Search This Blog

Tuesday, November 26, 2013

Benarkah Jendral Kohler Mati Tertembak?

Benarkah Jendral Kohler Mati Tertembak?

 
 
 
 
 
 
1 Votes

Lukisan karya E. VermorckenHARI minggu atau Ahad kemarin, 6 Januari mungkin akhir pekan pertama buat saya jalan-jalan ke ibukota Jakarta lagi setelah sekian tahun meninggalkan ritual di kota yang serba metropolis ini.
Tidak muluk-muluk untuk mengakhiri akhir pekan kali ini, tanpa mengatur agenda secara detail walaupun suasana hujan masih menyelimuti Jakarta, saya memutuskan untuk mencari tahu sejarah tentang seorang Jendral yang telah lama pergi dari dunia yang fana ini.
Jenderal itu bernama Johan Harmen Rudolf Köhler atau kita sering dengar namanya disingkat JHR Köhler, bagi Anda yang sudah pernah ke Aceh, tepatnya ke Banda Aceh tentu sudah tahu lokasi tempatnya bersemayam.
Diakhir hayat, ada satu kalimat yang masih sangat melekat saat Köhler rubuh diantara prajuritnya 14 April 1873, yakni O God. Ik ben getroven (Oh Tuhan aku telah kena),” begitulah kata sejarah.
Di bawah bak (pohon) Geulumpang atau kelumpang (sterculia foetida) Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh atau pintu sebelah utara sampai kini masih terlihat jelas (semen) monumen dimana Köhler meregang nyawa, hingga ada beberapa orang luar mengenal pohon Geulumpang itu dengan sebutan Kohlerboom atau pohon Kohler.
Sejenak Anda melihat gambar di atas, itu adalah lukisan karya dari E. Vermorcken yang menceritakan sang Jenderal mati tertembak di bawah pohon Keutapang Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
Lukisan yang diberi judul ”1873: Jendral Kohler tewas di Mesigit, Kutaraja, pada saat Perang Aceh” tersebut konon banyak kisah sejarah yang dikenal orang-orang adalah salah satu tempat dimana Köhler tertembak oleh sniper dari Aceh yang bernama Teuku Nyak Radja Lueng Bata. Benarkah seluk beluk cerita versi Belanda ini? atau adakah keturunan Nyak Radja yang bisa mengklarifikasi hal tersebut.
Nah, sebelumnya saat saya mengunjungi Gunongan, yaitu tempat bermainnya permaisuri Sultan Iskandar Muda atau sering disebut dengan Putroe Phang, saya bertemu denga Pak Yahya (72 tahun) salah satu penjaga tempat wisata ditengah kota yang berbagi banyak kisah, termasuk tentang sosok Köhler ini.
Saya sempat mengklarifikasi hal tersebut kepada beliau, secara garis besar Pak Yahya yang juga seorang pensiunan TNI tersebut menyebutkan jika Köhler yang dikenal mati tertembak oleh banyak orang, ternyata sebelum berakhir di Masjid Raya, Köhler sempat ditusuk pedang milik warga Gampong Kleng, daerah tetangga dari Gampong Japakeh yang tidak jauh dari komplek Masjid Raya.
Menurut sejarah yang diketahui oleh Pak Yahya, bukan tidak ada alasan kenapa warga setempat menusuk Köhler. “Dia memang tinggal di Japakeh, dulu disitu adalah tempat tinggal si Jendral. Karena itulah Köhler sering bermain-main ke Gampong Kleng yang tidak jauh dari tempat tinggalnya,” jelasnya.
Pak Yahya juga menyebutkan, kejadian yang menimpa Köhler waktu itu akibat dirinya tertarik dengan istri warga di Gampong Kleng, hal tersebut diketahui oleh suaminya yang berakhir Köhler ditusuk dengan pedang (klewang) sampai tembus badan, sayangnya pedang itu tidak bisa dilepas oleh Köhler, hingga dia melarikan diri hingga sampai ke Masjid Raya untuk meminta bantuan anak buahnya.
Dan yang terjadi waktu itu masjid Raya pun diserang oleh pasukan Belanda. Sehingga membuat rakyat Aceh marah besar. Tak lama sedang berlangsung penyerangan Köhler pun tiba di bawah pohon Geulumpang dan disanalah dia mengakhiri hidupnya yang kritis dengan menerima tembakan peluru dari rakyat Aceh.
Itulah secuil kisah sejarah versi Pak Yahya, yang kemudian mengantar saya ke Museum Taman Prasasti di Tanah Abang untuk mencari tahu misteri kematian Köhler.
Sayangnya informasi Köhler yang saya dapat di MTP juga terbatas, dari seorang penjaga museum bernama Yudi, saya juga mencoba menggali informasi kenapa Köhler bisa ada dua nisan, selain di Aceh juga ada di Jakarta.
Beberapa ceritanya Mas Yudi juga mengarahkan kalau Köhler mati tertembak. “Yang saya tahu Köhler mati di Masjid Raya, waktu itu dia mau menyerang Keraton, tapi salah sasaran dan menyerang Masjid Raya sehingga dianya mati tertembak,” tuturnya.
Tidak hanya itu, dalam sebuah percakapan di linimasa Twitter saya juga sempat menanyakan perihal kematian Köhler yang masih misteri ini. Ada beberapa jawaban, termasuk dari seorang teman yang mendengar kisah dari dosen sejarahnya di Universitas Syiah Kuala yang juga meyakini kalau Köhler juga mati tertembak dan bukan dari bidikan sniper.
Wah, akhirnya ada ragam versi yang saya dapatkan tentang Köhler ini disaat akhir hidupnya. Semoga saja sebuah sejarah yang pernah ditulis dulu bukan gosip-gosip yang berkembang waktu itu, kemudian tercatat dalam lembaran sejarah. Akan ada sebuah akhir dimana sejarah itu terungkap jika orang-orang Aceh dulu juga sempat menurunkan cerita leluhurnya dalam ingatan anak-anak cucunya agar kisah itu tertulis untuk diketahui oleh umum.
Jika ada dari Anda pernah membaca sebuah literatur, buku, atau sejarah Köhler dan ingin berbagi jangan sungkan-sungkan ya. Dan saya ucapkan terima kasih sebelumnya. :)
Cukup ini sepertinya pembukaan tentang Köhler, kapan-kapan saya ceritakan lagi sambungan untuk Museum Taman Prasasti ini untuk Anda yang tentunya masih ada hubungan dengan sang Jendral juga.
Dan inilah beberapa foto dari MTP, tempat dimana Köhler dikuburkan pada masa itu persis dengan nisannya di komplek Kerkhoff Banda Aceh.[]
About these ads

No comments: