Ulama Aceh
Syaikh Muda Wali Al khalidi
(Cahaya Yang Sangat Terang, Bahtera Yang sangat Luas dari Aceh)
Abuya Muda Waly
Setelah beberapa tahun belajar di Bustanul Huda, beliau mengungkapkan
niatnya untuk melanjutkan pendidikannya kepesantren di Aceh Besar kepada
ayahnya,
Syekh H.Muhammad Salim. Ayah beliau sangat senang
mendengarkan niat beliau. Apalagi Syekh H.Muhammad Salim telah
mengetahui bahwa putranya ini telah menamatkan kitab-kitab agama yang
dipelajari di Pesantren Bustanul Huda.
Sebagai bekal dalam perjalanan beliau dari Labuhan Haji, ayahanda beliau
memberikan sebuah kalung emas yang lain merupakan milik kakak kandung
Syekh Muda Waly, yaitu Ummi Kalsum. Beliau diantar oleh ayahanda beliau
dari desanya sampai ke kecamatan Manggeng. Setelah sampai ke Manggeng,
ayahanda beliau berkata”Biarkan aku antarkan engkau sampai ke Blang
Pidie”. Sesampainya di Blang Pidie, Syekh Muhammad Salim berkata kepada
putranya, Syekh Muda Waly”biarkan aku antarkan engkau sampai ke Lama
Inong”. Pada kali yang ketiga ini Syekh Muda Waly merasa keberatan,
karena seolah olah beliau seperti tidak rela melepaskan anaknya merantau
jauh untuk menuntut ilmu. Syekh Muda Waly berangkat ke Aceh Besar
ditemani seorang temannya yang juga merupakan tamatan dari pesantren
Busranul Huda, namanya Teungku Salim, beliau merupakan seorang yang
cerdas dan mampu membaca kitab-kitab agama dengan cepat dan lancar.
Sesampainya di Banda Aceh, beliau berniat memasuki Pesantren di Krueng Kale yang dipimpin oleh Syekh H.Hasan Krueng Kale,ayahanda
dari Syekh H.Marhaban, menteri muda pertanian Indonesia para masa
Sukarno. Beliau sampai di Pesantren Krueng kale pada pagi hari, pada
saat syekh Hasan Krueng Kale sedang mengajar kitab-kitab agama. Dianatar
kiatabynag dibacakan adalah kitab Jauhar Maknun. Syekh Muda Waly
mengikuti pengajian tersebut. Sebelum Dhuhur selesailah pembacaan kitab
tersebut, dengan kalimat terkhit Wa huwa hasbi wa ni`mal wakil. Setelah
selesai pengajian Syekh Muda Waly merasa bahwa syarahan syarahan
yangdiberikan oleh Syekh Hasan Krueng Kaletidak lebihdari pengetahuan
yang beliau miliki dan apabial beliau membacakan kitab tersebut maka
beliau juag akan sanggup menjelaskan seperti syarahann yang dipaparkan
oleh Syekh Hasan Basri. Walaupun demikian beliau tetang menganggap Syekh
Hasan KruengKale sebagai guru beliau . Bagi Syekh Muda Waly, cukuplah
sebagai bukti kebesaran Syekh Hasan Krueng Kale, apabila guru beliau
Syekh Mahmud Blang Pidie adalah seorang alumnus Pesantren Kuerng Kale. Syekh Muda Waly
hanya satu hari di Pesantren krueng Kale. Beliau bersama Tengku Salim
mencari pesantren lain untuk menambah ilmu. Akhirnya merekapun berpisah.
Pada saat itu ada seorang ulama lain di Banda Aceh yaitu Syekh
Hasballah Indrapuri, beliau memiliki sebuah Dayah di Indrapuri.
pesantren ini lebih menonjol dalam ilmu Al-Qur an yang berkaitan dengan
qiraat dan lainnya. Syekh Muda Waly merasakan bahwa pengetahuan beliau
tentang ilmu Al –Quran masih kurang. inilah yang mendorong beliau untuk
memasuki Pesantren Indrapuri. Pesantren Indrapuri tersebut dalam simtem
belajar sudah mempergunakan bangku, satu hal yang baru untuk kala itu.
Pada saat mengikuti pelajaran, kebetulan ada seorang guru yang
membacakan kitab-kitan kuning, Syekh Muda Waly tunjuk tangan dan
mengatakan bahwa ada kesalahan pada bacaan dan syarahannya, maka beliau
meluruskan bacaan yang benar beserta syarahannya. Dari situlah Ustad dan
murid-murid kelas itu mulai mengenal anak muda yang baru datang
kepesantren itu dan memiliki pengetahuan yang luas. Maka ustad tersebut
mengajak beliau kerumahnya dan memerintahkan kepada pengurus pesantren
untuk mempersiapakan asrama temapat tinggal untuk beliau, kebetulan
sekali pada saat itu perbekalan yang dibawa Syekh Muda Waly sudah habis,
maka dengan adanya sambutan dari pengurus pesantren tersebut beliau
tidak susah lagi memikirkan belanja.
Pimpinan Pesantren Indrapuri tersebut, Teungku Syekh Hasballah Indrapuri sepakat untuk mengangkat Syekh Muda Waly
sebagai salah satu guru senior di Pesantren tersebut. Semenjak saat itu
Syekh muda Waly mengajar di pesantren tersebut tanpa mengenal waktu.
Pagi, siangso, sore dan malam semua waktunya dihabiskan untuk mengajar.
Tinggallah sisa waktu luang hanya antara jam dua malam sampai subuh.
Waktu waktu itupun tetap diminta oleh sebagian santri untuk mengajar.
Selama tiga bulan beliau mengajar di Dayah tersebut. Karena padatnya
jadwal beliau dan beliau kelihatan kurus, tetapi alhamdulillah walaupun
demikian beliau tidak sakit.
