Search This Blog

Tuesday, July 9, 2013

30 Tahun Sejarah Berulang, Dari Ketol Kita Bangkit


30 Tahun Sejarah Berulang, Dari Ketol Kita Bangkit

30 Tahun Sejarah Berulang, Dari Ketol Kita Bangkit

Presiden SBY saat berdialog dengan korban gempa.(Foto: Anung/ Setpres)
Presiden SBY saat berdialog dengan korban gempa.(Foto: Anung/ Setpres)
KUNJUNGAN Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Kecamatan Ketol adalah yang kunjungan Presiden RI yang kedua kalinya setelah kunjungan Presiden Soeharto tahun 1983 silam.
“Bulan Mei 1983 presiden Soeharto berkunjung ke Ketol dalam kaitan pembangunan Pabrik Gula Mini (PGM-red) di Buter Ketol dan kini Presiden SBY dalam kunjungan meninjau ekses Gempa Gayo,” kata Salman Yoga yang mengaku kerap ke Ketol untuk sebuah penelitian penelusuran sejarah Gayo.
Penggalan berita yang dilansir lintasgayo.co, menunjukan sejarah itu berulang setelah 30 tahun (1983-2013). Dan ini juga menunjukan, Ketol merupakan daerah yang memiliki daya tarik yang kuat dan tidak boleh dilupakan.
Dari berbagai literature sejarah, Pabrik Gula Mini ini pernah beroperasi di Kecamatan Ketol pada era tahun 1970-an, namun rusak akibat konflik berkepanjangan.
Mantan Pj Bupati Aceh Tengah, Azwar Umri yang juga pernah menjabat ketua Bappeda Aceh Tengah, pernah mengatakan  bahwa potensi Blang Mancung dan Ketol sekitarnya sangatlah baik untuk dikembangkan menjadi sumber pendapatan daerah dan meningkatkan incam perkapita bagi masyarakatnya.
Pasalnya, dengan kondisi lahan yang cukup subur, rata-rata produktivitas gula tebu antara 600-700 kilogram dalam satu rante (25 x 25 meter) dengan harga jual gula merah Rp 7.000 per kilogram.
Satu kepala keluarga (KK) dengan satu rante lahan tebu dapat  menghasilkan uang Rp 78.400.000 dan setelah dipotong biaya produksi, penghasilan bersih per KK bisa mencapai Rp 54.960.000 per tahun. Dengan kata lain penghasilan rata-rata per bulan Rp 4.573.000.
Sebelum gempa, menurutazwar, rata-rata pasokan untuk kebutuhan Pulau Jawa 20 ton setiap bulan dipasok melalui pedagang di Medan Sumatera Utara, sehingga sebagian nilai tambah dinikmati oleh pedagang luar daerah.
Itulah sekilah, bagaimana kondisi Ketol sebelum gempa berkekuatan 6,2 SR menguncang Gayo terutama Aceh Tengah dan Bener Meriah pada 2 Juli 2013 lalu. Dampaknyapun tidak sangat luar biasa, setidaknya 40 jiwa melayang, puluhan ribu warga terpaksa mengungsi dan ribuan bangunan, baik rumah, perkantoran, sarana kesehatan, pendidikan termasuk rumah ibadah luluhlantak dibuatnya.
Kilasbalik kisah tiga puluh tahun silam, saat Pak Harto meletakan pondasi ekonomi dengan meresmikan PGM di Buter, kini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali mengunjungi Ketol, meski dalam kondisi yang berbeda.
Kali ini, SBY datang dalam suasana duka. Orang nomor satu di Indonesia ini menjeguk dan betegur sapa dengan para pengungsi korban gempa. Dalam kesempatan itu, SBY mengajak warga untuk tabah dan bisa bangkit kembali dari keterpurukan.
Meskipun kunjungan SBY hanya sekitar 60 menit di Tanoh Gayo, namun sekiranya sudah meletakan pondasi Ganbatte (semangat-bahasa Jepang) untuk bisa bangkit dan tidak lama larut dalam duka nestapa.
“Presiden turut berduka atas bencana alam di Aceh khususnya Aceh Tengah dan
meskipun Aceh sedang diuji kita harus tegar dan tabah karena pemerintah akan senantiasa membantu korban gempa. Kita pun harus optimis untuk bangkit apalagi prospek ekonomi kita sangat baik dan dapat membangun bersama,” kata Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha kepada wartawan di Lhokseumawe, Selasa (9/7/2013) usai berkunjung dari Ketol, Aceh Tengah.
Dengan semangat ramadhan pula, pondasi awal itu sudah diletakan. Ini artinya, urang Gayo ku harus segera bangkit. Kita punya masa depan senediri dan masa depan itu kita yang tentukan. Sebab, tidak selamanya orang luar mau membantu secara iklas, sekali lagi secara iklas membantu kita selamanya.
Sejarah saudara kita di pesisir Aceh jangan sampai terulang, dimana saat masyarakat larut dalam luka tsunami selama bertahun-tahun, dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk melakukan hal-hal yang tak wajar, seperti upaya pendangkalan aqidah hingga upaya pemurtadhan.
Mari dari Ketol kita bangkit. Tentunya, hal ini menjadi tanggungjawab semua pihak, bukan saja masyarakat, tapi pemerintah baik daerah maupun provinsi, serta pihak-pihak lainnya harus bisa bersinergi agar Gayo ku, Gayo kita semua bisa bangkit.
Curahkan pikiran, tenaga, dukungan moril dan materil harus bisa maksimal. Jangan sampai, semuanya jadi sia-sia. Mungkin butuh waktu lama untuk bisa bangkit. Namun jika semua pihak bisa bersinergi, waktu yang lama itu bisa kita arungi dalam waktu yang singkat.
Dari Gayo air mata itu mengalir
Berbaris doa takan putus mengalir
Bersama sejuknya air pesangan di telaga luas lut tawar
Ganbatte, urang ku
Renggali harus mekar
Menyebar semerbak wewangian bunga arabika di perempusen
Semanis gula dari blang mancung

Tanah yang bertasbih, bergetar adalah isyarat
Pecahkan makna itu
Rahasia ilahi rabbi pasti punya jawaban
Dari air mata itu mengalir
Jadikan butiran emas, kilau Gayo ku bangkit
Bangkit
Bangkitlah tanoh Gayo***

No comments: