Search This Blog

Friday, April 26, 2013

Garam Lane di Mata C.Snouck Hurgronje

Garam Lane di Mata C.Snouck Hurgronje



Seniman legendaris asal Tanoh Gayo, AR Moese, dalam sebuah lagunya menggambarkan jalan ke Gayo… “ari Lane renye ku Ise-ise (dari Lane terus ke Ise-ise).” Lane, seperti nama seorang artis Hollywood, Diane Lane, padahal hanya sebuah nama kampung kecil di Kecamatan Linge yang terletak di pinggir jalan negara Takengon-Blang Kejeren. Kawasan ini menjadi salah satu peruweren (ladang pengembalaan tradisional) untuk ternak kerbau. Letaknya kurang lebih sekitar 70 Km arah Tenggara Kota Takengon.
Meskipun Lane sebagai salah satu kampung tertua di Tanoh Gayo, Aceh Tengah, namun perkembangnya masih statis seperti keadaannya pada tahun 1901. C.Snouck Hurgronje menggambarkan Lane sebagai sebuah kampung yang hanya tinggal bekasnya, kecuali tanaman kelapa dan pinang saja yang membuktikan bahwa dahulunya pernah ada kampung di tempat itu.
Saat ini, di kampung itu juga masih terdapat beberapa rumah peternak. Pertumbuhan penduduknya sangat rendah, malah di masa konflik Aceh tahun 1999-2005, kampung ini kosong karena penghuninya mengungsi ke Takengon dan kampung sekitarnya.
Lane, kawasan kering yang terletak di ketinggian 600 meter dari permukaan laut hanya dijadikan sebagai areal pengembalaan ternak kerbau. Tidak terdapat tanaman penting yang tumbuh di sana, hanya beberapa pohon kelapa, pinus mercusii, semak belukar dan hamparan padang rumput.
Istimewanya, ternak kerbau yang berasal dari daerah ini gemuk-gemuk dan sehat. Konon, sejumlah uning (sumber air kaya mineral) yang terdapat di daerah ini mengandung unsur garam yang menjadi extra fooding sebagai penambah selera makan dan mineral bagi hewan itu.
Benarkah uning yang terdapat di kawasan Lane mengandung garam? C. Snouck Hurgronje dalam buku nya yang berjudul Het Gajoland ez Zijne Bewoners (1903) yang telah diterjemahkan Hatta Hasan (1996) menjelaskan tentang Lane. Menurut dia, kondisi Lane saat itu (sekitar tahun 1901) selain pondok-pondok peruweren, terdapat pondok pemasak garam sebagai tempat bermalam selama bekerja. Di daerah itu terdapat dua buah sumur garam yang bernama lancang, sumur yang berisi air keruh dan mengelegak,
Sumur pertama bernama lancang rawan yang diperuntukkan bagi kaum pria, dan sumur kedua bernama lancang banan yang diperuntukkan bagi kaum wanita. Air dari sumur itu ditimba, dimasukkan ke dalam kuali besi, lalu dimasak diatas tungku dengan bahan bakar dari kayu. Seorang pengusaha garam saat itu mampu menghasilkan garam sebanyak 10 are (20 liter) sekali masak.
Snouck menambahkan, garam lane rasanya agak tawar, tetapi kalau terlalu banyak menjadi pahit. Di tempat pembuatannya, harga garam Lane untuk 8 are (16 liter) senilai 1 ringgit. Pada tahun 1901, Jansen seorang insinyur tambang telah membeli sedikit sampel garam Lane.
Dia kemudian meminta Professor Dr. P. van Romburgh menganalisis garam Lane. Hasilnya terdiri dari air (22,39%); pasir dan lain-lain (7,50%); CO2 (15,40%); SIO2 (0,40%); Cloor atau CL (18,20%); Alumunium atau Al2O2 dan Fe2O2 (2,90%); Kapur (15,75%); Magnesia atau MgO (5,18%); Natron atau Na2O (17,10%); dan Kali atau K2O (0,20%).
Bukti yang ditulis Snouck, barangkali cukup mencengangkan bagi generasi muda saat ini. Deskripsi detil tentang setiap wilayah di Dataran Tinggi Gayo menjadi salah satu literatur untuk memahami kehidupan masyarakat Gayo di masa lalu. Tak terkecuali deskripsi tentang sumur (lancang) garam yang terdapat di Lane sangat lengkap. Kenapa tidak, sumur garam itu untuk selanjutnya dijadikan situs sejarah bagi Dataran Tinggi Gayo Aceh Tengah.
Beruntunglah masyarakat Gayo yang memiliki sebuah buku khusus yang sengaja ditulis C.Snouck Hurgronje dengan judul Het Gajoland ez Zijne Bewoners ini. Banyak hal yang diceritakan Snouck dibuku itu dapat diubah menjadi catatan untuk situs sejarah kebudayaan masyarakat di masa lalu. Keterangan-keterangan yang ditulisnya selanjutnya dituliskan kembali sebagai sebuah deskripsi atas dinamika kehidupan dan budaya Gayo di masa lalu. Semoga dan berharap?

Sejarah Pengumpulan Hadist : Keistimewaan Periwayatan Dalam Islam .

Sejarah Pengumpulan Hadist : Keistimewaan Periwayatan Dalam Islam .



Perjalanan mencari ilmu dan periwayatan hadist dalam Islam sangat istimewa yang tidak dijumpai didalam agama-agama yang lain termasuk agama Nasrani dan Yahudi.Memang periwaytan buykan hal yang baru,dan telah dikenal orang jauh sebelum Islam,tetapi periwayatan sebelum Islam tidak menganggap penting terhadap kebenaran ceriteranya.Tetapi dalam Islam proses periwayatannya sangat penting dan sesuai dengan metoda ilmiyah yang sangat ideal.
Bahkan dalam periwayatan hadist bukan hanya ceriteranaya yang penting,tetapi juga penyelidikan keondisional para periwayatnya dan kebenaran ceriteran itu dengan fakta yang sebenarnya.Berbeda dengan periwayatan yang dilakukan orang-orang sebelum Islam,mereka tidak menganggap penting terhadap kebenaran ceriteranya, penyelidikan keadaan para periwayatnya dan kebenaran ceriteranya itu dengan fakta yang sebenarnya. Mereka tidak memiliki sifat kritis,pembahas,penilai dan penyaring segala yang di riwayatkan seperti yang dimiliki Islam.
Oleh sebab itu yang mereka riwayatkan itu tidak mengandung nilai-nilai suci yang harus diagungkan.Inilah yang menyebabkan dalam periwayatan yang dilakukan oleh orang-orang sebelum Islam bercampur baur dengan domngengan-dongengan bohong selaras kepentingan mereka waktu itu.Konsekuwensinya terdapat berbgai ceritera-ceritera yang saling bertentangan satu dengan lainnya,meskipun membahas hal yang serupa dalam kitab yang dan pasal-pasal yang sama pula.
Sementara para perawi Islam,mereka sangat menyadari bahwa sewmuja hukum syara’ halal dan haram itu harus berdasarkan kepada keterangan-keternagna yang ada dalam al Qur’an ,bukanlah hasil buatan seseorang perawi. Bagi umat Islam menambah-nambah sesuatu yang tidak dasar hukumnya itu dianggap”Bid’ah”dengan sanksi hukumannya sangat berat.Karena dalam perspektif muslim menambah atau mengurangi sesuatu dalam urusan agama,serupa halnya dengan menambah dan mengurangi sesuatu dalam agama Islam.
Dalam hal ini,al Qur’an yang diriwayatkan secara mutawatir(hadist yang diriwayatkan dengan banyak sanadnya yang berlainan perawinya ,yang mustahil berkonspirasi untuk mengadakan hadist tersebut)telah dijamin kemurniannya,melahirkan keyakinan dan kepastian ,karena didalamnya sama sekali tidak ada yang meragukan. Dan sudah seharusnya para peneliti dengan sungguh-sungguh meneliti kebenaran sesuatu hadist yang disandarkan kepada Rasulullah,Nabi Muhammad SAW.
Karenanya para perawi memperketat dan menetapkan syarat-syaratnya bagi periwayatan,dasar-dasar dan kaedahnya yang menjadi ketentuan dalam ilmu naqid(ilmu kritik)baik pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang.Maka dari itu perhatian terhadap kebenaran,keautentikan riwayat ,mengadakan penelitian dan mengkritiknya ,baik sanad mauopun matannya adalah ciri khusus yang hanya terdapat dalam sistem metode periwayatan dalam Islam. Jadi,riwayat orang terpercaya dari orang-orang yang terpercaya pula sampai tidak terputus perawinya hingga kepada Nabi Muhammad SAW .
Sementara periwayatan yang dilakukan oleh orang-orang sebelum Islam,bersifat mursal dan mu’dal atau suatu periwatan yang terputus tidak dekat dengan sumbernya,Musa misalnya bagi periwayatan yang dilakukan oleh orang-orang yahudi,sebagaimana tidak dekatnya proses penulisan mereka dengan Isa Ibnu Maryam dalam kalangan Nasrani.Ada kitab-kitab sebelum Islam ditulis sekitar 15 abad sesudah Musa wafat ,demikian pula halnya dengan kitab yang diturunkan kepada Isa yang ditulis berabad -abad sesudah beliau . Konsekuwensinya terjadi berbagai intervensi tangan-tangan manusia dalam ajaran-ajaran Tuhan yang suci ,suatu hal yang tidak dijumpai dalam periwayatan dalam Islam. Karenanya jika terdapat sedikit saja benda asing dalam kitan suci al Qur-an segera diketemukan,sebagaimana juga hal serupa terhadap Hadist Rasulullah SAW.
MUhammad Nurdin



Peneliti Temukan Ratu Suku Maya di Gua Harta

Peneliti Temukan Ratu Suku Maya di Gua Harta



Headline
Peneliti menemukan tulang Ratu Maya yang secara misterius ditempatkan dalam dua mangkuk. Tulang ini ditemukan bersama dengan harta karun lainnya.Di gua makam sarang tikus tempat tulang ditemukan juga terdapat giok, manik-manik dan pisau upacara. Tulang ratu ini ditemukan di bawah makam 1.300 tahun yang juga berisi mayat direruntuhan Nakum Guatemala. Temuan dua makan kerajaan ini menjadi yang pertama di situs yang dulunya merupakan pusat suku Maya.
Wieslaw Koszkul dan rekan dari Jagiellonian University Institute of Archeology di Krakow, Polandia, telah menyelidiki lingkungan Nakum yang lebih dikenal sebagai Segitiga Budaya selama bertahun-tahun seperti dikutip Dailymail.
“Struktur ini nampaknya seperti makam untuk keturunan kerajaan selama 400 tahun,” kata Koszkul. Sayangnya, mayat di makam ini rusak parah karena tikus namun peneliti yakin, mayat yang ditemukan ini berasal dari tubuh penguasa lain suku Maya.
Menariknya, makam ini tak dijarah, kata direktur proyek Jaroslaw Zralka. Peradaban Maya merupakan nama umum yang diberikan pada beberapa kota merdea yang memiliki budaya sama. Termasuk yang terdapat di Meksiko, Belize, Guatemala, El Salvador dan Honduras.
Suku maya sendiri diprediksikan hidup antara 500 Sebelum Masehi (SM) hingga 900. Kelompok beragam ini berbicara menggunakan 30 bahasa dan dialek yang hampir mirip.

Pesona Istana Empat Zaman

Pesona Istana Empat Zaman



1317111904163874882

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.
Palembang tak cuma melulu Jembatan Ampera dan Masjid Agung. Tak jauh dari dua lokasi ini, ada Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Ini adalah destinasi wisata yang sayang terlewatkan kalau Anda berkunjung ke kota Palembang.
Museum SMB II terletak di dekat dan menghadap sungai Musi. Arsitektur gedung bertingkat dua ini merupakan perpaduan antara pengaruh Eropa dan Palembang. Gaya Eropa nampak pada pilar-pilar yang membentuk setengah lingkaran. Serta pada tangga kembar yang melingkar. Sementara gaya Palembang sangat jelas tampak pada struktur bangunan menyerupai rumah Bari atau Rumah Limas, rumah tradisional Sumatera Selatan. (menurut observasi pribadi. hehe) Buat yang nggak tahu Rumah Bari…

13170458641381378543
Rumah Bari, rumah tradisional rakyat Sumsel.
Dibangun SMB I
Bangunan museum ini awalnya merupakan Keraton Kuto Lama di mana Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo alias Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-1758) memerintah. Pada masa yang sama, ia juga membangun Masjid Agung Palembang.

