Romantisme Gayo di Festival Tari Nusantara
Para
penari dari Sanggar Munatap Aceh Tengah menampilkan tari Resam I Gayo
dalam Festival Tari Nusantara, yang diikuti 33 provinsi dari seluruh
Indonesia, di Gedung Kesenian Jakarta, Rabu (21/9). SERAMBI/FIKAR W.EDA
RAGAM tari dari 33 provinsi di
Indonesia, kini sedang dipentaskan dalam Festival Tari Nasuntara. Aceh
pun turut ambil bagian dalam festival yang berlangsung pada 19-22
September ini di Jakarta, dengan menampilkan tarian romantisme muda-mudi
Gayo, Resam I Gayo (Kebiasaan di Gayo).
Romantisme muda mudi Gayo selepas panen padi ditampilkan dalam bentuk tarian berjudul Resam I Gayo. Kisah romantis yang berujung pada perkawinan suci itu dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Rabu (21/9), tempat Festival Tari Nusantara itu berlangsung.
Provinsi Aceh diwakili Sanggar Munatap dari Aceh Tengah. Festival tersebut diikuti 33 provinsi sejak 19-22 September. “Ini merupakan festival tari garapan baru. Kali ini Aceh diwakili Sanggar Munatap,” kata Elly Zuarni MS dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh.
Tari Resam I Gayo mengikutsertakan 20 pendukung, terdiri dari penari dan pemusik. “Tarian ini diangkat dari kisah para muda mudi di Gayo selepas panen padi,” kata Elly Zuarni.
Tarian tersebut diawali dengan aktivitas muda-mudi Gayo pada saat musim panen padi, di mana ada sepasang insan saling jatuh hati hingga berlanjut ke jenjang perkawinan. Menjelang upacara perkawinan digelar, serombongan pemuda Gayo melakukan kegiatan mungaro atau berburu untuk makanan pesta perkawinan.
Dua penari mengenakan pakaian bermotif kerawang gayo bergerak lincah memperagakan aktivitas mungaro dengan kunyur atau tombak yang terhunus. Resam I Gayo ditutup dengan upacara perkawinan. Pasangan pengantin diarak dalam iringan gerak tari munalo mengitari pentas.
Tari tersebut diiringi sejumlah nyanyian Gayo seperti Resam Berume, Mungaro, dan beberapa lagu rakyat Gayo lainnya yang dipetik dari Didong Sali Gobal, yang dibawakan secara padu oleh Irvan, Zuhra, Nina Gelora, dan lain-lain dengan iringan instrumen-gegedem, rapa-i, organ, serta perangkat musik canang.
Kemahiran bermusik dan menari, menurut Nina Gelora, terus tumbuh di kalangan generasi muda Gayo, yang tentu saja perlu media ekspresi untuk menampung bakat-bakat besar tersebut. “Forum festival seperti ini merupakan salah satu bentuk media ekspresi bagi kami,” katanya sembari mengusulkan agar festival tari garapan juga dikembangkan di Aceh.
Sementara itu, M Rizal dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh setuju gagasan penyelenggaraan festival tari garapan seluruh Aceh. “Kita akan tampung ide itu dalam rangka melahirkan koreografer-koreografer baru Aceh,” kata Rizal, yang juga seorang koreografer asal Lhokseumawe.(fik)
Romantisme muda mudi Gayo selepas panen padi ditampilkan dalam bentuk tarian berjudul Resam I Gayo. Kisah romantis yang berujung pada perkawinan suci itu dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Rabu (21/9), tempat Festival Tari Nusantara itu berlangsung.
Provinsi Aceh diwakili Sanggar Munatap dari Aceh Tengah. Festival tersebut diikuti 33 provinsi sejak 19-22 September. “Ini merupakan festival tari garapan baru. Kali ini Aceh diwakili Sanggar Munatap,” kata Elly Zuarni MS dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh.
Tari Resam I Gayo mengikutsertakan 20 pendukung, terdiri dari penari dan pemusik. “Tarian ini diangkat dari kisah para muda mudi di Gayo selepas panen padi,” kata Elly Zuarni.
Tarian tersebut diawali dengan aktivitas muda-mudi Gayo pada saat musim panen padi, di mana ada sepasang insan saling jatuh hati hingga berlanjut ke jenjang perkawinan. Menjelang upacara perkawinan digelar, serombongan pemuda Gayo melakukan kegiatan mungaro atau berburu untuk makanan pesta perkawinan.
Dua penari mengenakan pakaian bermotif kerawang gayo bergerak lincah memperagakan aktivitas mungaro dengan kunyur atau tombak yang terhunus. Resam I Gayo ditutup dengan upacara perkawinan. Pasangan pengantin diarak dalam iringan gerak tari munalo mengitari pentas.
Tari tersebut diiringi sejumlah nyanyian Gayo seperti Resam Berume, Mungaro, dan beberapa lagu rakyat Gayo lainnya yang dipetik dari Didong Sali Gobal, yang dibawakan secara padu oleh Irvan, Zuhra, Nina Gelora, dan lain-lain dengan iringan instrumen-gegedem, rapa-i, organ, serta perangkat musik canang.
Kemahiran bermusik dan menari, menurut Nina Gelora, terus tumbuh di kalangan generasi muda Gayo, yang tentu saja perlu media ekspresi untuk menampung bakat-bakat besar tersebut. “Forum festival seperti ini merupakan salah satu bentuk media ekspresi bagi kami,” katanya sembari mengusulkan agar festival tari garapan juga dikembangkan di Aceh.
Sementara itu, M Rizal dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh setuju gagasan penyelenggaraan festival tari garapan seluruh Aceh. “Kita akan tampung ide itu dalam rangka melahirkan koreografer-koreografer baru Aceh,” kata Rizal, yang juga seorang koreografer asal Lhokseumawe.(fik)
Editor : bakri
No comments:
Post a Comment