Antara Kebon Jahe Hingga Kutaraja
Posted on Friday, 18 January 2013 by Aulia
SEBENARNYA cerita
ini sudah saya tulis sejak beberapa hari lalu, menyambung sekelumit
sejarah seorang jenderal dari Belanda yang punya kisah misterius saat
akhir hidupnya.
Johan Harmen Rudolf Köhler atau JH
Köhler yang lebih banyak diketahui orang hingga kini belum jelas apakah
benar dia mati tertembak atau tertusuk oleh pedang (klewang) warga
Gampong Kleng pada masa itu.
Kisah itu telah saya tulis pada dalam tulisan sebelumnya,
sampai-sampai saat saya berada di Jakarta tidak menyia-nyiakan waktu
untuk berkunjung ke bekas kuburannya di Museum Taman Prasasti (MTP) atau
dulunya disebut Kebon Jahe Kober, yang ada sekitar tahun 1795.
Mungkin bagi Anda yang telah familiar
dengan wisata museum, tentu sudah sering mendengar sejarah MTP yang
terletak di jalan Tanah Abang I, Jakarta Pusat ini. Dari sejumlah
artikel dan tulisan di internet sangat banyak menceritakan kisah
hadirnya tempat pemakaman kuno dunia ini dengan berbagai macam koleksi
prasasti dan bangunan yang bergaya Doria.
MTP yang termasuk dalam Taman Pemakaman
Umum resmi tertua di dunia tersebut memang telah menjadi warisan sejarah
dan budaya Indonesia, jika kondisinya dulu yang mempunyai luas 5,5
hektar bertahan hingga saat ini tentu nilai-nilai sejarah masih sangat
melekat dengan museum di pusat kota.
Namun, apa yang tertinggal kini dengan
perlbagai koleksi nisan-nisan atau prasasti dengan gaya klasik, bahkan
Hindu-Jawa serta Yahudi membuat kehilangan ‘roh’ aslinya jika
dibandingkan dengan apa yang ada di Peutjut (Pocut) Kerkhoff (halaman
gereja) Banda Aceh.
Semua kisah sejarah itu saat ini sangat
mudah untuk Anda dapatkan, tinggal rajin-rajin mencari mana yang benar
dan mana yang asli. Karena seperti apa yang terjadi sama JHR Köhler
tentu membuat saya ingin tahu sedikit saja, bahwa rakyat Aceh memang
tidak ingin sang jenderal di bawa pulang dan dikuburkan di Batavia waktu
itu, sehingga akhirnya dari Kebon Jahe dibongkar lagi dan disemayamkan
ulang di Kutaraja pada tanggal 19 Mei 1978.
Konon, kisah pembongkaran
kuburan JHR Köhler yang sering beredar juga sering menyebutkan proses
pemindahan dilakukan karena terjadi perluasan kota yang kini membuat MTP
hanya meninggalkan sisa area 1,2 hektar.
Walaupun banyak kisah sejarah, tapi bagi
saya perjalanan menyusuri kematian sang jenderal belum berakhir karena
beberapa referensi baru masih perlu terus digali.
Sebelum kita menutup lembaran hidup, ada
baiknya juga kita menulis sejarah apa yang pernah kita rasa, kita
dengar, dan kita coba lihat dengan mata kepala sendiri.
Dalam bahasa Belanda kuno mengatakan SOO GY. NU SYT.WAS.IK VOOR DEESEN DAT.JK, NV BEN SVLT GY OOK WEESEN yang kira-kira artinya “Seperti Anda sekarang, demikianlah Aku sebelumnya. Seperti Aku sekarang, demikianlah juga Anda kelak”. Dan
tulisan itu berukir pada salah satu prasasti yang memberikan arti,
bahwa sebelum kita meninggalkan dunia fana ini akan terukir sejarah.
Berarti atau tidak sejarahnya itu adalah kita yang bisa menentukan
sekarang ini.[]
About these ads
No comments:
Post a Comment