatannya, diantaranya tiap saat dijamoni, tak boleh kawin dengan betina, tiap pagi dimandikan dan dijemur, Juga jalunya sering di kikir pakai beling biar runcing. Ayam jago dieksploitasi untuk kepuasan manusia, dan manusia tak merasakan betapa sakitnya binatang yang tiap kali ditarungkan dengan dibotohi sampai ratusan ribu. Padahal hewan satu ini selalu setia bertasbih membangunkan manusia dari kelalaian tidur disetiap pagi. Malu dong manusia yang punya akal, bangunnya kalah pagi dengan ayam jago yang hanya berinsting.
Saat ku tanya tentang criteria jago bangkok bagus, bakul-bakul ayam menyebutkan: berkaki kotak, jari-jarinya agak bengkok, jalunya dan cucuknya jangan terlalu panjang, tubuh tegak, mata laksana mata elang.
Setelah bertanya-tanya kesana kemari, aku jadi berpikiran bagaimana ayam jagoku bisa menjadi terbaik diantara ayam jago tetangga. Pikiran itu berawal dari peristiwa pada saat aku dapati ayam jagoku berwajah penuh darah, tanda habis berkelahi dengan ayam tetangga. Tetanggaku sengaja membawa ayamku ke dalam rumah untuk diadu. Sialan pada hari-hari berikutnua aku mendengar suara jago berkelahi. Lalu aku nekad memanjat dinding menggapai jendela.
Aku penasaran dan menebak bahwa suara kuk kuk itu suara si wareng. Suaranya begitu akrab di telinga. Saat ku lihat dari jendela wareng diadu. Aku langsung ambil batu ku lemparkan ke pintu rumah itu. Sungguh pengadu itu langsung kaget si wareng di lempar lewat jendela. Ku lempar batu sekali lagi, tapi orang itu tak berani keluar rumah. Itulah kenangan kenakalan masa kecil. Siapa yang salah pasti kalah.
Bagaimana agama untuk saat ini? Bukankah ia laksana ayam jago bangkok. Dielus-elus, dieman-eman, di poles, dipelihara untuk dibandingbandingkan dengan agama-agama lain terus intinya untuk diadu. Kita semua melihat kenyataan itu saat ini dan bahkan dari dulu.
Sejarah mengatakan bahwa rangkaian kekerasan peristiwa mihnah dan nakbah, hanya karena perbedaan pandangan antara suni dengan muktazilah. Mereka ramai memperdebatkan apakah al-qur’an kalamullah atau makhluk. Hingga Imam Ahmad bin Hanbal disiksa, dipenjarakan hingga beberapa tahun. Banyak korban berjatuhan disebabkan ayam jago muktazilah didukung kekuasaan pada peristiwa mihnah, juga pada masa pemerintahan selanjutnya ayam jago suni balas dendam memenjarakan pengikut muktazilah, karena kekuasaannya di pegang oleh orang suni.
Sekarang logika ayam jago agama juga masih terus berlaku. Bagi yang Muhammadiyah membandingkan dengan NU. Katanya Muhammadiyah lebih unggul, karena punya ribuan sekolahan, punya banyak panti asuhan yatim, rumah sakit, tidak mengabdi kepada tachayul, bidah dan khurafat. Hingga muncul berbagai buku yang bernada sombong tentang ‘sesatnya kiai NU’, ‘Pengakuan mantan kiai NU’ dan masih banyak lagi. Juga muncul komentar-komentar: “orang hidup kok kerjaannya ngurusi orang mati: ziaroh, tahlilan, wasilah, manaqib, semuanyakan ngurusi orang mati. Masalah hidup masih banyak kok milih ngurusi yang sudah mati.”
Yang NU juga membandingkan dengan yang lain dengan nada minor, “ngubur mayat kok kayak ngubur bangkai binatang, di tanam terus ditinggal pergi, tanpa di tahlili.” “Muhammadiyah gak punya kiai. Juga sangat jarang pesantrennya. Dll.”