Dengan kedatangan Belanda pada abad ke-17, istana ini diduduki oleh tentara kolonial. Selama perang Palembang pada 1819, Belanda mendaratkan 200 pasukannya yang ditempatkan di Keraton Kuto Lamo. Setelah Sultan Mahmud Badadruddin II ditangkap dan diasingkan, Belanda menjarah dan menghancurkan bangunan-bangunan di Palembang, termasuk Keraton Kuto Lamo.


Pada tahun 1823, Belanda mulai merekonstruksi reruntuhan bangunan. Reruntuhan Keraton Kuto Lama, dibangun kembali menjadi tempat tinggal komisaris Kerajaan Belanda di Palembang, Yohan Isaac van Sevenhoven. Pada 1842 bangunan itu selesai dan secara lokal dikenal dengan rumah siput.

Antara tahun 1942-1945, selama pendudukan Jepang, gedung ini dikuasai oleh tentara Jepang dan dikembalikan ke penduduk Palembang ketika proklamasi tahun 1945. Pada tahun 1949, Museum ini direnovasi dan difungsikan sebagai markas Kodam II/Sriwijaya. Berdasarkan penyelidikan oleh tim arkeologis pada tahun 1988, pondasi Kuto Lama ditemukan di bawah balok kayu.

Nama Sultan Mahmud Badaruddin II diabadikan menjadi nama museum untuk mengingat dan menghargai jasanya bagi kota Palembang. Museum SMB II menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa melawan penjajahan. Ia melalui empat zaman; era Kesultanan Palembang Darussalam, era penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, dan era Kemerdekaan. Seperti dirilis Kompas, saat ini di museum ini tersimpan sekitar 556 koleksi benda bersejarah, mulai dari bekas peninggalan kerajaan Sriwijaya hingga Kesultanan Palembang. Untuk menyambut SEA Games, museum ini juga akan direnovasi dengan anggaran dari APBN. Selain dijadikan museum di bagian atasnya, pada bagian bawahnya dijadikan kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang.

Sayangnya, nasib Museum SMB II ini nggak berbeda dengan museum-museum lain di Indonesia; nyaris terlupakan. Promosi dan upaya Pemda setempat untuk meningkatkan tingkat kunjungan sepertinya kurang serius. Semoga kita jangan ikut melupakannya. “Jangan sekali-kali melupakan sejarah,” pesan Bung Karno.
Berikut koleksi foto-foto Museum SMB II djaman doeloe…
Memandangnya membuat saya bertualang ke masa lalu..
13170464041853924024

Istana Karesidenan Palembang (residentiehuis te Palembang) tahun 1890. Pagar di pinggir tangga masih kayu, belum dibeton. (sumber: http://devry.wordpress.com)
1317046430270456493

Sepasang gadis penari sedang menari di halaman istana dalam suatu kesempatan. Tampak beberapa dekorasi di balkon istana.
Rizqi Nurmizan

Diaspora Nenek Moyang Asia-Eropa dari Asia Tenggara

Diaspora Nenek Moyang Asia-Eropa dari Asia Tenggara




DIASPORA NENEK MOYANG ASIA

Buku ini -dan lebih dari 30 makalah- yang ditulis Oppenheimer dengan beberapa rekannya selama 12 tahun menghasilkan hipotesa utama bahwa sebagian besar nenek moyang bangsa Polinesia lahir di Melanesia dan Asia Tenggara

(Hendri Isnaeni, Seputar Indonesia, Oktober 2010)


Buku ini menjelaskan tentang nenek moyang bangsa Asia Tenggara yang berdiaspora karena diusir banjir. Asia Tenggara merupakan salah satu daerah dengan budaya yang paling beragam, paling tua, dan paling kaya di bumi. Namun, para ahli sejarah telah lalai dengan beranggapan bahwa budaya Asia Tenggara hanyalah cabang sekunder dari peradaban Asia daratan di India dan China. Pandangan menyepelekan ini tidak menghiraukan bukti masa lalu dan kerumitan yang unik. Bagi Stephen Oppenheimer, justru sebaliknya. Asia Tenggara merupakan pusat asal-usul budaya dan peradaban dunia.

Ketertarikan Oppenheimer terhadap Asia Tenggara berawal ketika pada tahun 1972 silam, dia menjadi dokter dan bekerja di beberapa rumah sakit yang tersebar di Asia Tenggara. Puncaknya saat menjadi dokter terbang di Borneo. Di saat senggang, dia bepergian ke Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Keanekaragaman budaya membuatnya takjub, melebihi hasil pelancongannya di Eropa, Maroko, dan Timur Tengah.Meski Oppenheimer menyadari bahwa AsiaTenggara telah meminjam banyak -dalam hal agama dan ide- dari tetangga mereka di India dan China daratan, juga dari Barat. Namun, dia mempertanyakan peradaban yang telah ada sebelum kedatangan budaya India, Cina dan Barat itu.Rasa penasaran Oppenheimer semakin memuncak setelah menyelesaikan kontrak dua tahun sebagai dokter anak. pemerintah Papua Nugini pada 1978. Setahun kemudian dia kembali ke Papua Nugini sebagai seorang akademisi untuk melakukan penelitian tentang anemia pada anak-anak di pantai utaraPapua Nugini.Oppenheimer berbicara kepada sesepuh desa tentang hasil awal penelitian, serta memberitahukannya tentang perbandingan genetis dalam darah anak-anak dari desa-desa tertentu di sepanjang garis pantai utara.

Sesepuh desa menatap Oppenheimer dengan penuh penasaran, dan dia mengatakan bahwa anak-anak itu adalah keturunan Kulabob. Belakangan, Oppenheimer tahu bahwa sesepuh itu sedang mengacu pada sebuah mitos migrasi kuno “Kulabob dan Manup” yang terkenal bagi orang-0rang pesisir.



Mitos ini belakangan juga dikenali oleh para antropolog sebagai sebuah mitos migrasi. Dan para penduduk desa keturunan Kulabob yang berpindah ini menuturkan bahasa-bahasa yang mirip dengan orang-orang di Asia Tenggara dan Polinesia. Mutasi genetis pada anak-anak Kulabob di sepanjang pantai utara Papua Nugini, tahan terhadap malaria dan ternyata merupakan penanda kunci yang menaungi jejak migrasi orang-orang Polinesia ke Pasifik. Para keturunan Manup dianggap sebagai orang Papua asli yang telah bermigrasi ke Papua Nugini jauh lebih awal sclama Zaman Es, dan sebagian besar melewati jaringan darat-kajian tentang jejak genetis ini masih berlanjut ketika buku ini ditulis.

