Tagore Mundur dari Partai Golkar
Selasa, 30 April 2013 10:47 WIB
Berita Terkait
- Golkar dan PDA Daftarkan Caleg ke KIP Banda Aceh
- Nasaruddin Harapkan DPP Golkar Pertimbangkan Tagore
- Golkar Dua Kabupaten Ancam tak Daftar Caleg
- Golkar Buka Peluang Keuchik Jadi Caleg
- KPK akan Periksa Tiga Mantan Bupati di Aceh
- Golkar Seleksi Bakal Caleg DPRA
- Safriadi Dilantik Jadi Ketua Golkar Singkil
- Oyon Ketua Golkar Aceh Singkil
- Golkar Subulussalam Harus Punya Wakil di DPRA
- Kader Golkar Singkil Ikut Orientasi
* Karena tak Jadi Caleg DPR RI
REDELONG - Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) II Partai Golkar Bener Meriah, Ir H Tagore Abubakar, akhirnya resmi ke luar dari partai berlambang beringin itu, karena namanya tidak masuk dalam daftar bakal calon legislatif (bacaleg) Partai Golkar Aceh untuk DPR RI. Ia juga berencana akan segera hijrah ke parpol lain yang lebih menghargai keterwakilan tokoh wilayah tengah Aceh ke Senayan.
“Ya, saya mundur dari Partai Golkar, karena sistem kepartaian di Golkar sudah tak lagi berjalan sebagaimana mestinya. Golkar tidak lagi melihat pentingnya keterwakilan calon dari wilayah tengah Aceh untuk maju ke pusat (DPR RI). Anehnya, orang yang baru bergabung justru bisa masuk dalam daftar caleg DPR RI dari Partai Golkar,” kata Tagore kepada Serambi, Senin (29/4) sore.
Selaku mantan bupati Bener Meriah dan tokoh Golkar untuk wilayah tengah Aceh, Tagore mengingatkan bahwa Kabupaten Bener Meriah merupakan lumbung suara bagi Partai Golkar. “Tapi justru yang maju ke pusat sama sekali bukan figur yang mewakili wilayah tengah. Ini mengindikasikan, mulai tidak sehatnya Partai Golkar. Nah, karena adanya diskriminasi di Partai Golkar, maka sebaiknya saya mundur dari Golkar,” ujarnya.
Ia menduga, tak adanya keterwakilan dari kawasan tengah Aceh untuk maju ke pusat dari Partai Golkar, karena adanya “sentimen” dari pihak tertentu di kalangan Pengurus Partai Golkar Aceh atau boleh jadi akibat ketidakmengertian DPP Partai Golkar terhadap kondisi di wilayah tengah Aceh yang sampai sekarang masih merupakan lumbung Golkar. “Ada indikasi pengurus DPP Golkar lebih mengedepankan kedekatan personal, sehingga hanya teman-teman dari elite pengurus saja yang boleh maju. Seharusnya Partai Golkar tidak boleh menganut sikap seperti itu,” tukasnya.
Setelah ke luar dari partai yang pernah membesarkan namanya, Tagore mulai ambil ancang-ancang pindah ke parpol lain. Untuk mewakili aspirasi politik masyarakat di wilayah tengah Aceh, khususnya di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, Tagore mengaku sedang mempertimbangkan masuk ke sebuah partai yang secara nasional ramai konstituennya.
Tagore tidak menyebut apa nama parpol tersebut. Ia hanya merinci kriterianya. “Tentunya saya akan pindah ke partai yang medukung Merah Putih sepenuhnya serta mendukung pemekaran Provinsi ALA dan Abas. Nah, jika partai tersebut punya komitmen dengan Merah Putih dan pemekaran, ke partai itulah saya akan bergabung,” demikian Tagore.
Kabupaten Bener Meriah, tempat Tagore berdomisili, termasuk dalam daerah pemilihan (Dapil) NAD II, meliputi Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Aceh Timur, Kota Langsa, dan Aceh Tamiang. Di Dapil NAD II ini jumlah kursi DPR RI yang diperebutkan terdiri atas enam kursi. (c35)
REDELONG - Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) II Partai Golkar Bener Meriah, Ir H Tagore Abubakar, akhirnya resmi ke luar dari partai berlambang beringin itu, karena namanya tidak masuk dalam daftar bakal calon legislatif (bacaleg) Partai Golkar Aceh untuk DPR RI. Ia juga berencana akan segera hijrah ke parpol lain yang lebih menghargai keterwakilan tokoh wilayah tengah Aceh ke Senayan.
“Ya, saya mundur dari Partai Golkar, karena sistem kepartaian di Golkar sudah tak lagi berjalan sebagaimana mestinya. Golkar tidak lagi melihat pentingnya keterwakilan calon dari wilayah tengah Aceh untuk maju ke pusat (DPR RI). Anehnya, orang yang baru bergabung justru bisa masuk dalam daftar caleg DPR RI dari Partai Golkar,” kata Tagore kepada Serambi, Senin (29/4) sore.
Selaku mantan bupati Bener Meriah dan tokoh Golkar untuk wilayah tengah Aceh, Tagore mengingatkan bahwa Kabupaten Bener Meriah merupakan lumbung suara bagi Partai Golkar. “Tapi justru yang maju ke pusat sama sekali bukan figur yang mewakili wilayah tengah. Ini mengindikasikan, mulai tidak sehatnya Partai Golkar. Nah, karena adanya diskriminasi di Partai Golkar, maka sebaiknya saya mundur dari Golkar,” ujarnya.
Ia menduga, tak adanya keterwakilan dari kawasan tengah Aceh untuk maju ke pusat dari Partai Golkar, karena adanya “sentimen” dari pihak tertentu di kalangan Pengurus Partai Golkar Aceh atau boleh jadi akibat ketidakmengertian DPP Partai Golkar terhadap kondisi di wilayah tengah Aceh yang sampai sekarang masih merupakan lumbung Golkar. “Ada indikasi pengurus DPP Golkar lebih mengedepankan kedekatan personal, sehingga hanya teman-teman dari elite pengurus saja yang boleh maju. Seharusnya Partai Golkar tidak boleh menganut sikap seperti itu,” tukasnya.
Setelah ke luar dari partai yang pernah membesarkan namanya, Tagore mulai ambil ancang-ancang pindah ke parpol lain. Untuk mewakili aspirasi politik masyarakat di wilayah tengah Aceh, khususnya di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, Tagore mengaku sedang mempertimbangkan masuk ke sebuah partai yang secara nasional ramai konstituennya.
Tagore tidak menyebut apa nama parpol tersebut. Ia hanya merinci kriterianya. “Tentunya saya akan pindah ke partai yang medukung Merah Putih sepenuhnya serta mendukung pemekaran Provinsi ALA dan Abas. Nah, jika partai tersebut punya komitmen dengan Merah Putih dan pemekaran, ke partai itulah saya akan bergabung,” demikian Tagore.
Kabupaten Bener Meriah, tempat Tagore berdomisili, termasuk dalam daerah pemilihan (Dapil) NAD II, meliputi Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Aceh Timur, Kota Langsa, dan Aceh Tamiang. Di Dapil NAD II ini jumlah kursi DPR RI yang diperebutkan terdiri atas enam kursi. (c35)
Editor : bakri
No comments:
Post a Comment