Setelah sekian lamanya di Pesantren Indrapuri, datanglah tawaran dari salah seorang pemimpin masyarakat yaitu Teuku Hasan Glumpang payung
kepada Syekh Muda Waly untuk belajar ke sebuah perguruan di Padang,
Normal Islam School yang didirikan oleh seorang ulama tamatan Al-Azhar,
Mesir Ustad Mahmud Yunus. Teuku Hasan tersebut setelah memperhatikan
pribadi syekh Muda Waly,timbullah niat dalam hatinya bahwa pemuda ini
perlu dikirim ke Al-Azhar, Mesir. Tetapi karena di Sumatra Barat sudah
terkenal ada seorang Ulama yang telah menamatkan pendidikannya di Al
Azhar dan Darul Ulum di Cairo, Mesir yang bernama Ustad Mamud Yunus yag
telah mendirikan sebuah perguruan di Padang yang bernama Normal Islam
School yang sudah terkenal kala itu melebihi perguruan perguruan
sebelumnya seperti Sumatra Thawalib. Oleh sebab itu Teuku Hasan
mengirimkan Syekh Muda Waly ke pesantren tersebut sebagai jenjang atau
pendahuluan sebelum melanjutkanke al Azhar.
Berangkatlah Syekh Muda Waly menuju Sumatra barat
dengan kapal laut.Beliau sama sekali tidak mengetahui tentang Sumatra
Barat sedikit pun,dimana letak Normal Islam School dan kemana beliau
harus singgah.tiba tiba saja ada seorang penumpang yang telah lama
memperhatikan tingkah laku dan gerak gerik Syekh Muda Waly selama di
kapal ,bersedia membantu Syekh Muda Waly untuk bisa sampai ketempat yang
beliau tuju.
Setelah sampai di Normal Islambeliau segera
mendaftarkandiri di Sekolah tersebut. Lebih kurang tiga bulan beliau di
Normal Islam dan akhirnya beliau mengundurkan diri dan keluar dengan
hormat dari Lembaga pendidikan tersebut.Hal ini beliau lakukan dengan
beberapa alasan :
- Cita-cita melanjutkan pendidikan kemana saja
termasuk ke Normal Islam dengan tujuan memperdalm ilmu agama,karena
cita-cita beliau mudah-mudahan beliau menjadi seorang ulama sperti ulama
ulam besar lainnya.Tetapi rupanya ilmu agama yangdiajarkan di normal
Islam amat sedikit.Sehingga seolah olah para pelajar disitu sudah
dicukupkan ilmu agamanya dengan ilmu yang didapati sebelum memasuki
pesantren tersebut.
- Di normal Islam pelajaran umum lebih banyak
diajrakan ketimbang pelajaran agama.Disana diajarkan ilmu
matematika,kimia,biologi,ekonomi,ilmu falak,sejarah Indonesia,bahasa
inggris.bahasa belanda,ilmu khat dan pelajaran olahraga.
- Di normal Islam beliau harus menyesuaikan
diri dengan peraturan peraturan di lembaga tersebut,Di situ para pelajar
diwajibkan memakai celana ,memakai dasi,ikut olah raga disamping juga
mengikuti pelajaran umum diatas.Menurut hemat Syekh Muda Waly,kalau
begini,lebih baik beliau pulang ke Aceh mengamalkan dan mengembangkan
ilmu yang telah beliau miliki daripada menghabiskan waktu dan usia di
Sumatra Barat.
Setelah beliau keluar dari Normal Islam,beliau
bertemu dengan salah seorang pelajar yang juga berasal dari Aceh dan
sudah lama di Padang yaitu Ismail Ya`qub,penerjemah Ihya `ulumuddin
.Bapak Ismail Ya`qub menyampaikan kepada Syekh Muda Waly supaya jangan
cepat cepat pulang ke Aceh,tetapi menetaplah dulu di Padang,barangkali
ada manfaatnya.
Pada suatu sore beliau mampir untuk berjamaah
maghrib di sebuah surau yaitu di Surau Kampung Jao.Setelah shalat
maghrib kebiasaan disurau itu diadakan pengajian dan seorang ustaz
mengajar dengan membaca kitab berhadapan dengan para jamaah.rupanya apa
yang di baca oleh ustaz itu beserta syarahan yang di sampaikan menurut
Syekh Muda Waly tidak tepat,maka beliau membetulkan.sehingga ustaz itu
dapat menerima.sedangkan jamaah para hadirin bertanya-tanya tentang anak
muda yang berani bertanya dan membetulkan pendapat ustaz itu.
Akhirnya para jamaah beserta ustaz tersebut
meminta beliau supaya datang kesurau itu untuk menjadi imam solat dan
mengajarkan ilmu agama . Begitulah dari hari ke hari,ayahku mulai
dikenal dari satu surau ke surau yang lain , dan dari satu mesjid ke
mesjid yang lain. Apalagi beliau bukan orang padang, tetapi dari daerah
Aceh dan nama Aceh sangat harum dalam pandangan ummat islam Sumatra
barat. Dan yang lebih mengagumkan lagi ialah kemahiran beliau dalam ilmi
fiqh, tasawwuf, nahu dan lain. Barulah sejak itu beliau dipangil oleh
masyarakat dengan Angku Mudo atau Angku Aceh.
Pada masa itu pula sedang hangat-hangatnya di
Sumatra Barat tentang masalah- masalah keagamaan yang sifatnya adalah
sunat-sunat’ seperti masalah usalli,masalah hisab dalam memulai puasa
Ramadan,hari raya ‘Id al –fitr dan lain lain.Terjadilah perdebatan
antara kelompok kaum tua dengan kelompok kaum muda.
Syekh Muda Waly berasal dari Aceh dalam
kelahiran,dan pendidikannyai,tentu saja berpendirian dalam semua masalah
masalah itu seperti pendirian para ulama Aceh sejak zaman dahulu,karena
semua ulama Aceh khususnya dalam bidang syari’at dan fiqh islam tidak
ada bertentangan antara yang satu dengan yang lain.Apalagi ulama ulama
Aceh zaman dahulu seperti syeikh Nuruddin al-Raniri,Syeikh Abdul Rauf
al-fansuri al-singkili [Syiahkuala],Ssyeikh Hamzah Fansuri,Syekh
Syamsuddin Sumatrani dan lain lain.Semuanya bermazhab Syafi`I dan antara
mereka tidak terjadi pertentangaan dalam syari``at dan fiqh Islam
kecuali hamya perbedaan pendapat dalam masalah tauhid yang pelikdan
sangat mendalam ,yaitu masalah Wahdah al-Wujud,juga masalah hukum Islam
yang berkaitan dengan politik,seperti masalah wanita menjadi raja.
Karena itulah maka semua masalah masalah kecil di
atas sangat dikuasai oleh Syekh Muda Waly dalil dalil hukum dan alasan
alasannya ,al Qur’an dan hadist ,dan juga dari kitab kitab kuning.