Oppenheimer mulai bertanya-tanya: apa yang mendorong orang-orang kuno Asia Tenggara meninggalkan kampung halamannya yang rindang dan subur, mereka berlayar di luasnya perairan Pasifik, meninggalkan “sidik jari” genetis, budaya, dan bahasa di sepanjang utara Papua Nugini dalam perjalanan mereka ke timur ?

Dengan menggunakan pisau bedah penelitian geologi, arkeologi, linguistik, dan genetika, Oppenheimer menemukan bahwa orang-orang kuno Asia Tenggara bermigrasi karena diusir oleh banjir.

Sebelum banjir dahsyat, Asia Tenggara merupakan pulau besar yang membentuk sebuah benua berukuran dua kali India pada puncak Zaman Es sekitar 20.000 sampai 18.000 tahun lalu. Meliputi Indo-China, Malaysia, dan Indonesia, Laut Cina Selatan dan Teluk Thailand dan Laut Jawa yang dulunya kering, imembentuk bagian-bagian yang menghubungkan benua tersebut. Secara geologis, benua yang setengah tenggelam ini disebut paparan Sunda atau Sundaland

Banjir besar secara berturt-turut pada 14.000,11.500, dan 8.000 tahun lalu,telah menaikkan air laut setinggi 120 meter. Daerah dataran rendah Asia Tenggara tenggelam seluas India. Yang tertinggal hanya pulau-pulau pegunungan yang terpencar-pencar. Daratan yang dulu membentang di antara Korea, Jepang, China, dan Taiwan, kini disebut Laut Kuning dan Laut China Timur. Pelabuhan-pelabuhan masa kini di sepanjang garis pantai selatan China, seperti Hong Kong, pada Zaman Es adalah daratan yang pan jangnya ratusan mil.

Ketika kenaikan air laut mencapai puncaknya pada 8.000 tahun lalu, rangkaian migrasi terakhir dari penduduk Asia Tenggara dimulai. Dengan rute-rute migrasi:

ke selalan meuju Australia. Ke timur menuju Pasifik. Ke barat masuk ke Samudra Hindia.Dan ke utara masuk ke Daratan Asia.


Keturunan masa kini dari para pengungsi timur di Pasifik, mendiami banyak pulau Melanesia, Polinesia, dan Micronesia, menuturkan bahasa dari rumpun Austronesia, yang juga digunakan oleh penduduk Asia Tenggara. Dalam perjalanan, mereka membawa binatang domestik dan tanaman-makanan dalam kano-kano laut yang besar. Beberapa di antara mereka yang lari ke barat membawa tumbuhan beras (padi) ke India. Mereka yang berasal dari Asia Tenggara utara lari ke Indo-China dan Asia, membangun budaya-budaya rumit di China Barat Daya,

Burma (Mynnmor), dan Tibet. Mereka menuturkan bahasa dari rumpun bahasa besar Asia Tenggara lainnya: Austro-Asiatik, Tibeto-Burman, dan Tai-Kadai.

Di atas itu semua, penyebaran awal akibat banjir besar itu telah membangun jalur-jalur komunikasi dan perdagangan ke seluruh Eurasia dan Pasifik Selatan yang kemudian memastikan arus yang cepat dan berkelanjutan berisi pemikiran, pengetahuan, dan keahlian.

Buku ini -dan lebih dari 30 makalah- yang ditulis Oppenheimer dengan beberapa rekannya selama 12 tahun menghasilkan hipotesa utama bahwa sebagian besar nenek moyang bangsa Polinesia lahir di Melanesia dan Asia Tenggara. Beberapa makalah juga menunjukkan bahwa garis gen ini berasal dari Indonesia dan Polinesia sebelum 5.000 tahun lalu, sebagian sebelum Zaman Es terakhir.
Dengan demikian, tak terelakkan lagi keberlangsungan genetik penting di Indonesia lebih dari ribuan tahun. Tingkat keberlangsungan genetik ini bertentangan dengan pendapat kaum ortodoks yang mengatakan bahwa para petani padi dari Taiwan yang berbahasa Austronesia telah menggantikan bekas penduduk Asia Tenggara 3.500 tahun lalu.

Ikhwal “Qanun Al-Asyi” Oleh Sultan Alauddin Mansur Syah

Ikhwal “Qanun Al-Asyi” Oleh Sultan Alauddin Mansur Syah




Berbilang abad, negeri bernama Aceh ini pernah jaya dengan sistem pemerintahan yang berbasis lokal. Sistem itu disebut-sebut termaktub dalam Qanun Al-Asyi.

Inilah Qanun Syar’ak Kerajaan Aceh pada zaman Sulthan Alauddin Mansur Syah dalam Darud Dunia di Istana Keumala Cahaya Darul Asyikin, Madinah Sultan Asyisyah Kubra Aceh Bandar Darussalam dan jajahan takluknya. Tercatat bahwa qanun ini bermula pada tahun 913 Hijriyah, tertanggal 12 Rabiul Awal, hari Senin, waktu subuh, saat yang baik lagi berkah.

Dengan nama Allah yang bersifat Maha Pemurah kepada sekalian makhluk dalam alam dunia ini dan yang bersifat Maha Pengasih kepada sekalian hamba yang mukmin pada hari akhirat di Yaumil Alqiyamah, serta sekalian puji semuanya kembali kepada Allah Ta’ala, Tuhan Rabbul Alamin, qanun ini dibuka. Salawat dan salam atas junjungan alam, penghulu sekalian Anbiya dan Rasul (as) dan atas keluarga yang turun temurun dari Fatimah Zahra binti Saidina Rasul dan atas sekalian sahabatnya, muhajirin dan ansar, khusus atas sekalian khalifah Rasulullah yang rasidin dan sekalian tenteranya, ammabákdu. Insya Allah ta-ála biáuni liah al alam bijahi al Nabi Sallallahu-álaihi wasallam.

Qanun itu syahdan dimulakan oleh “Sultan Alauddin” atas nama sekalian rakyat Aceh dan bangsa Aceh, yang beragama Islam lagi muslimin dan muslimah khususnya, jajahan takluk, umumnya, dengan rahmat Allah pemberi petunjuk taufik dan hidayah dari Allah ta-ála, Tuhan Rabbul Alamin. Sultan Alaudin berkata ;
Kami semua bangsa Aceh sangat harap kepada Allah ta-ála, memohon ampun dengan keadilan yang sifat-Nya jalal dan sifat jamil, yaitu kekerasan dan keelokan Yang Maha Kekal selama-lamanya. Kami minta tolong pada Allah ta’ala Tuhan Rabbul Alamin, pemberi perlindungan kepada kami menyusun peraturan qanun Syarák Karajaan Aceh.”

Dalam proses pelahiran Qanun Al-Asyi, Sultan Alauddin sangat harap pada rahmat Allah swt. Berkali-kali ia mengulangi permohonan perlindungan kepada Allah, dunia-akhirat.

Disebutkan dalam qanun tersebut siapa-siapa yang mengikuti dan menuruti isi qanun itu, selamat sepanjang masa tiap-tiap zaman, insya Allah, dengan berkat syafaat Nabi saw., dan ijmak mufakat sekalian alim ulama Islam mazhab empat yang Ahli Sunnah waljamaah. Mereka disebut-sebut sebagai ulama syara’ beserta sekalian orang yang besar-besar.


Dalam pembukaan berikutnya, disinggung pula ;
  • ( i ) yang bijaksana akal,

  • ( ii ) beriman bicaranya dan zaki (pandai) faham,

  • ( iii ) luas pandangannya dan halus perasaannya,

  • ( iv ) mengambil satu keputusan dengan sabda mufakat dengan sahih muktamad

  • ( v ) di hadapan majlis yang maha mulia.

Selanjutnya, di sana tertera kalimat ;

Atas nama rakyat Aceh dan bangsa Aceh, Paduka Seri Sultan Alauddin Johan Ali Ibrahim Mughiyat Syah Johan Berdaulah Fil Alam dengan mengikuti Ahli Sunnah Waljama-Áh Mazhab empat, memegang kepada ajaran Allah dan Rasul yaitu firman dan hadist serta qiyas dan ijma’ ulama (ra), hukum Qanun Syarák Kerajaan kami terdiri di empat perkara: perkara hukum, perkara adat, perkara resam, perkara qanun.”


Keempat macam tersebut berada di bawah naungan agama Islam, syariat Nabi saw., sepanjang masa dalam pemeliharaan Allah swt. hingga hari kiamat dan dalam seluruh negeri Aceh, timur-barat-utara-selatan. Jelas bahwa dalam qanun itu disebutkan bahwa rakyat Aceh menganut aliran Ahli Sunnah Waljamaah, mazhab Imam Syafi’i.

Namun demikian, qanun itu juga memuat pengecualian, yakni orang yang alim-alim, tetapi jangan memberi fatwa dalam mazhab tiga dalam amalan syara’. Hal ini dimaksudkan rakyat Aceh tidak sampai kacau-balau.

Maka dengan sebab itulah, kami dirikan mufti empat, dalam balèe khadam syari’ah Islam. Maka demikian kami, Sultan Alauddin, atas nama rakyat Aceh, berdaulat Hukum Syara’ Kerajaan Aceh. Sudah kami tetapkan dengan sabda mufakat mahkamah Qanun Syara’ Kerajaan Aceh Bandar Darussalam dan jajahan takluknya,” tulis qanun tersebut.

Beberapa Pasal


Pada bab pertama ayat satu nomor delapan dikatakan bahwa diwajibkan oleh Qanun Syara’ Kerajaan kepada sekalian rakyat Aceh, timu-barat-barôh-tunong, pada tiap-tiap gampông, hendaklah memilih geuchik dengan rapat mufakat, diambil satu keputusan tertentu dengan sahih-sah ijmák mufakat, sekalian dipilih seorang buat diangkat geuchik sagoe dengan cukup syarat.

Menurut Qanun Al-Asyi, syarat seorang diangkat jadi geuchik adalah :
  • (1) berumur sekurang-kurangnya 40 tahun,

  • (2) mengetahui hukum syarák syariat Nabi saw.,

  • (3) mengetahui hukum Qanun Syara’ Kerajaan,

  • (4) orang yang berketurunan baik,

  • (5) tidak ada permusuhan,


  • (6) berani atas yang benar,

  • (7) takut atas perbuatan salah.


Disebutkan pula, jika geuchik sudah terpilih berdasarkan syarat-syarat tersebut, ia berhak memilih enam orang di kampung itu sebagai perangkat geuchik. Enam orang dimaksud adalah ;
  • (1) satu orang wakil (waki) geuchik dengan cukup syarat,

  • (2) empat orang tuha peuet dengan cukup syarat tersebut di atas

  • (3) satu imam rawatib meunasah sagoe.

Imam ini, selain syarat tujuh di atas, ditambah fasih baca Fatihah dan melaksanakan fardu ain serta fardu kifayah dalam gampông. Kendati demikian, dijelaskan pula bahwa geuchik wajib menyuruh dan meminta persetujuan orang kampung mengenai enam orang yang dipilihnya itu.

Pada bab kedua pasal pertama ayat dua nomor 10, terdapat penjelasan diwajibkan oleh Qanun Syara’ Kerajaan atas sekalian geuchik gampông beserta Imum Rawatib dengan wakil geuchik berjumlah tujuh orang pada tiap tiap gampông. Mereka bertujuh berhak memilih imum mukim. Tiap-tiap satu mukim itu satu masjid jumatan didirikan dengan ijma’ mufakat alim ulama Ahli Sunnah Waljama’ah. Terdapat pula sekurang-kurangnya ada tiga meunasah menurut tempatnya masing-masing.


Qanun Al-Asyi memberikan sejumlah syarat untuk diangkatnya seseorang jadi imum mukim.
  • (1) Bukan bekas abdi pemerdekaan orang (bukan bekas hamba sahaja).

  • (2) Berumur sekurang-kurangnya 40 tahun.

  • (3) Mengetahui hukum syara’ Allah dan hukum syariat nabi saw.

  • (4) Orang yang berketurunan baik-baik.

  • (5) Tidak ada permusuhan dengan manusia.

  • (6) Berani atas benar.

  • (7) Takut atas perbuatan salah.


  • (8). Dapat menahan amarah.

  • (9). Mengetahui hukum qanun Syarák Kerajaan.

  • (10). Murah dua tangan rahim hati kepada fakir miskin.

  • (11) Dapat mengerjakan fardu ain dan fardu kifayah.

  • (12) Dapat jadi Imam sembahyang Jumat di mesjid.

