Banyak Situs Sejarah Dimusnahkan
Seharusnya pelajaran sejarah aceh dimasukkan dalam kurikulum agar generasi aceh tak lupa akan sejarah
BANDA ACEH- LPSA (Lembaga Patner Survei Aceh) mengadakan seminar kebudayaan di Aula serbaguna Pasca Sarjana IAIN Ar Raniry, Selasa (8/10).
Kegiatan
yang diikuti puluhan peserta ini mengangkat tema Mempertahankan budaya
Aceh sebagai wujud adanya keberagaman budaya di Indonesia, dan kearifan
lokal sebagai aset budaya bangsa dan implementasinya dalam kehidupan
masyarakat Aceh.
Menurut Muhajir Al
Fahruzy pengurus MAA Provinsi Aceh, orang Aceh selama ini suka melupakan
sejarah. Banyak gedung-gedung peninggalan sejarah seperti Hotel Aceh,
rumah Snouck Hurgronje di Peulanggahan, tempat pembuatan sirup cap
patung di depan Masjid Raya dan lain-lain dirusak.
“Banyak peninggalan sejarah hanya tinggal nama, tidak ada bentuk fisik yang dapat kita lihat lagi sekarang,” ujarnya.
Muhajir
berharap, jangan terjebak dengan asimilasi budaya lain, kita orang Aceh
harus bangga dengan budaya Aceh bukan dengan budaya Korea atau lainnya.
Selain
itu ada beberapa kajian budaya yang juga dijelaskan dalam seminar
tersebut. Bagaimana menjaga identitas ke-Aceh-an agar mendunia.
Misalnya, bahwa Islam di Aceh memiliki kebudayaan tersendiri yang tidak
mengambil budaya orang lain yang dijadikan dalam budayanya.
Seperti
yang dijelaskan Thayeb Loh Angen, Islami tidak harus Arabi. “Aceh
memiliki kebudayaan sendiri, seperti rumah, pakaian, kesenian, makanan
yang asli dari kebudayaan Aceh tersendiri,” ujarnya.
Ia
manambahkan, semua itu sudah terstruktur dengan baik sejak dulu. Jika
diperhatikan, rumah Aceh didesain sedemikian mungkin dengan nilai-nilai
Islami.
“Ini dapat kita lihat dengan
adanya guci di sebelah kanan tangga, menunduk saat masuk ke rumah untuk
menghormati pemilik rumah, serta tentunya rumah adat Aceh yang
menghadap kiblat, dan masih banyak makna-makna lainnya,” jelas dia.
Untuk
menjaga identitas ke Acehan agar tetap ada Thayeb berharap, kurikulum
di sekolah sejak SD hingga ke Perguruan Tinggi agar memasukkan pelajaran
tentang sejarah Aceh. Sehingga para generasi penerus tahu dan mengerti
dengan baik akan budaya Aceh yang orisinil.
|ZULHADI SENTOSA
Berita Terkait:- Kongres Kebudayaan: Budaya Mayoritas Dipaksa Jadi Budaya Indonesia
- Tangloeng Dance Festival Ke II Se-Aceh Digelar Februari Mendatang
- Ketua LPSK: Hak Korban HAM di Indonesia Belum Dipenuhi
- 7 rekomendasi perihal tata ruang Aceh
- Pemuda Aceh Ikut Kongres Budaya di Jogyakarta
- Sepekan dalam Sejarah Bersama Adab
No comments:
Post a Comment