Benarkah Jendral Kohler Mati Tertembak?
Posted on Tuesday, 8 January 2013 by Aulia
HARI minggu
atau Ahad kemarin, 6 Januari mungkin akhir pekan pertama buat saya
jalan-jalan ke ibukota Jakarta lagi setelah sekian tahun meninggalkan
ritual di kota yang serba metropolis ini.
Tidak muluk-muluk untuk mengakhiri akhir
pekan kali ini, tanpa mengatur agenda secara detail walaupun suasana
hujan masih menyelimuti Jakarta, saya memutuskan untuk mencari tahu
sejarah tentang seorang Jendral yang telah lama pergi dari dunia yang
fana ini.
Jenderal itu bernama Johan Harmen Rudolf
Köhler atau kita sering dengar namanya disingkat JHR Köhler, bagi Anda
yang sudah pernah ke Aceh, tepatnya ke Banda Aceh tentu sudah tahu
lokasi tempatnya bersemayam.
Diakhir hayat, ada satu kalimat yang masih sangat melekat saat Köhler rubuh diantara prajuritnya 14 April 1873, yakni “O God. Ik ben getroven (Oh Tuhan aku telah kena),” begitulah kata sejarah.
Di bawah bak (pohon) Geulumpang atau
kelumpang (sterculia foetida) Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh atau
pintu sebelah utara sampai kini masih terlihat jelas (semen) monumen
dimana Köhler meregang nyawa, hingga ada beberapa orang luar mengenal
pohon Geulumpang itu dengan sebutan Kohlerboom atau pohon Kohler.
Sejenak Anda melihat gambar di atas, itu
adalah lukisan karya dari E. Vermorcken yang menceritakan sang Jenderal
mati tertembak di bawah pohon Keutapang Masjid Raya Baiturrahman, Banda
Aceh.
Lukisan yang diberi judul ”1873: Jendral
Kohler tewas di Mesigit, Kutaraja, pada saat Perang Aceh” tersebut konon
banyak kisah sejarah yang dikenal orang-orang adalah salah satu tempat
dimana Köhler tertembak oleh sniper dari Aceh yang bernama Teuku Nyak
Radja Lueng Bata. Benarkah seluk beluk cerita versi Belanda ini? atau
adakah keturunan Nyak Radja yang bisa mengklarifikasi hal tersebut.
Nah, sebelumnya saat saya mengunjungi Gunongan,
yaitu tempat bermainnya permaisuri Sultan Iskandar Muda atau sering
disebut dengan Putroe Phang, saya bertemu denga Pak Yahya (72 tahun)
salah satu penjaga tempat wisata ditengah kota yang berbagi banyak
kisah, termasuk tentang sosok Köhler ini.
Saya sempat mengklarifikasi hal tersebut
kepada beliau, secara garis besar Pak Yahya yang juga seorang pensiunan
TNI tersebut menyebutkan jika Köhler yang dikenal mati tertembak oleh
banyak orang, ternyata sebelum berakhir di Masjid Raya, Köhler sempat
ditusuk pedang milik warga Gampong Kleng, daerah tetangga dari Gampong
Japakeh yang tidak jauh dari komplek Masjid Raya.
Menurut sejarah yang diketahui oleh Pak
Yahya, bukan tidak ada alasan kenapa warga setempat menusuk Köhler. “Dia
memang tinggal di Japakeh, dulu disitu adalah tempat tinggal si
Jendral. Karena itulah Köhler sering bermain-main ke Gampong Kleng yang
tidak jauh dari tempat tinggalnya,” jelasnya.
Pak Yahya juga menyebutkan, kejadian yang
menimpa Köhler waktu itu akibat dirinya tertarik dengan istri warga di
Gampong Kleng, hal tersebut diketahui oleh suaminya yang berakhir Köhler
ditusuk dengan pedang (klewang) sampai tembus badan, sayangnya pedang
itu tidak bisa dilepas oleh Köhler, hingga dia melarikan diri hingga
sampai ke Masjid Raya untuk meminta bantuan anak buahnya.
Dan yang terjadi waktu itu masjid Raya
pun diserang oleh pasukan Belanda. Sehingga membuat rakyat Aceh marah
besar. Tak lama sedang berlangsung penyerangan Köhler pun tiba di bawah
pohon Geulumpang dan disanalah dia mengakhiri hidupnya yang kritis
dengan menerima tembakan peluru dari rakyat Aceh.
Itulah secuil kisah sejarah versi Pak
Yahya, yang kemudian mengantar saya ke Museum Taman Prasasti di Tanah
Abang untuk mencari tahu misteri kematian Köhler.
Sayangnya informasi Köhler yang saya
dapat di MTP juga terbatas, dari seorang penjaga museum bernama Yudi,
saya juga mencoba menggali informasi kenapa Köhler bisa ada dua nisan,
selain di Aceh juga ada di Jakarta.
Beberapa ceritanya Mas Yudi juga
mengarahkan kalau Köhler mati tertembak. “Yang saya tahu Köhler mati di
Masjid Raya, waktu itu dia mau menyerang Keraton, tapi salah sasaran dan
menyerang Masjid Raya sehingga dianya mati tertembak,” tuturnya.
Tidak hanya itu, dalam sebuah percakapan
di linimasa Twitter saya juga sempat menanyakan perihal kematian Köhler
yang masih misteri ini. Ada beberapa jawaban, termasuk dari seorang
teman yang mendengar kisah dari dosen sejarahnya di Universitas Syiah
Kuala yang juga meyakini kalau Köhler juga mati tertembak dan bukan dari
bidikan sniper.
Wah, akhirnya ada ragam versi yang saya
dapatkan tentang Köhler ini disaat akhir hidupnya. Semoga saja sebuah
sejarah yang pernah ditulis dulu bukan gosip-gosip yang berkembang waktu
itu, kemudian tercatat dalam lembaran sejarah. Akan ada sebuah akhir
dimana sejarah itu terungkap jika orang-orang Aceh dulu juga sempat
menurunkan cerita leluhurnya dalam ingatan anak-anak cucunya agar kisah
itu tertulis untuk diketahui oleh umum.
Jika ada dari Anda pernah membaca sebuah
literatur, buku, atau sejarah Köhler dan ingin berbagi jangan
sungkan-sungkan ya. Dan saya ucapkan terima kasih sebelumnya.
Cukup ini sepertinya pembukaan
tentang Köhler, kapan-kapan saya ceritakan lagi sambungan untuk Museum
Taman Prasasti ini untuk Anda yang tentunya masih ada hubungan dengan
sang Jendral juga.
Dan inilah beberapa foto dari MTP, tempat
dimana Köhler dikuburkan pada masa itu persis dengan nisannya di
komplek Kerkhoff Banda Aceh.[]
About these ads
No comments:
Post a Comment