Karena itulah ,maka terkenallah beliau di kota padang dan mulai dikenal
pula oleh seorang ulama besar di kota padang itu,yaitu syeikh Haji
Khatib Ali,ayahandanya Prof.Drs.H. Amura.Syeikh Khatib Ali ulama besar
ahli al-sunnah wa al-jama’ah dipadang .Murid daripada Syeikh Ahmad
Khatib di Mekkah Al- Mukarramah.beliu mendapat ijazah ilmu agama dari
Syeikh Ahmad Khatib dan mendapat pula ijazah Tariqat Naqsyabandiyah
daripada Syeikh Ustman Fauzi Jabal Qubais Mekkah al-mukarramah.Yang
menjadikan beliu terkenal di padang karena kegigihannya mempertankan
`aqidah ahli al-sunnah wa al-jama`ah dan mazhab syafi`i, di samping pula
beliu adalah menantu seorang ulama besar dalam ilmu syari`at dan
tariqat,yaitu Syeikh sa`ad Mungka. Syeikh sa`ad Mungka .Syekh Khatib Ali
sangat tertarik kepada Syekh muda Waly sehingga beliau menjodohkan
Syekh Muda Waly dengan seorang family beliau yaitu Hajjah Rasimah,yang
akhirnya melahirkan Syekh prof.Muhibbuddin Waly.Sejak itulah kemasyhuran
Syekh Muda Wali semakin meningkat dan terus ditarik oleh ulama-ulama
besar lainnya dalam kelompok para ulama kaum tua,tetapi beliau secara
tidak langsung juga mengambil hal-hal hal yang baik dari ulama-ulama
lainnya, seperti orahg tuanya Buya Hamka,Haji rasul.
Kemudian Syekh Muda waly juga berkenalan dengan
Syekh Muhammad Jamil Jaho. Maka beliau mengikuti pengajian yang
diberikan oleh Ulama besar Padang tersebut. Hubungan beliau dengan Syekh
Muda Waliy pada mulanya hanya sekadar guru dan murid. Syekh Jamil Jaho
adalah seorang Ulama Minangkabau,murid Syekh Ahmad Khatib. Beliau diakui
kealimannya oleh ulama lainnya terutama dalam ilmu bahasa arab. Di
Pesantren jaho itulah Syekh Muhammad Jamil Jaho mengumpulkan murid
muridnya yang pintar untuk mencoba pengetahuan Syekh Muda Waly pada
lahiriyahnya mereka seperti mengaji pada Syekh Muda Waly tapi pada
hakikatnya adalah untuk menguji dan mencoba Syekh Muda Waly dengan
berbagai ilmu alat. Rupanya semua debatan tersebut dapat dijawab oleh
Syekh Muda Waly. Dari situlah, Syekh Muda Waly semakin terkenal
dikalangan para ulama Minangkabau. Akhirnya Syekh Muda Waly dinikahkan
dengan putri Syekh Muhammada Jamil Jaho yaitu dengan seorang putrinya
yang juga alim, Hajjah Rabi`ah yang akhirnya melahirkan Syekh H.Mawardi Waly.
Akhirnya syekh Muda Waly menempati rumah pemberian paman istri beliau
yang pertama, Hajjah Rasimah. Rumah itu terdiri dari dari dua tingkat.
Pada bagian bawahnya di gunakan sebagai madrasah tempat majlis ta`lim.
Apabila datang hari hari besar islam ummat Islam
di Kota Padang beramai ramai datang kerumah tersebut. Para Ulama Kota
Padang khususnya sering berdatangan ke rumah tersebut karena bila tak
ada undangan Syekh Muda Waly sibuk mengajar dan berdiskusi dengan para
ulama lainnya Apalagi dalam rumah itu juga tinggal seorang ulama besar
lain, Syekh Hasan Basri, menantu dari Syekh Khatib `Ali Padang dan suami
dari Hajjah Aminah, ibunda dari istri beliau Hajjah Rasimah. Pada tahun
1939 Syekh Muda Waly menunaikan ibadah haji ketanah suci bersama salah
seorang istri beliau Hajjah rabi`ah. Selama di Makkah beliau tidak
menyia-nyiakan waktu dan kesempatan .Selain menunaikan ibadah haji,
beliau juga memanfaatkan waktu untuk menimba ilmu pengetahuan dari ulama
ulama yang mengajar di Masjidil Haram antara lain Syekh Ali Al Maliki, pengarang Hasyiah al - Asybah wan nadhaair bahkan beliau mendapat ijazah kitab kitab hadis dari Syekh Ali Al Maliki .
Selama di Makkah Syekh Muda Waly seangkatan
dengan Syekh Yasin Al fadani, seorang ulama besar keturunan Padang yang
memimpin Lembaga Pendidikan Darul Ulum di Makkah al mukarramah .
Pada waktu Syekh Muda Waly berada di Madinah pada
setiap saat shalat beliau selalu menziarahi kuburan yang mulia
Rasulullah Saw.Pada waktu itu siapa saja yang menziarahi kuburan Nabi
secara dekat, akan dipukul oleh polisi dengan tongkatnya.tetapi pada
saat Syekh Muda Waly sedang bermunujat dekat makam Rasullualah,beliau
didekati oleh polisi,ingin memukul beliau,maka Syekh Muda Waly langsung
berbicara dengan polisi tersebut dengan bahasa arab yang fasih sehingga
polisi tersebut tertarik dengan beliau dan membiarkan beliau duduk lama
didekat maqam Nabi SAW.Di Madinah Syekh Muda Waly berdiskusi dengan para
ulama ulama dari negeri lain terutama dari Mesir.Beliau tertarik dengan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan di negeri Mesir,sehingga beliau
sudah bertekat menuju ke Mesir,tetapi beliau lupa bahwa pada saat itu
beliau membawa istri beliau Hajjah Rabi`ah.Istri beliau keberatan
ditinggalkan untuk pulang ke Indonesia.akhirnya beliau urung berangkat
ke Mesir.
Selama beliau di Makkah ataupun Madinah beliau
tak sempat mengambil ijazah dalam Tahariqat apapun.Hal ini kemungkinan
besar karena dua hal :
- Karena beliau berada di tanah suci lebih
kurang hanya tiga bulan ,waktu yang sangat singkat bagi beliau yang
mempunyai cita-cita besar untuk menggali ilmu dari berbagai
ulama.Sehingga habislah waktu beliau hanya untuk menemui dan berdiskusi
dengan para ulama lainnya.
- pada umumnya para pelajar yang datang ke
Tanah suci untuk mengamalkan thariqat,mengambil ijazah, dan berkhalwat
harus berada di tanah suci pada bulan Ramadan.Karena pada bualn Ramadan
halaqah pengajian sepi bahkan libur.Semua waktu dalam bulan Ramadhan
dutujukan untuk beribadah.Sedangkan Syekh Muda Waly berada di Tanah suci
bukan dalam bulan Ramadhan .
Kepulanngan Syekh Muda Waly dari tanah suci beliau mendapat
sambutan dari murid murid beliau serta dari ulama ulama Minangkabau
lainnya seperti Syekh `Ali Khatib, syekh Sulaiman Ar Rasuli, Buya syekh
Jamil Jaho. Hal ini dikarenakan,dengan kembalinya Syekh Muda Waly, maka
bertambah kokoh dan kuatlah benteng Ahlussunnah wal jamaah di padang
khususnya.
Dikalangan ulama ulama besar itu, Syekh Muda Waly merupakan yang
termuda diantar mereka, sehingga dalam perdebatan perdebatan ilmu
keagamaan yang populer pada masa itu, Syekh Muda Waly lebih didahulukan
oleh ulama dari kelompok kaum tua untuk menghadapi ulama dari kaum muda.
Uniknya kedua belah pihak (Ulama kaum Tua dan Ulama kaum Muda)
menampilkan orang orang muda dari kedua belah pihak. Sehingga antara
ulama tua dari kedua belah pihak seolah olah tidak terjadi perbedaan
pendapat.
Walaupun Syekh Muda Waly telah memiliki ilmu pengetahuan agama yang
luas,namun ada hal yang belum memuaskan hati beliau yaitu ilmu yang
beliau miliki belum mampu menenangkan batin beliau , akhirnya beliau
memutuskan untuk memasuki jalan tasauf sebagaiman yang telan ditempuh
oleh ulama- ulama sebelumnya. Apabila Ar Ranirin di Aceh mengambil
tariqat Rifa`iyah dan Syekh Abdur Rauf yang lebih dikenal oleh
masyarakat Aceh dengan sebutan Teungku Syiah Kuala mengambil tariqah
Syatariyah maka Syekh Muda Waly memilih Thariqat Naqsyabandiyah, sebuah
tariqat yang popular di Sumatra Barat kala itu . Beliau berguru kepada
seorang Ulama besar Tariqah di sumatar barat kala itu yaitu Syekh Abdul
ghaniy Al Kamfary bertempat di Batu Bersurat, kampar, bangkinang. Beliau
bersuluk disana selama 40 hari lamanya. Menurut sebagian kisah
menyebutkan bahwa selama dalam khalwatnya dengan riyadah dan munajat
berupa mengamalkan zikir zikir sebagaimana atas petunjuk Syekh Abdul
Ghany beliau sempat mengalami lumpuh sehingga tidak bisa berjanji untuk
mandi dan berwudhuk.
Setelah selesai berkhalwat beliau merasakan kelegaan batin yang luar
biasa jauh melebihi kebahagiannya ketika mendapat ilmu yang bersifat
lahiriyah selama ini. Beliau mendapat ijazah mursyid dari Syekh Abdul
Ghani sebagai pertanda bahwa beliau sudah diperbolehkan untuk
mengembangkan thariqah Naqsyabandi yang beliau terima. Setelah mendapat
ijazah thariqah beliau kembali kekota Padang dan mendirikan sebuah
Pesantren yang bernama Bustanul Muhaqqiqin di Lubuk Begalung, Padang.
Sebuah pesantren yang terdiri dari beberapa surau dan asrama. banyak
murid yang mengambil ilmu di pesantren tersebut bahkan juga
santri-santri dari Aceh. Tetapi pada saat jepang masuk kePadang, Syekh
Muda Waly mengambil keputusan pulang ke Aceh karena di Aceh beliau
merasa lebih tenang dan nyaman dalam mengamalkan dan mengembangkan ilmu
yang telah beliau miliki. Sehingga akhirnya Pesantren yang beliau bangun
di Padang lumpuh.
PULANG KE ACEH
Setelah Syekh Muda Waly berjuang menuntut ilmu
pengetahuan melalui pendidikan yang secara lahiriahnya seperti tidak
teratur, tetapi pada hakikatnya bagi Allah S.W.T., perjalanan pendidikan
beliau selama ini membawa beliau naik ke tingkat martabat ulama dan
hamba Allah yang shalih. Maka dengan hasil perjalanan pandidikannya
serta pengalaman-pengalaman yang beliau dapati selama ini, rasanya bagi
beliau sudah cukup dijadikan pokok utama untuk mengembangkan agama Allah
ini dengan pendidikan pesantren di tempat beliau dilahirkan, di blang
poroh Darussalam Labuhan Haji, Aceh Selatan. Meskipun pada waktu itu
kata Darusssalam itu belum ada, dan adanya nama ini setelah beliau
mendirikan pesantrten di desa beliau sendiri.
Lebih kurang pada akhir tahun 1939, beliau
kembali ke Aceh Selatan melalui parahu layar dari Padang ke Aceh di
kecamatan Labuhan haji.Beliau disambut dengan meriah oleh ahli famili,
para teman dan masyarakat, Labuhan Haji. Setelah beberapa hari beliau
berada di desanya, maka beliau bertekad membagun sebuah pasantren.
Pembangunan sebuah pesantren kali pertama tentu seadanya saja. Maka
beliau hanya mendirikan sebuah surau bertingkat dua. Pada tingkat dua di
atas sebagai tempat tinggal beliau beserta keluarga, sedangkan pada
tingkat bawah dan yang masih tersisa di atas dipergunakan sebagai tempat
ibadah.
Lahan tempat mendirikan musholla yang diberi oleh
famili beliau sangat terbatas, sedangkan jamaah sudah mulai kelihatan
berbondong-bondong datang ke surau beliau. Ibu-ibu pada malam selasa dan
harinya, sedangkan bapak-bapak pada malam rabu dan harinya pula. Oleh
karena itu, maka beliau ingin memperluas lahan untuk betul-betul memulai
sebuah pesantren yang dapat menampung santri-santri dengan tempat
tinggalnya sekalian, yang dalam istilah Aceh, disebut dengan
rangkang-rangkang. Maka beliau berusaha untuk membeli tanah sekitar
surau yang ada. Beliau membeli tanah untuk pembangunan pesantren sedikit
demi sedikit, hingga mencapai ukuran 400x250 m2. Di atas tanah itulah
beliau menampung santri-santri yang berdatangan sedikit demi sedikit,
dari Kecamatan Labuhan Haji, dari kecamatan-kecamatan di Aceh Selatan,
bahkan juga dari berbagai kabupaten di Daerah Istimewa Aceh.
Berkembanglah pesantren itu, sehingga pelajar-pelajar dari luar
daerahpun pada berdatangan, khususnya dari berbagai propinsi di Pulau
Sumatra.
Pesantren itu beliau bagi-bagi atas berbagai nama, sebagai berikut;
Pertama: Darul-Muttaqin; di bagian ini terletak
lokasi madrasah, mulai dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi dan di
sampingnya dibangun sebuah surau besar selaku tempat ibadah. Khususnya
dalam pengembangan tariqat Naqsyabanditah dan dijadikan tempat khalwat
atau suluk 40 hari selama ramadhan dengan 10 hari sebelumnya, 10 pada
awal zulhijjah, 10 hari pada bulan Rabiul awal
- Darul `Arifin; dilokasi ini bertempat
tinggal guru guru ynag sebagian besar sudah berumah tangga.Lokasinya
agak berdekatan dengan pantai Laut Samudra Hindia
- Darul Muta`allimin ;Ditempat ini bertempat tinggal para santri pilihan diantaranya anak syekh Abdul ghani Al kampari,guru tasauf Syekh muda Waly .
- Darus salikin ; dilokasi ini banyak asrama asrama tempat tinggal para pelajar penuntut ilmu yang juga digunakan sebagai tempat berkhalwat.
- Darul zahidin; Lokasi yang paling
ujung dari lokasi pesantren Darussalam ini, Kalau bukan karena tempat
lainnya sudah penuh,maka jarang seklai santri yang mau tinggal di lokasi
ini apalagi tempat ini pada mulanya merupakan tambak udang dan ikan .
- Darul Ma`la; lakasi ini merupakan lokasi nomr satu karena tanhnya tinggi dan udaranyapun bagus dan terletak dipinggir jalan.
Semua lokasi ini dinamakan oleh syekh Muda waly
dengan nama demikian sebagai tafaul kepada Allah semoga semua santri
yang belajar disitu menjadai hamba hamba Allah yang senatiasa menuntut
ilmu (Al Muta`allimin), hamba hamba yang zahid, mengutamakan akhirat
dari pada dunia (Az-Zahidin), hamba hamba yang shalih mendapat tempat
terhormat baik disisi Allah maupun dalam pandangan masyarakat .
Tak lama kemudian beliau menikah dengan seorang
wanita dari desa pauh, Labuhan Haji. Kemudian beliau mendirikan sebuah
pesantren lain di ibu kpta kecamatan. Pesantren ini merupakan sebuah
pesantren khusus,pelajarnya juga tidak banyak. para pelajar di pesantren
ini secara langsung berhadapan dengan kaum orang orang yang berfaham
wahabi sewhingga mendatangkan persaingan pengembangan ilmu pengetahuan
agama melalui perdebatanm yang diadakan para pelajar membahas masalah
masalah khilafiyah dengan dalil dalilnya menurut pendirian ulama ahlussunnah waljamaah.
Dipesantren inilah diadakan pengajian yang dikuti oleh semua lapisan
masyarakat bahkan juga dikuti oleh kalanganMuhammadiyah dan golongan
Salik Buta sehingga menjadikan majlis ini majlis yang dipenuhi dengan
pertanyaan dan debatan yang ditujukan kepada Syekh Muda Waly. Namun
semuanya dapat di jawab oleh Syekh Muda Waly dengan jawaban ilmiah yang
memuaskan.
PENDIDIKAN PESANTREN
Di pesantren yang beliau bangun itu Syekh Muda
Waly mengajarkan kepada masyarakat ilmu agama. Khusus untuk kaum ibu
pada hari malam selasa, senin, atau malam senin. Pada malam senin kaum
ibu ibu mendapat ceramah agama dari guru guru yang telah ditetapkan oleh
beliau. sedangkan pada selasa pagi sebelum zuhur, setelah pengajian
subuh, semua kaum ibu ibu yang bermalam di pesantren ikut membangaunn
pesantren dengan menimbun sebagian lokasai pesantren yang belum rata
dengan batu yang diambil dari pantai. Satu yang aneh dan luar biasa,
batu itu dihempaskan oleh gelombang air laut kepantai dan batu batu itu
berwarna putih bersih. Dan ini hanya terjadi di pantai yang berada di
dekat pesantren. Setelah shalat Dhuhur para ibu ibu tersebut mendapat
ceramah dari guru yang telah ditentukan oleh Syekh Muda Waly yang
kemudian lanjutkan dengan tawajuh dalm tariqat Naqayabandyah dan shalat
ashar. Sedangkan waktu untuk kaum laki laki dalah pada selasa malam
mulai maghrib hingga larut malam.
Pada setiap bulan Ramadan Syekh Muda waly
mengadakan khalwat untuk masyarakat yang dimulai sejak sepuluh hari
sebelum Ramadan sampai harai raya idul fitri. Ada yang berkhalwat selama
40 hari ada juga yang 30 hari dan ada juga yang 20 hari. selain dalam
bulan Ramadan, khalwat juga diadakan dalam bulam Rabiul awal selama 10
hari.Demikian juga pada bulan Zulhijjah selama 10 hari semenjak tanggal
satu sampai 10 Zulhijjah.
Sistem pendidikan pesantren yang diterapkan oelh syekh Muda Waly terbagi kepada dua:
Pertama: sistem qadim, yakni sitem
pendidikan yang telah berjalan bagi para ulama sebelumnya. Sistem ini
menekankan supaya kitab kitab yang dipelajari mesti khatam. Oleh Karena
guru hanya membaca, menerjemahkan dan menjelaskan sepintas lalu makna
yang terkandung di dalamnya. Menurut beliau sitem ini kita bagaikan naik
bus pada malam hari, yang kita lihat hanyalah jalan yang disorot oleh
lamu bus saja.walaupun perjalanannya panjang dan banyak yang kita lihat
tetapi hanyalah sekedar jalan yang diterangi oleh lampu bus
saja,sedangakan dikiri kanannya kita tidak melihatnya.
Kedua: sistem madrasah. Pada sitem ini
para pelajar sudah mengunakan bangku dan papan tulis. Pada sitem kedua
ini tidak ditekankan pada khatam kitab,tetapi harus banyak diskusi untuk
pendalaman. Sewbagai contoh,apabila pelajaran fiqh yang dibaca adalah kitab Tuhfah Al Muhtaj syarah Minhajul Thalibin,
maka yang dibaca hanya sekitar 10 baris saja, dilanjutkan dengan
pembahasan pada matannya, syarahnya serta hasyiah hasyiahnya serta
pendalaman berdasarkan dalil dalilnya baik dari Al Qur an, Al Hadis
ataupun disiplin ilmu lainnya. ini memang memakan waktu yang lama,
tetapi bila para santri terbiasa dengan sstem ini maka akan menghasilkan
pemahaman yang mendalam dalam memahami kitab kuning. Rupanya kedua
sitem ini sangat menarik sehingga banyak santri yang berdatangan ke
Darussalam yang berasal dari berbagai daerah.
Syekh Muda Waly mengamalkan ilmunya dengan luar
biasa. Pukul 6.00 pagi beliau mengajar semua santri muali dari tingkat
yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Disini terbuka pintu bagi
semua santri untuk menanyakan segala sesuatu tentang lafaz yang beliau
baca. Pukul 9.00 pagi setelah sarapan dan shalat dhuha belaiu menagjar
pada tingkat yang lebih tinggi,yang terdiri dari para dewan guru. kitab
yang dibaca adalah Tuhfah Al Muhtaj, jam`ul jawami` dan kitab besar
lainnya samapai waktu ashar. Sesudah asar beliau juga menyediakan waktu
bagi siapa saja yang berminat mengambil ilmu dari beliau. Syekh Muda
Waly sangat disiplib dalam menagjar sehingga dalam kondisi sakitpun
beliau tetap mengajar. Pernah pada satu kali pada saat beliau sakit.
para murid beliau sepakat untuk tidak mendebat beliau, tetapi hanya
mendengarkan penjelasan dari beliau.Rupanya hal ini membuat beliau
marah, kenapa para murid beliau tidak mendebat beliau.Pertanyaan dan
debatan dari murid mrid beliau rupanya menjadi obat yang sangat mujarab
bagi beliau.Tetapi beberapa saat setelah mengajar beliau kembali jatuh
sakit.
Tetapi beberapa saat setelah mengajar beliau kembali jatuh sakit.
Ketekunan dan kedisiplinan beliau dalam mendidik muridnya telah
membuahkan hasil yang luar biasa,sehingga dari beliau lahirlah puluhan
ulama ulama yang menjadi benteng Ahlussunnah di Aceh dan sekitarnya
Hampir seluruh pesantren di Aceh sekarang ini mempunyai pertalian
keilmuan dengan beliau dan dari murid murid beliau lahir pulalah ulama
ulama terpandang dalam masyarakat.Dengan adanya perjuangan beliau
perkembangan faham wahabi dan ide pembaruan terhadap ajaran islam yang
telah menjalar ke sebagian tokoh tokoh di Aceh dapat ditekan Beliau
sangat istiqamah dengan faham Ahlussunnah dan mazhab syafii Diantara murid murid beliau adalah:
- Al Marhum Tgk. H.Abdullah Hanafiah Tanoh Mirah,pimpinan Dayah darul Ulum, Tanoh Mirah, Bireun
- Al Marhum Tgk.Abdul Aziz bin Shaleh,pimpinan pesantren MUDI MESRA(Ma`hadal Ulum Diniyah Islamiyah)Samalanga,Bireun.
- Al Marhum Tgk. Muhammad Amin Arbiy.Tanjongan,Samalanga,Bireun.
- Tgk. H.Muhammad Amin Blang Bladeh(Abu Tumin)pimpinan pesabtren Al Madinatut Diniyah Babussalam,Blang Bladeh Bireun.
- Teungku H.Daud Zamzamy.Aceh Besar.
- Al Marhum Tgk..Syekh Syihabuddin Syah(Abu Keumala)pimpinan pesantren Safinatussalamah , Medan.
- Teungku Adnan Mahmud pendiri pesantren Ashabul Yamin Bakongan Aceh Selatan .
- Al Marhum.Tgk Syekh Marhaban Krueng Kalee(putra Syekh Hasan Krueng kale) mantan menteri muda era Sukarno.
- Al MarhumTgk.Muhammad Isa Peudada
- Al MarhumTgk.ja`far Shiddiq Kuta Cane
- Al MarhumTgk. Abu Bakar sabil,Meulaboh Aceh Barat
- Al MarhumTgk.Usman fauzi.Cot Iri,Aceh Besar.
- Syekh.prof.Muhibbuddin waly (putra beliau sendiri yang paling tua)
- Al Marhum Syekh JailaniAl Marhum Syekh Labai sati , Padang Panjang
- Al Marhum Tgk.. Qamaruddin ,Teunom.Aceh Barat
- Tgk.Syekh Jamaluddin Teupin Punti,Lhok sukon,Aceh utara
- Tgk.Syekh Ahmad Blang Nibong Aceh Utara
- Tgk.Syekh Abbas Parembeu,Aceh Barat
- Tgk.Syekh Muhahammad Daud,Gayo
- Tgk.Syekh Ahmad,Lam Lawi,Aceh Pidie
- Tgk.Muhammad Daud Zamzami,Aceh Basar.