  • (13). Dapat menjadi khatib untuk membaca khutbah pada hari Jumat.

  • (14). Bijaksana.

  • (15) Ada bersifat malu dan tidak tamak.

  • (16) Dapat sabar dengan merendahkan diri kepada sekalianmanusia.

Demikianlah syarat yang enam belas, diangkat hulubalang dengan menyuruh “Amar makruf nahi mungkar” dengan rapat mufakat bersama rakyat, memelihara kehormatan rakyat, dan jangan merampas harta rakyat dengan zalim. Siapa yang sudah jadi hulubalang, itulah kaki tangan Kerajaan Aceh dengan mengikut hukum syara’ Allah syariat Nabi saw. dan hukum Qanun Syara’ Kerajan Aceh Sultan Alauddin.
JKMA Aceh


Editor. GAYO Nusantara.

Kapal Kubilai Khan dari Abad 13 Ditemukan

Kapal Kubilai Khan dari Abad 13 Ditemukan



Headline
Arkeolog laut berhasil menemukan bangkai kapal salah satu kapal inavasi Kubilai Khan dari abad 13. Kapal ini ditemukan di pesisir Jepang. Seperti apa?Para ilmuwan berharap bisa mencipta ulang kapal Yuan Dynasty setelah menemukan bagian kapal sepanjang 11 meter di bawah dasar laut Nagasaki.
Legenda Jepang mengklaim, ada ‘dua angin suci’ yang dikenal dengan Kamikaze telah menghancurkan kapal Kubilai Khan.
Profesor arkeologi Yoshifune Ikea dari University of the Ryukyus mengatakan, kapal ini bisa membantu membuat model ulang kapal perang sepanjang 18 meter.
"Temuan ini sangat penting untuk penelitian dan kami akan menggunakannya untuk membuat kapal duplikatnya," katanya seperti dikutip DM.
Sebanyak empat ribu lebih artefak termasuk pecahan keramik, bata pemberat, bola meriam dan jangkar batu ditemukan bersamaan bangkai kapal tersebut.
Berikut videonya.

GAYO Nusantara.

Bahasa Melayu, Jejak Kebesaran Maritim Sumatera


Bahasa Melayu, Jejak Kebesaran Maritim Sumatera



Bahasa Indonesia telah dicanangkan sebagai bahasa persatuan di Nusantara sejak Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang telah distandarisasi dan dimodifikasi. Dari jaman dulu bahasa Melayu sudah menjadi bahasa yang umum di Nusantara. Bahasa Melayu merupakan bahasa resmi selain di Indonesia (sebagai bahasa Indonesia) juga di Malaysia (Bahasa Malaysia), Brunei (Melayu Brunei) dan Singapura (satu dari 4 bahasa resmi).




Gambar dari sini


Bahasa ini merupakan bahasa asli (bahasa daerah) dari sekitar 40 juta orang sepanjang selat Malaka, termasuk didalamnya sepanjang pantai semenanjung Malaysia, Thailand selatan, propinsi Riau dan pantai timur Sumatera, Kepulauan Riau, pantai barat Serawak di Kalimantan.


Bahasa Melayu diyakini berasal dari pulau Sumatera. Melayu sendiri diyakini berupakan sebuah kerajaan kuno di Jambi yang nantinya tergabung kedalam Sriwijaya. Kata Melayu kabarnya berasal dari kata Malayur (Tamil) yang berarti kota diatas bukit.


Sebuah prasasti yang ditemukan di Tepian sungai Tatang (anak sungai Musi) Sumatera selatan pada tahun 1920 dan kini tersimpan di Musem Nasional menjadi bukti dari teori ini. Prasasti Kedukan Bukit yang berhuruf Pallawa (huruf Tamil kuno) merupakan prasasti tertua yang menggunakan bahasa Melayu kuno. Prasasti ini bertahun 605 saka atau thn 683 dan mengandung banyak kosakata sansekerta.





Kerajaan Sriwijaya abad ke 10 - 11 dan rute perdagangan jalur sutera


Gambar dari sini


Teks kedukan bukit:
Swasti Shri Shakawarsatita 605 ekadashi

Shuklapaksa wulan Waishaka dapunta hiyang naik


Disambau mangalap siddhayatra di Saptami Shuklapaksa

Wulan Jyestha dapunta hiyang marlapas dari Minanga

Tamvan (Tamvar?) mamawa jang bala dua laksa dangan (…)

dua ratus tsyara disambau dangan jalan saribu

Tlu ratus sapuloh dua banyaknya. Datang di Matajap (Mataya?)

Sukhatshitta. Di pantshami shuklapaksa Wulan (…)

Laghu mudik datang marwuat manua (…)



Syriwijaya jayasiddhayatra subhiksa.

Terjemahan bahasa Indonesianya:
Selamat dan Bahagia. Dalam Syaka 605

Sebelas hari Bulan Waisyaka. Baginda naik kapal

Mencari untungnya pada tujuh hari

Bulan Jyestha, Baginda berlepas dari Muara

Tamvan membawa bala dua laksa dengan (…)


Dua ratus pawang di kapal dengan jalan seribu

Tiga ratus sepuluh dua banyaknya. Datang di Matajap

Sukacita. Di lima hari Bulan (…)

Belayar mudik datang membuat benua (…)

Srivijaya kota yang jaya, bahagia dan makmur.

Jalur perdagangan yang melintas dari China hingga Eropa dikenal sebagai jalur Sutera. Selat Malaka merupakan jalur yang dilalui pedagang dari China ke India melalui laut. Dari India jalur ini terus menuju Yaman ke laut Merah hingga ke Mesir. Dari Alexandria barang dagangan dibawa melalui laut tengah ke Eropa.



Jalur perdagangan yang melewati Selat Malaka ini menimbulkan kekayaan bagi kota-kota pelabuhan disepanjang selat Malaka. Sriwijaya sejak abad ke 7 sudah merajai selat ini. Pada masa keemasannya diabad ke 9 - 11 batas kekuasaannya meliputi Semenanjung Malaysia, selatan Thailand, sebelah timur dataran genting Kra, Maluku, Sulawesi, Filipina hingga ke Indrapura (Kamboja) di sungai Mekong. Pengaruh Sriwijaya inilah yang dianggap sangat besar pengaruhnya dalam penyebaran bahasa Melayu sebagai bahasa perdagangan di pelabuhan-pelabuhan. Dominasi kerajaan maritim Sriwijaya ini diperkirakan berakhir pada abad ke 13.


Hingga abad ke 15 bahasa Melayu semakin menyebar bersamaan dengan menyebarnya Islam. Kerajaan Islam di Pasai dan Malaka menyebarkan bahasa dan kebudayaan Melayu dan mempopulerkan huruf arab berbahasa Melayu, huruf Jawi. Huruf ini terus digunakan hingga akhir abad ke 19 ketika huruf latin mulai menggantikannya. Bahasa Melayu pada saat itu sudah digunakan sebagai bahasa perdagangan di kesultanan Malaka.


Ketika merdeka pada tahun 1945, Indonesia merupakan negara pertama yang menggunakan bahasa Melayu (bahasa Indonesia) sebagai bahasa resmi. Malaysia meresmikannya sebagai bahasa nasional yaitu bahasa Malaysia pada tahun 1957, sedangkan Brunei pada tahun 1959. Bahasa Indonesia banyak menyerap kata-kata dari bahasa Belanda, sedangkan bahasa Malaysia dari bahasa Inggris, walaupun bahasa Indonesia modern sekarang juga menyerap bahasa Inggris.


GAYO Nusantara.

Titik Nadir Perlawanan Kerajaan Aceh

Titik Nadir Perlawanan Kerajaan Aceh





Daerah dataran tinggi Gayo yang merupakan benteng alam yang sangat strategis bagi pertahanan pasukan kerajaan Aceh. Dataran ini juga sempat digunakan oleh Sultan Aceh Tuanku Muhammad Daudsyah (1874-1903) beserta pengawalnya maupun tokoh-tokoh penting dalam Perang Aceh yang sangat besar, sebagai benteng pertahanan terakhir saat terdesak di daerah-daerah pesisir Aceh oleh kepungan dan penerapan lini konsentrasi yang dilakukan sejak pembentukan pasukan marsose oleh kolonial Belanda pada 2 April 1890.

Di antara tokoh-tokoh penting dalam Perang Aceh yang sempat mengundurkan diri ke daerah dataran tinggi Gayo di sekitar Lut Tawar dan Linge adalah Sultan Aceh Tuanku Muhammad Daudsyah sebagai kepala pemerintahan tertinggi kerajaan Islam Aceh. Beliau mengundurkan diri ke daerah Gayo Lut dan Linge pada tahun 1901, setelah benteng pertahanan Aceh di Batee Iliek di Samalanga dapat dikuasai Belanda. Selain Sultan, Panglima Polem seorang panglima yang masyhur juga mengundurkan diri ke daerah Ketol Gayo Lut sejauh 30 Km dari Takengon. Beliau mundur setelah pasukannya semakin terdesak oleh pasukan marsose Belanda di daerah kabupaten Bireuen sekarang.

Tokoh lain yang mengundurkan diri ke dataran tinggi Gayo adalah pahlawan perempuan terkenal Cut Nyak Din. Beliau mundur ke daerah Celala sejauh kurang lebih 15 Km dari Takengon di sebelah hulu Wihni Takengon (hulu Krueng Peusangan) pada tahun 1900-1901, ketika melanjutkan perlawanan terhadap Belanda dengan bergerilya setelah suaminya Teuku Umar tertembak pada 11 Februari 1889 di Suak Ribee Meulaboh.

Beliau selama hampir setahun bertahan di sana. Cut Nyak Din akhirnya meninggalkan Celala pada pertengahan tahun 1901 dan menyingkir ke daerah Beutong hingga akhirnya ditangkap Belanda pada 4 November 1905 di Babah Krueng Manggi Aceh Barat. Beliau akhirnya diasingkan ke Sumedang Jawa Barat hingga meninggal dunia di sana pada 6 November 1908.

Kedatangan Sultan, Panglima Polim dan Cut Nyak Din ke dataran tinggi Gayo disambut dengan baik oleh raja-raja, penghulu-penghulu dan rakyat Gayo. Mereka dikawal oleh para Pang yang terkenal dari Gayo untuk menjaga dan mengawal mereka dari kepungan Belanda. Kedatangan Sultan ke Tanoh Gayo, dikarenakan kepercayaan Sultan akan kesetiaan raja-raja dan rakyat Gayo sehingga tidak mungkin beliau mengundurkan diri ke sana, apabila tidak yakin terhadap kesetiaan mereka yang tinggi dalam peperangan yang sangat hebat pada saat itu.

Menurut Snouck, ketika Sultan sedang terkepung pada tahun 1900 di daerah Samalanga pemimpin dan panglima-panglima dari Gayo ikut mengawal keselamatan Sultan. Selain itu juga pengawal dari daerah Serbejadi, seperti Nyak Ara dan Panglima Sekoulun. Ketika pasukan marsose pimpinan van Heutz menyerang Benteng Batee Iliek Samalanga, Sultan dapat diselamatkan ke daerah Peudada, kemudian dipindahkan ke daerah Peusangan. Pasukan Belanda terus mengejar di manapun posisi Sultan, tetapi mereka tidak berhasil menyergapnya. Setelah posisi pejuang Aceh semakin terjepit, akhimya Sultan dan pengawal-pengawalnya mengundurkan diri ke dataran tinggi Gayo di daerah Berusah, sekitar 50 km dari Takengon.

Saat tiba di Lut Tawar, Sultan dan rombongannya disambut dengan meriah oleh Kejurun Buket, Linge, Siah Utama, Cik Bebesan, para Pengulu, Pang-Pang dan seluruh masyarakat Gayo. Para Kejurun mempersiapkan penyambutan Sultan dan memberikan pengawalan yang ekstra ketat untuk menghindari sergapan kolonial Belanda. Pada awalnya Sultan menetap di Takengon, tepatnya di pinggiran danau Lut Tawar di hulu Wihni Takengon (Krueng Peusangan).

Pada tahun 1901, Mayor van Daalen yang baru kembali ke Bireuen dari ekspedisi ke dataran tinggi Gayo, namun sebaliknya para pasukan Sultan baru tiba di Lut Tawar. Pada ekspedisi itu, disebutkan van Daalen membakar kampung Kebayakan tempat domisili Raja Bukit pada tanggal 5 Oktober 1901. Kampung Kebayakan dibumihanguskan pasukan marsose yang hanya menyisakan Mesjid dan Mersah (Mushalla) serta beberapa rumah. Namun pihak Belanda tidak mengakui telah melakukan pembumihangsusan, tetapi rakyat Gayo di sana yang menjadi saksi bahwa pasukan van Daalen yang membakar kampung itu untuk melumpuhkan perlawanan rakyat Gayo.