Yang mengaku Muslim berjumawa mengatakan “Tuhan kok tiga. Tuhan kok Pakai CD” Yang Kristen balik mengklaim Islam agama penuh kekerasan karena ada doktrin jihad. Ujung dari membanding-bandingkan ini akan timbul rasa sombong, yakni menjunjung diri sendiri dan merendahkan orang lain. Di telinga kita masih jelas kan ungkapan “wong mbudiyah matine dadi celeng”, juga rasa sombong kita yang kadang gak mau makmum kepada wong jobo karena gara-gara waktu sujud kakinya tidak madal, gara-gara bacaannya kurang fasih, gara-gara kita bimbang apakah mereka ngerti ‘syarat rukun.’
Kita melihat kenyataan ini dimana-mana. Dalam diskusi selalu dibandingkan antara kebenaran ajaran suni dan syiah, misalnya tentang nikah mutah, Imamiyah, dll. Juga misalnya perdebatan antara islam liberal membahas fiqih lintas agama; pembelaan si A dengan bukunya melawan si B yang mengkritik. Bermunculan buku-buku yang mengklaim kesesatan-kesesatan paham-paham yang tak sepaham dengan penulis buku. Bahkan beberapa tokoh Islam juga dianggap sesat menyesatkan. Sampai kapanpun kalau forum-forum semacam itu dituruti akan berujung pada pertengkaran. Jangan bertindak dengan atas nama perbedaan dan mencari kebenaran sepihak dari perbedaan itu. Pasti akan berujung pada perpecahan.
Kita selalu berharap perdamaian terus menghias di negeri ini, tetapi kita rajin menyelenggarakan forum-forum permusuhan. Itu sama halnya kita memadamkan api dengan menyiram bensin. Karena setiap perdebatan adalah sama juga menyakiti diri sendiri dan orang lain. Karena sebenarnya keyakinan tak mungkin diperdebatkan. Juga orang akan merasa kesal apabila dianggap salah, karena menurut kita salah, tetapi mereka meyakini sebagai kebenaran dan masing-masing punya dasar.
Ujung dari rasa sombong adalah pertengkaran. Karena yang diremehkan akan membela diri, dan tak jarang membalas dengan meremehkan. Ujung-ungnya seperti kita lihat ormas F ingin membubarkan ormas A, ormas A juga ingin membubarkan MUI. Anda bisa lihat kan puncak dari membanding-bandingkan itu adalah adu kekuatan. Merobohkan rumah, merusak asset agama lain, menonaktifkan, mengancam, dll. Sesama agama, ormas, diadu laksana ayam jago bangkok di arena pojok pasar ayam. Siapa yang menang, siapa yang kalah, bila perlu baca takbir sekeras-kerasnya.
Bahkan pertempuran sesama muslim beda ormas itu ada yang mbotohi. Buktinya ribuan orang punya satu tujuan merusak rumah orang, hanya gara-gara gak sepikiran, punya paham yang berbeda. Ongkos untuk truknya, bensin, beli pita biru, parang yang terselip, semuanya dibiayai laksana para penjudi di arena petarungan ayam jago. Kalo semangatnya adalah saling membubarkan maka hati-hati dengan semangat fasisme itu, yakni saling memusnahkan dan menghancurkan. Apa yang akan dipanen oleh anak cucu kita, kalau kita selalu menanam benih kebencian dan saling memusnahkan. Kita sebaik mungkin harus mempelajari pengalaman-pengalaman pahit, masa-masa Rifaiyah dimusuhi dan diremehkan, agar kita tak meremehkan dan memusuhi. Karena ternyata keduanya ‘makan ati’
Kalau kita menyakiti orang lain dengan alasan membela Tuhan. Betapa kita sangat tak tahu diri ingin membela Dzat yang menjamin seratus persen hidup kita. Kita itu dzoif bin fakir bin khoto bin nisyan bagaimana mungkin membela Sang Maha Kuat, Kaya, Benar dan Tak terlampaui. Apa tidak kebalik tuh!
Kalau alasannya membela Islam, kenapa justru mencelakakan. Bukankah Islam berarti menyelamatkan kepada siapapun. Mengasihi dan menjadi rahmat bagi alam-alam dan seluruh isinya (rahmatan lil alamin). Ketika Fatkhul Makkah, Kanjeng Nabi Muhammad tak balas dendam kepada para musyrikin. Kanjeng Nabi justru memaafkan dan mengundang para musyrikin yang terlanjur melarikan diri untuk kembali ke makkah dan selamat dalam naungan kasih sayang nabi dan sahabat-sahabatnya, hingga hari itu disebut sebagai yaumul markhamah (hari kasih sayang). Justru para musyrikin itu pada akhirnya memeluk Islam sebagai pedoman dan nilai hidup. Karena petunjuk berawal dari cinta yang memancar.
Kita teramat percaya diri kalau merasa membela Islam. Islam itu agama suci, penuh kasih sayang. Sedang dosa kita bertumpuk-tumpuk. Bagaimana mungkin kita kotor hendak membela yang suci. Apa tidak kebalikannya, biarlah Islam menyucikan kita dengan nilai-nilainya yang berbunyi: “dinamakan muslim itu ketika ucapan dan perbuatannya menyelamatkan manusia lain dan alam semesta.”
Tapi aku masih meyakini pesan sahabatku EAN yang mengatakan bahwa setiap konflik agama di Indonesia bukan disebabkan factor agama, tetapi disebabkan factor lain, termasuk upaya zionis memperlemah Indonesia dengan cara mengadu domba, agar pada masa mendatang Indonesia lemah, dan bisa dimanfaatkan sebagai pedang para bani Israel untuk melawan dua kekuatan ampuh dari timur yakni India dan Cina.
Wacana yang dikembangkan di Indonesia sejak reformasi adalah civil society, yang bertujuan membentuk masyarakat mandiri dan tidak tergantung dengan pemerintah dan militer. Ternyata dibalik selubung civil society ada agenda tersembunyi upaya merenggangkan hubungan sipil dengan militer. Juga untuk melemahkan fungsi negara, hingga kekuatan pasar tak ada yang mengontrol dan dengan mudahnya modal asing, renternir IMF, perusahaan multinasional mendikte tiap kebijakan negara. Lembaga-lembaga survey juga mengandut dana dari funding-funding internasional. Kadang kerja keras kita mensurve berbagai sector penduduk Indonesia itu ujung-ujungnya datanya dimanfaatkan untuk kepentingan pemetaan para pemegang agenda menguasai dunia itu. Mereka adalah zionisme.
Akan bertambah mencengangkan kalau ternyata Persatuan Bangsa Bangsa dibentuk juga untuk kepentingan menyatukan negara-negara dalam satu kebijakan yang menguntungkan segelintir negara polisi, seperti Amerika dan Israel.
Agama untuk saat ini dimiliki banyak orang tetapi tidak dipeluk. Kalau anda memiliki ayam jago, tentu anda akan merawat, tetapi suatu saat bisa juga anda menjualnya. Bagaimana dengan keadaan agama saat ini. Demi mendapatkan kelancaran funding luar negeri maka program ormas bisa disesuaikan dengan pemberi funding, itu namanya menjual agama tidak ya? Maka ayam jago agama ini bisa sesekali dijual, demi lancarnya dana organisasi dari funding internasional. Untuk kepentingan botohan ayam jago agama kadang diadu, kalau dirasa sudah tak mumpuni, maka bolehlah ayam jago agama dijual saja.
Lha terus bagaimana ya kita seharusnya melihat agama itu? Kita samakan saja agama itu dengan istri kita. Kalau anda sudah punya istri, perlukah anda sibuk membanding-bandingkan istri anda dengan istri tetangga. “uh ternyata hidung istri tetangga lebih mancung dibanding istriku.” Pantaskah komentar demikian, walau dalam hati.
Punya istri merupakan pilihan dan keyakinan. Maka membanding-bandingkan apalagi membahas istri orang lain seratus persen akan berujung pada fitnah, dan minimal rasa cemburu yang bisa memantik percekcokan. Jangan diurusi kalau ada pria yang menuduh bahwa istri kita jelek. Karena menjelekkan pilihan, sama halnya menjelekkan pemilih. Yang paling naif lagi meyakini pilihan orang lain lebih baik dari pilihan sendiri karena itu munafik. Kita menjelekkan seseorang itu sama halnya menjelekkan Allah. Karena Allah yang membuat orang itu. Bagaimana perasaan anda kalau tulisan anda ada yang menjelekkan, atau sekedar mengkritik. Cukup membuat hati ini terganggu kan?
Beragama adalah beristri. Butuh keyakinan, dan kesetiaan. Karena selingkuh adalah murtad. Kita berusaha terus untuk selamat, menyelamatkan, diselamatkan; untuk ridlo, meridloi dan diridloi. Amin.
Paciran Lamongan, 13 Februari 2011
Ahmad Saifullah

Pengadu Domba Tidak Masuk Surga

Pengadu Domba Tidak Masuk Surga pengadu dombadosa-dosa pelaku sihirhadist adu dombatidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba

17 Rajab
Pengadu Domba Tidak Masuk Surga
Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu anhuma berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ
Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (HR. Muslim no. 105)
Maksudnya: Tidak akan masuk surga pertama kali bersama dgn orang-orang yang masuk, melainkan dia akan disucikan dulu di neraka.
Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma dia berkata:
مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ أَمَا إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ قَالَ فَدَعَا بِعَسِيبٍ رَطْبٍ فَشَقَّهُ بِاثْنَيْنِ ثُمَّ غَرَسَ عَلَى هَذَا وَاحِدًا وَعَلَى هَذَا وَاحِدًا ثُمَّ قَالَ لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang disiksa. Dan mereka berdua disiksa bukan karena sesuatu yang besar. Adapun salah seorang di antara mereka disiksa karena suka mengadu-domba sedangkan yang lainnya disiksa karena tak menjaga dirinya dari (percikan) kencingnya.” Kemudian beliau meminta pelepah kurma basah, lalu membelahnya menjadi dua. Kemudian beliau menanam salah satunya pada kubur yang pertama & yang satu lagi pada kubur yang kedua. Kemudian beliau bersabda, “Semoga siksa keduanya diringankan selama kedua pelepah ini belum kering.” (HR. Al-Bukhari no. 6055 & Muslim no. 292)
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata: Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ مَا الْعَضْهُ هِيَ النَّمِيمَةُ الْقَالَةُ بَيْنَ النَّاسِ
“Inginkan kalian aku beritahukan apa itu al-’adhu? Dia adalah adalah adu domba, menyebarluaskan isu di tengah masyarakat.” (HR. Muslim no. 2606)
Penjelasan ringkas:
Namimah atau adu domba adalah perbuatan menukil ucapan sebagian orang lalu membawanya kepada sebagian orang lainnya dgn tujuan utk merusak hubungan baik di antara kedua golongan tersebut. Ini merupakan amalan yang sangat tercela, Allah Ta’ala sendiri yang langsung mencelanya & melarang kaum muslimin utk mendengarkan celaannya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu mengikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kesana kemari mengadu domba, yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas, lagi banyak dosa.” (QS. Al-Qalam: 10-12)
Namimah termasuk dari dosa-dosa besar, karenanya Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa di antara amalan yang paling banyak menyebabkan seseorang disiksa dlm kuburnya adalah karena dia melakukan namimah di muka bumi ini. Adapun maksud kalimat ‘disiksa bukan karena sesuatu yang besar’ dlm hadits Ibnu Abbas di atas, maka itu bukan berarti kedua amalan itu bukanlah dosa besar. Akan tetapi yang dimaksud adalah bahwa kedua amalan itu kecil atau enteng di mata mereka berdua atau di mata banyak manusia, akan tetapi sebenarnya kedua amalan ini sangat besar dosanya di mata Allah Ta’ala. Ini dipertegan oleh hadits Hudzifah di atas yang menyebutkan secara tegas bahwa pelaku namimah tak akan masuk surga.