- Tuanku Idrus, Batu Basurek,Bangkinang
- Al Marhum Tgk.Syekh Amin Umar,Panton labu
- Syekh Nawawi Harahap,Tapanuli
- Al Marhum Tgk Syekh Usman Basyah,Langsa
- Tgk.Syekh Karimuddin,Alue Bilie,Aceh Utara
- Tgk.Syekh Basyah Kamal Lhoung,Aceh Barat
- Dan lain lain banyak lagi
Selain meninggalkan murid,beliau juga meninggalkan beberapa tulisan diantaranya :
- Al fatwa,Sebuah kitab dalam bahasa indonesia
dengan tulisan arab,berisi kumpulan fatwa beliau mengenai berbagai macam
permasalahan agama
- Tanwirul anwar,berisi masalah masalah aqidah
- Risalah adab zikir ismuz Zat
- Permata Intan,sebuah risalah singkat berbentuk soal - jawab mengenai masalah i`tidaq
- Intan Permata,risalah singkat berisi masalah tauhid
Dalam risalah yang terakhir (Intan Permata)
beliau memberi keputusan tentang perdebatan Syekh Ahmad Khatib dengan
Syekh Sa`ad Mungka,beliau menyebutkan:
“Ketahuilah hai segala ummat Ahlissunnah
waljamah,bahwasanya karangan yang mulia Syekh Ahmad al Khatib yang
bernama:Izhar Zighlil-Kazibin,tentang membantah Rabithah dan Thariqat
naqsyabandiyah itu adalah silap dan salah paham dari Syekh yang mulia
itu,karena beliau itu telah ditolak oleh yang mulia Syekh Sa`ad Mungka
Payakumbuh(Sumatra Tengah)dengan kitabnya Irghamu Unufil
Muta`annitin.Kemudian kitab ini dijawab pula oleh yang mulia Syekh Ahmad
al khatib dengan kitabnya as Saiful Battar.Kitab ini pun ditolak oleh
yang mulia Syekh As`ad Mungka dengan kitabnya yang bernama Tanbihul
`Awam.Pada akhirnya patahlah kalam Tuan Syekh Ahmad al-Khatib .karena
itu maka hamba yang faqir ini,Syekh Muhammad waly al Khalidy sebabnya
mengambil Thariqat Naqsyabandiyah adalah setelah muthala`ah pada
karangan karangan Syekh Ahmad Khathib dan karangan karangan Syekh Sa`ad
Mungka dimana antara karangan kedua-dua orang ulama itu sifatnya soal
jawab dan debat-berdebat.perlu diketahui bahwa Tuan Syekh Ahmad Khatib
itu murid Sayyid syekh Bakrie bin sayyid Muhammad Syatha.Sedangkan Tuan
Syekh As`ad Mungkar murid Mufti Az Zawawy,gurunya Syekh Usman Betawi
yang masyhur itu.Maka muncullah kebenaran ditangan Tuan Syekh Sa`ad
Mungka apalagi saya telah melihat pula kitab as Saiful Maslul karangan
ulama Madinah selaku menolak kitab Izhar Zighlil Kazibin.Oleh sebab itu
bagi murid muridku yang melihat karanagn syekh Ahmad Khatib itu
janganlah terkejut,karena karangan beliau itu ibarat harimau yang telah
dipancung kepalanya.”
Syekh Muda Waly bukan hanya berperan dalam
menyebarkan ilmu agama saja.Tapi beliau memiliki andil yang besar dalam
mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Republik Indonesia.Dalam
mempertahankan proklamasi 17 agustus 1945 para ulama Aceh tampil kedepan
dengan mengeluarkan fatwa jihad fi sabilillah dan mendirikan barisan
barisan perjuangan.Pada tanggal 18 Zulqa`dah 1364 Teung Syekh Hasan
Krueng Kalee mengeluarkan fatwa dengan menyatakan bahwa perjuangan
mempertahankan Republik Indonesia dan berperang menetang musuh musuh
Allah adalah suatu kewajiban dan apabila mati dalam peperangan itu akan
mendapat pahala syahid .Disamping itu juga diterangkan pula hendaklah
ummat islam mengorbankan jiwa dan harta untuk menolong agama Allah dan
menolong negara yang sah.fatwa itu dusebarkan luas keseluruh Aceh
melalui pemuda pemuda Aceh yang tergabung dalam Barisan Pemuda Indonesia
yang kemudian menjadi Pemuda republic Indonesia.
Berdasarkan itu Syekh Muda Waly di Labuhan Haji
memperkuat fatwa tersebut melalui pengajian pengajian dan ceramah
ceramah umum.bahkan beliau menjabat sebagai pimpinan tertinggi dalam
bariasabn Hizbullah,meskipun dalam pelaksanaannya banyak diserahkan
kepada keponakannya yang juga merupakan seorang ulama muda yang kemudian
menjadi menantu beliau.Di samping itu PERTI yang dipimpin oleh Nya`
Diwan telah membawa satu barisan perjuanagan dari Sumatra barat yang
disebut Lasymi(Laskar Muslimin Indonesia).Antara kedua laskar ini saling
mengisi demi memperjuangkan Ahlussunnah dan mempertahankan kedaulatan
Negara dari tangan penjajah.
.
Peristiwa berdarah di Aceh
Dalam mempertahankan keutuhan negara Indonesia
beliau juga memiliki peran ynag sangat penting.Pada tanggal 13 Muharram
1373 /21 september 1953 meletuslah peristwa berdarah di Aceh yaitu
peristiwa DI/TII yang dipimpin oleh Tgk.Muhammad Daud Bereueh,mantan
gubernur militer Aceh Langkat dan Tanah Karo dan mantan gubernur Aceh
dan merupakan salah seorang pemimpin utama PUSA (Persatuan Ulama Seluruh
Aceh).Beliau memang tidak bergabung dalam PUSA karena sebagian besar
ulama ynag bergabung dalam PUSA telah terpengaruh dengan ide pembaruan
dalam Islam dari Minangkabau.
Dalam hal ini para ulama besar di Aceh yang
terdiri dari Kaum Tua antara lain Syekh Muda waly,Syekh Hasan Krueng
Kalee,Teungku Abdul Salam Meuraksa,Teungku Saleh Mesigit Raya dan ulama
lainnya tidak mendukung gerakan ini,karena mereka mengetahui bahwa latar
belakang kejadian ini bukanlah hal hal yang dikaitkan dengan agama
tetapi hanyalah hal hal yang dikaitkan denagn dunia semata.oleh karena
itu para ulama terszebut mengeluarkan fatwa mengutuk pemberontakan
tersebut atas nama para ulama ulama tersebut.tetapi karena semua ulama
tersebut berada dalam PERTI maka penonjolannya lebih terlihat atas nama
PERTI.Teungku Syekh Muda Waly pada tanggal 18 November 1959 dalam suatu
rapat umum di Labuhan Haji mengharamkan pemberontakan tersebut,dan
beliau menyatakan siap memberi bantuan menurut kesanggupan beliau.para
ulama ulama tersebut sangat menyayangkan kenapa faktor faktor
pemberontakan tersebut tidak di musyawarahkan terlebih dahulu dengan
para ulama- ulama besar di Aceh.Sehingga segala permasalahan dapat
diselesaikan tanpa harus melalui peristiwa berdarah.Karena jasa beliau
itu,beliau pernah diundang oleh Presiden Sukarno ke istana Bogor pada
tahun 1957 untuk menghadiri Konferensi Ulama Indonesia untuk memutuskan
kedudukan Presiden Sukarno menurut Islam.dalam konferensi tersebut
beliau para ulama dari seluruh Indonesia sepakat menyatakan bahwa
presiden Sukarno itu presiden yang sah dengan prediket Wali al amri al
Dharury bi al syaukah.