Adapun berkenaan dgn hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu di atas, maka Ibnu Abdil Barr telah menyebutkan dari Yahya bin Abi Katsir bahwa beliau berkata, “Dalam sekejap, pelaku adu domba & kedustaan bisa menimbulkan kerusakan dgn kerusakan yang tak bisa ditimbulkan oleh penyihir dlm satu tahun.”
Abu Al-Khaththab berkata dlm Uyun As-Sa`il, “Di antara bentuk sihir, mengadakan adu domba & merusak hubungan di antara manusia.”
Alasan namimah disamakan dgn sihir, karena kedua amalan ini bisa mengadakan kerusakan di tengah-tengah manusia secara cepat, tersembunyi, & disertai dgn makar atau tipu daya. Dari sisi inilah para ulama menyamakan keduanya, bukan dari sisi hukuman bagi pelakunya. Karena sudah dimaklumi bahwa pelaku sihir adalah kafir sementara pelaku namimah masih seorang muslim walaupun dia berbuat dosa yang sangat besar. Lihat Fath Al-Majid Syarh Kitab At-Tauhid bab: Penjelasan Beberapa Bentuk Sihir.
Tambahan pelajaran dari hadits Ibnu Abbas di atas:
1.    Penetapan adanya azab kubur, sebagai bantahan kepada sekte Mu’tazilah yang mengingkarinya.
2.    Penetapan adanya syafaat Nabi shallallahu alaihi wasallam di dunia, sesuai dgn apa yang Allah Ta’ala kehendaki.
3.    Di antara tanda kenabian beliau shallallahu alaihi wasallam adalah mengabarkan kejadian yang ghaib.
4.    Namimah atau adu domba adalah dosa besar tapi tak mengeluarkan pelakunya dari Islam, dgn dalil Nabi shallallahu alaihi wasallam memberikan syafaat kepadanya. Sementara sudah dimaklumi bahwa orang kafir tak diizinkan utk mendapatkan syafaat.
5.    Karena perbuatan Nabi shallallahu alaihi wasallam dgn meletakkan pelepah kurma di atas adalah syafaat, maka tak boleh seorang pun mencontohnya dgn meletakkan/menaburkan karangan bunga di atas kubur dgn alasan yang sama seperti Nabi shallallahu alaihi wasallam. Karena sekali lagi, kejadian ini adalah kekhususan utk beliau shallallahu alaihi wasallam.
sumber: www.al-atsariyyah.com tags: Al Yaman, Alaihi Wasallam,

Hukum Mengadu Hewan Dalam Pandangan Islam

Hukum Mengadu Hewan Dalam Pandangan Islam

8 September 2010

Tradisi mengadu hewan sebagai tontonan amat umum dilakukan masyarakat tradisional di Indonesia. Mulai dari adu ayam hingga adu balapan sapi bisa ditemui di beberapa daerah. Di daerah pesisir Selatan Jawa Barat juga dikenal adanya permainan yang disebut dengan adu bagong. Bagong adalah istilah lain untuk menyebut babi hutan. Dalam permainan ini babi diadu dengan anjing peliharaan masyarakat.
Pertarungan hidup mati antara babi dan anjing ini disebut sudah ada sejak sekitar tahun 1960-an. Berawal dari keluhan masyarakat sekitar yang perkebunannya rusak akibat hama babi hutan, wargapun menggelar perburuan dengan bantuan kawanan anjing. Atas pengalaman itu, masyarakat menjadi terbiasa melihat perkelahian antara anjing dan babi hutan. Kebiasan ini akhirnya membawa pertandingan itu ke dalam arena khusus. Konon di arena ini ada pula yang mengatakan adu bagong bahkan dilakukan antara babi dengan pendekar jawara.

A. Pandangan Islam mengenai Adu Binatang
Pada hakekatnya Islam mengajarkan pada umatnya untuk menyayangi binatang dan melestarikan kehidupannya. Di dalam Al-qur’an, Allah SWT menekankan bahwa telah menganugerahi manusia wilayah kekuasaan yang mencakup segala sesuatu didunia ini, hal ini tertuang dalam surat Al-Jatsiyah,45:13 .
“Dan Dia telah menundukan untukmu segala apa yang ada di langit dan segala apa yang ada di muka bumi; semuanya itu dari Dia; sesungguhny di dalam yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir.”
Ayat ini sama sekali tidak menunjukan bahwa manusia memiliki kekuasaan mutlak (carte blance) untuk berbuat sekendak hatinya dan tidak pula memiliki hak tanpa batas untuk menggunakan alam sehingga merusak keseimbangan ekologisnya. Begitu pula ayat ini tidak mendukung manusia untuk menyalahgunakan binatang untuk tujuan olahraga maupun untuk menjadikan binatang sebagai objek eksperimen yang sembarangan. Ayat ini mengingatkan umat manusia bahwa Sang Pencipta telah menjadikan semua yang ada di alam ini (etrmasuk satwa) sebagai amanah yang harus mereka jaga.
Al-qur’an berkali-kali mengingatkan bahwa kelak manusia akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan mereka di dunia, seperti yang termaktub dalam ayat berikut :
“Barang siapa melakukan amal saleh, maka (keuntungannya) adalah untuk dirinya sendiri; dan barang siapa melakukan perbuatan buruk, maka itu akan mengenai dirinya sendiri. Dan kelak kamu semua akan kembali kepada Tuhanmu” (Q.S Al-Jatsiyah, 45:15)
Karena itu, umat manusia harus memanfaatkan segala sesuatu menurut cara yang bisa dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini, Muhammad Fazlur Rahman Anshari menulis :
“Segala yang dimuka bumi ini diciptakan untuk kita, maka sudah menjadi kewajiban alamiah kita untuk : menjaga segala sesuatu dari kerusakan ; Memanfaatkannya dengan tetap menjaga martabatnya sebagai ciptaan Tuhan; Melestarikannya sebisa mungkin, yang dengan demikian, mensyukuri nikmat Tuhan dalam bentuk perbuatan nyata.” {Muhammad Fazlur Rahman Anshari, The Qur’anic Founation and Structure of Muslim Society (Karachi:Trade and Industry Publications Ltd, 1973) Vol 2, hal. 126 }
Menyangkut hewan atau satwa peliharaan, Al-Qur’an dalam surat Al-Nahl menyebutkan beberapa jalan di mana hewan-hewan tersebut memberi manfaat kepada manusia :
a. Dan dia telah menciptakan binatang ternak untukmu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat lainnya dan sebagiannya kamu makan (Q.S. Al-Nahl,16:5)
b. Dan mereka membawakan muatan milikmu yang berat menuju tanah yang tidak dapat kau capai dengan selamat kecuali dengan upaya yang sangat berat; karena sesungguhnya Tuhanmu benar-benar maha pengasih dan penyayang (Q.S. Al-Nahl, 16:7)
c. Dan dia telah menciptakan kuda, bagal, dan keledai untukmu baik sebagai kendaraan maupun sebagai hiasan; dan Dia telah menciptakan makhluk-makhluk lainnya yang belum kamu ketahui (Q.S. Al-Nahl, 16:8)
Mari kita pertimbangkan implikasi kutipan ayat-ayat di atas. Dalam hubungannya dengan ayat (a), kita harus memperhatikan bahwa kulit dan bulu binatang ternak boleh dimanfaatkan. Namun, Nabi Muhammad SAW, melarang penggunaan kulit binatang liar walaupun sekedar untuk alas lantai. Jika aturan ini ditaati oleh semua orang, maka pembunuhan sia-sia terhadap beberapa jenis binatang liar demi meraih keuntungan semata niscaya tidak terjadi lagi. Demikian pula, kendati umat islam diperbolehkan mengkonsumsi daging beberapa binatang tertentu, tapi perlu diingat bahwa hal ini tidak menghalalkan pembantaian secara kejam dan tak tekendali terhadap mereka.
Dalam hubungannya dengan ayat (b) dan (c), kita harus ingat bahwa orang-orang Arab di masa lalu sepenuhnya bergantung pada binatang, misalnya unta, yang membantu membawa barang-barang mereka untuk diperdagangkan ke tempat-tempat jauh. Walaupun begitu, Nabi SAW, memperingatkan agar hewan-hewan pengangkut semacam itu diperlakukan dengan baik selama di perjalanan.Entah legal ataupun tidak, acara adu domba sebenarnya adalah acara yang kontroversial, Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama islam, sekaligus negara dengan muslim terbanyak di dunia, seharusnya mencerminkan perilaku muslim yang sesungguhnya, walaupun kenyataan sebenarnya penduduk Indonesia melakukan adu binatang-binatang yang tak bersalah seperti domba hingga sekarang.
Atas nama melestarikan kesenian daerah, kebiasaan ini masih dipertahankan hingga sekarang, padahal mengadu binatang adalah perilaku yang tidak hewani dan bisa dikatakan biadab, amora, dll. Kita ambil contoh lain, adu bagong dan anjing entah dimana tempatnya, yang jelas satu bagong dikeroyok oleh beberapa anjing hingga mati. Malah tak jarang adu binatang yang berkedok kesenian ini pun dijadikan ajang taruhan atau judi, memang tak secara gamblang para petaruh menggelontorkan uangnya di depan umum, tapi mereka melakukan secata rapi.
Apabila ditinjau lebih dalam, permasalahan adu mengadu binatang sangat melanggar hukum. Seperti di acara kriminal televisi, tidak jarang polisi membubarkan arena sabung ayam.
Tetapi ada yang mengatakan bahwa apabila itu menyangkut tradisi dan budaya daerah tertentu, tidak bisa kita katakan sadis. Sebab Tradisi atau budaya tertentu pada komunitas tertentu memiliki keunikan dan latar belakang tersendiri.
Apabila di Jawa Barat, ada Adu Domba, pada masyarakat Daya di Kalimantan Timur ada Budaya Menombak sapi beramai-ramai sampai sapi itu mati di ikatannya, Di Tanah Toraja ada Tradisi Adu Kerbau, Di Sumbawa ada Tradisi saling menombak pake kayu tertentu, di Toraja ada adu Saling Menendang. Belum lagi Tradisi masyarakat Latin yang mengadu Manusia dengan Banteng, dst.
Tradisi dan budaya Masyarakat tertentu bagi masyarakat yang memiliki tardisi atau budaya itu, tentu tidak sadis bagi mereka. Sebaliknya buat orang diluar komunitas tradisi tadi tentu akan mengatakan sadis. Jadi soal sadis atau tidak tergantung Masyarakat/kumunitas pemilik tradisi itu. Yang berbahaya dan sungguh-sungguh Sadis kalau tradisi Adu Domba di Masyarakat Jawa Barat kemudian dibawa dalam tatanan berpolitik dan tatanan Pemerintahan secara Nasional.
B. Menghadapi Pelaku Adu Domba
Dalam berinteraksi dengan orang lain, kadang kita berhadapan dengan orang-orang yang suka melakukan namimah (adu domba). Seringkali namimah dilakukan tanpa sadar atau dianggap bercanda.
Al Ghazali, memaknai namimah (adu domba) dengan contoh, seperti seseorang mengatakan kepada orang lain, ”Fulan berkata tentangmu bahwa kamu demikian dan demikian.” Dan itu menyangkut hal-hal yang tidak disukai, baik oleh pembicara, pelaku namimah, atau orang yang menjadi objek pembicaraan.
Selain dengan pembicaraan, namimah juga bisa dilakukan dengan isyarat atau tulisan. Namimah termasuk perbuatan maksiat, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) telah berfirman, “Yang banyak mencela, yang ke sana-sini melakukan adu domba,” (Al-Qalam [68]: 12). Di ayat sebelum di atas Allah (SWT) menyebutkan bahwa sifat itu merupakan sifat mereka yang menentang dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW).