Setelah berjuang demi tegaknya agama ini,akhirnya
Syekh Muda Waly kembali kehadapan Allah padsa tanggal 11 syawal 1381/20
maret 1961 tepat pukul 15.30 WIB hari selasa.Jenazah beliau di
shalatkan oleh ulama dan murid murid beliau serta masyarakat yang
terjangkau kehadirannya ke Dayah Labuhan Haji,karena pada zaman itu
kendaraan umum masih sangat minim di Aceh selatan.Beliau dimakamkan
dalam komplek Dayah Labuhan Haji yang beliau pimpin.Selanjutnya
kepemimpinan Pesantren tersebut dilanjutkan oleh putra putra beliau
secara bergantian antara lain Syekh Muhibbuddin Waly,Syekh Jamaluddin
Waly,Syekh Mawardi Waly,Syekh Nasir Waly,Syekh Ruslan Waly dan putra
putra beliau lainnya.Hal ini karena hampir semua putra beliau menjadi
ulama ulama terkemuka.Beliau bukan hanya berhasil dalam mendidik murid
muridnya tetapi juga berhasil mendidik putra putranya menjadi ulama
ulama yang gigih mempertahankan faham Ahlussunnah wal
jamaah.Keberhasilan beliau dapat terlihat dengan jelas,dimana sekarang
ini hampir semua pesantren tradisional di Aceh mempunyai silsilah
keilmuan dengan beliau.Coba kita lihat beberapa pesantren diAceh saat
ini antara lain ;
- Pesantren LPI .MUDI MESRA, Samalanga dipimpin
oleh Teungku H.Hasanoel Basry(Abu Mudi)murid dari Syekh Abdul Aziz
(murid Syekh Muda Waly,pimpinan MUDI MESRA sebelumnya)
- Pesantren Al Madinatud Diniyah Babusslam
Blang Bladeh,Bireun dipimpin oleh Syekh H.Muhammad Amin Blang Bladeh
(murid Syekh Muda Waly)
- Pesantren Malikussaleh Panton Labu Aceh utara,dipimpin oleh Syekh .H.Ibrahim Bardan (murid Syekh Abdul Aziz,Samalanga)
- Pesantren Darul Huda Lhueng Angen,Lhok Nibong,Aceh Utara,dipimpin oleh Syekh Abu Daud(murid Syekh Abdul Aziz,Samalanga)
- Pesantren Darul Munawwarah ,Kuta
Krueng,Bandar Dua.Pidie jaya.dipimpin oleh TGK.H Usman Kuta Krueng
(murid Syekh Abdul Aziz,Samalanga)
- Pesantren Darul ulum,Tanoh Mirah
.Bireun.dipimpin oleh TGK.Muhammad Wali,putra Syekh Abdullah
Hanafiah,(murid Syekh Muda waly dan pimpinan pesantren tersebut
sebelumnya)
- Pesantren Raudhatul Ma`arif Cot Trueng Aceh Utara, dipimpin oleh TGK.H.Muhammad Amin (murid Syekh Abdul Aziz,Samalanga)
- Pesantren Darul Huda, Paloh gadeng Aceh
utara.dipimpin oleh Syekh Mustafa Ahmad (Abu Mustafa Puteh,murid Syekh
Muhammad Amin Blang Bladeh)
- Pesantren Ashhabul Yamin,Bakongan,Aceh
Selatan,dipimpin oleh Syekh Marhaban Adnan(murid Syekh Abdul
Aziz,Samalanga,putra Syekh Adnan Mahmud Bakongan )
- Pesantren Ruhul fata,Seulimum,Aceh Besar,dipimpin oleh TGK.H.Mukhtar Luthfy (murid Syekh Abdul Aziz,Samalanga)
- Pesantren Serambi Makkah,Meulaboh,Aceh
Barat.dipimpin oleh Syekh Muhammad Nasir L.c(murid Syekh Abdul
Aziz,Samalanga putra Abuya Syekh Muda waly)
- Bahrul Ulum Diniyah Islamiyah (BUDI
)Lamno,Aceh Jaya.dipimpin oleh Tgk.H.Asnawi Ramli,sebelumnya dipimpin
oleh Tgk.Syekh Ibrahim Lamno (murid Syekh Abdul `Aziz Samalanga)
- Yayasan Dayah Ulee Titi,Ulee Titi,Aceh Besar,dipimpin oleh Tgk.Syekh `Athaillah(murid Syekh Ibrahim Lamno)
Kesemua Pesantren tersebut dan beberapa pesantren
lainnya mempunyai pertalian keilmuan dengan Syekh Muda Waly.Demikianlah
manaqib singkat Syekh Muda Waly yang lebih populer dalam masyarakat
Aceh dengan sebutan Abuya Muda Waly,seorang ulama yang sangat berperan
dalam mempertahankan Faham Ahlussunnah dan mazhab Syafii di bumi
Aceh.Seorang Ulama besar yang bisa dikatakan sebagai Mujaddid untuk Aceh
dan sekitarnya .Semoga Allah menempatkan beliau disisinya yang
tinggi.dan semoga Allah melahirkan Syekh Muda Waly lainnya untuk Aceh
ini khususnya dan untuk ummat islam lainnya.
Rujukan From:
1.Prof.Muhibbuddin Waly,Ayah Kami Haji Muhammad Waly Al Khalidy.
2.KH.Sirajuddin Abbas,Keagungan Mazhab Syafii
3……….,Ulama Syafii dan Kitabnya dari abad keabad
4.Tgk.Syekh Syihabuddin Keumala,Wazifah Abuya
5.Shabri A,dkkBiografi Ulama-Ulama Aceh Abad xx jilid I
6.Dll.
Wallahu A'lam.