Nah, bagaimana seharusnya kita menghadapi orang yang melakukan namimah terhadap kita? Imam An-Nawawi memberi tuntunan sebagai berikut:
a. Tidak Menerima Kabarnya
Kita tidak boleh menerima kabar berita yang dibawa seorang nammam (pelaku namimah), karena palakunya termasuk orang fasik. Sedangkan kabar orang fasik tidak diterima.”Jika mendatangi kalian orang fasik dengan membawa berita, maka lakukanlah tabayun.” (Al-Ahzab [49]: 6)
b. Menasihatinya
Suatu saat seorang laki-laki mendatangi Umar bin Abdul Aziz. Orang itu bilang, ada orang lain yang membicarakan beliau. Akhirnya Umar mengatakan, “Kalau engkau menghendaki, maka akan saya lihat keadaannya. Jika berita itu tidak benar, maka engkau orang yang disebut dalam ayat, ’Jika datang kepada kalian orang fasik dengan membawa kabar, maka bertabayunlah’. Jika engkau benar, maka engkau orang yang disebut dalam ayat ini, ‘Yang banyak mencela, yang ke sana-sini melakukan adu domba’. Jika engkau inginkan maka aku memafkanmu…” (Al Adzkar, hal. 561).
c. Membenci karena Allah
Perbuatan namimah amat dibenci Allah SWT, maka selayaknya kita juga ikut membencinya. Membenci apa yang dibenci Allah SWT adalah wajib.
d. Berprasangka Baik
Kita juga diharuskan berprasangka baik kepada orang lain, bahwa yang dikatakan itu belum tentu benar. ” …jauhilah banyak berprasangka…” (Al-Hujurat [49]: 12
e. Tidak Melakukan Tajasus
Orang yang mendapat kabar dari pihak tertentu, bahwa pihak lain mengatakan tentang dirinya sesuatu yang ia benci, hendaknya tidak melakukan tajasus alias penyelidikan, guna mengetahui apa benar berita itu atau tidak. Allah Ta’ala berfirman, ”Dan janganlah kalian memata-matai” (Al-Hujurat [49]: 12).
f. Tidak Menceritakan
Tidak perlu menceritakan apa yang kita alami, jika kita menjadi korban namimah kepada orang lain. Sebab, jika kita bercerita bahwa fulan telah melakukan namimah, maka ini berarti membicarakan keburukan pelaku namimah. Bila melakukan seperti itu , berarti kita sudah termasuk ghibah. Sedangkan ghibah dilarang dalam Islam.

GAYO Nusantara.

12 Golongan yang Didoakan Para Malaikat

12 Golongan yang Didoakan Para Malaikat

Oleh: al-Akh Moegrand Tomu Gubali
Inilah 12 golongan manusia yang akan didoakan olah para malaikat.
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci
“Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa: Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci.” (HR. Imam Ibnu Hibban dari Abdullah bin Umar)
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat
“Tidaklah salah seorang di antara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya: Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia.” (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim 469)
3. Orang-orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang-orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan.” (HR. Imam Abu Dawud -dan Ibnu Khuzaimah- dari Barra’ bin ‘Azib)
4. Orang-orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf)
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf.” (Para Imam, yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah)
5. Para malaikat mengucapkan ‘aamiin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al-Fatihah
“Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu.” (HR. Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Bukhari 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat
“Para malaikat akan selalu bershalawat (berdoa) kepada salah satu di antara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat di mana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata: Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia.” (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106)
7. Orang-orang yang melakukan shalat Shubuh dan ‘Ashar secara berjama’ah
“Para malaikat berkumpul pada saat shalat Shubuh lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga Shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘Ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘Ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’ Mereka menjawab: Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat.” (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 9140)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan
“Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.” (HR. Imam Muslim dari Ummud Darda’, Shahih Muslim 2733)
9. Orang-orang yang berinfak
“Tidak satu hari pun di mana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu di antara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit.” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Bukhari 1442 dan Shahih Muslim 1010)
10. Orang yang sedang makan sahur
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa) kepada orang-orang yang sedang makan sahur. Insya Allah termasuk di saat sahur untuk puasa sunnah.” (HR. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, dari Abdullah bin Umar)
11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit
“Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya, kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga Shubuh.” (HR. Imam Ahmad dari ‘Ali bin Abi Thalib, Al Musnad 754)
12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain
“Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah di antara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (HR. Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily)
Sumber: Catatan Moegrand Tomu Gubali