Setelah beberapa hari berada di sekitar Lut Tawar, Sultan beranjak ke Kampung Rawe sekitar 8 Km dari Takengon. Pada saat di Kampung Rawe, datang menghadap raja-raja Gayo kepada Sultan. Di antaranya Raja Porang, Raja Gele, Raja Bukit, Kute Lintang, Rema, Tampeng, Kemala Derna, (Rempelam), Seneran (Gegarang). Mereka mengikrarkan “sumpah setia” kepada Sultan dan mendukung sepenuhnya serta siap sedia menghadapi serangan Belanda.

Selain itu dari Gayo Lues, raja-raja juga mengharapkan kedatangan Sultan ke sana. Peristiwa kedatangan raja-raja Gayo Lues ini terjadi pada Desember 1901. Di pihak Kejurun yang hadir antara lain Aman Ratus dan Aman Bidin. Di Rawe, Sultan dikawal oleh Ulubalang Ranta, Teungku M.Sabil, Raja Kader, Aman Kerkom, dan lain-lain.

Setelah beberapa lama tinggal di Rawe, Sultan pindah ke Kampung Lenang di Isak Linge. Pasukan Belanda akhirnya mengetahui persembunyian Sultan di Kampung Lenang. Pasukan Belanda di bawah Kapten Colinj menyerang posisi Sultan di Kampung Lenang. Pertempuran terjadi, pasukan pengawal Sultan pimpinan Ulubalang Ranta dan Teungku M.Sabil mempertahankan diri. Pasukan pengawal semakin terjepit dan menyebabkan syahidnya Teungku M.Sabil dengan beberapa personil pasukan lainnya.

Sultan mengundurkan diri lagi ke daerah Isak Linge, dan meneruskan pelariannya ke Kampung Lumut, tidak jauh dari Burni Intim-Intim di perbatasan Gayo Lut, Linge dan Gayo Lues. Rencana Sultan mengunjungi Gayo Lues dengan menerobos Burni Intim-Intim tidak terlaksana dan meneruskan perjalanannya ke daerah Pamar dan selanjutnya ke Pidie.

Selama dalam perjalanan Sultan ini, Uleebalang Ranta dan Raja Kader tetap mengikuti rombongan sampai di Keumala, tetapi di daerah Peudue, pedalaman Pidie rombongan Sultan diserang Belanda sehingga Raja Kader syahid. Ulubalang Ranta dapat meloloskan diri dan dapat kembali ke Takengon. Akhirnya Sultan Aceh yang terakhir Tuanku Muhammad Daudsyah ditangkap Belanda di daerah Pidie pada tahun 1903 dan dianggap sebagai titik nadir perlawanan Kerajaan Aceh terhadap Belanda yang dimulai sejak tahun 1873.Sekian Bers-

Saman dan Meuseukat

Saman dan Meuseukat

Written By Fuad Heriansyah on Tuesday, October 2, 2012 | Tuesday, October 02, 2012


Tari Saman dan tari Ratéb Meuseukat sangat sering disalahartikan. Padahal antara kedua tari ini terdapat perbedaan yang sangat jelas. Perbedaan utama antara tari Tari Saman (asli Gayo) dengan Ratéb Meuseukat ada 4 yaitu, pertama tari Saman menggunakan bahasa Gayo, sedangkan tari Ratéb Meuseukat menggunakan bahasa Aceh. Kedua, tari Saman dibawakan oleh laki-laki, sedangkan tari Ratéb Meuseukat dibawakan oleh perempuan. Ketiga, tari Saman tidak diiringi oleh alat musik, sedangkan tari Ratéb Meuseukat diiringi oleh alat musik, yaitu rapa’i dan geundrang. Dan keempat, Tari Saman menggunakan kostum pakaian Adat Gayo (Kerawang) sedangkan tari Ratéb Meuseukat menggunakan kostum pakaian Adat Aceh.
TARI SAMAN
Saat ini, tari asal Gayo ini telah terdaftar sebagai warisan tradisional Indonesia asal Gayo Lues yang teregistrasi di Unesco dengan nomor 0000001.Tari yang diciptakan oleh seorang Ulama bernama Syekh Saman. Pada mulanya tarian ini hanya merupakan permainan rakyat biasa yang disebut Pok Ane. Melihat minat yang besar masyarakat pada kesenian ini maka oleh Syekh disisipilah dengan syair-syair yang berisi Puji-pujian kepada Allah SWT. Sehingga Saman menjadi media dakwah saat itu. Dahulu latihan Saman dilakukan di bawah kolong Meunasah. Sehingga mereka tidak akan ketinggalan untuk shalat berjamaah.
Tari ini biasanya dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki, tetapi jumlahnya harus ganjil. Mungkin saat kita mengetahui segala aspek yang terdapat dalam tarian ini, kita dapat lebih memahami. Dan mendapatkan tidak hanya keindahan namun juga makna filosofi dari posisi, gerak, syair yang terlantun saat pertunjukan Saman di gelar.
Dalam penampilan yang biasa saja (bukan pertandingan) dimana adanya keterbatasan waktu, Saman bisa saja dimainkan oleh 10 – 12 penari, akan tetapi keutuhan Saman setidaknya didukung 15 – 17 penari. Yang mempunyai fungsi sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
* Nomor 9 disebut PengangkatPengangkat adalah tokoh utama titik sentral dalam Saman, yang menentukan gerak tari, level tari, syair-syair yang dikumandangkan maupun syair-syair sebagai balasan terhadap serangan lawan main (Saman Jalu / pertandingan)
* Nomor 8 dan 10 disebut PengapitPengapit adalah tokoh pembantu pengangkat baik gerak tari maupun nyanyian/ vokal
* Nomor 2-7 dan 11-16 disebut PenyepitPenyepit adalah penari biasa yang mendukung tari atau gerak tari yang diarahkan pengangkat. Selain sebagai penari juga berperan menyepit (menghimpit). Sehingga kerapatan antara penari terjaga, sehingga penari menyatu tanpa antara dalam posisi banjar/ bershaf (horizontal) untuk keutuhan dan keserempakan gerak.
* Nomor 1 dan 17 disebut PenupangPenupang adalah penari yang paling ujung kanan-kiri dari barisan penari yang duduk berbanjar. Penupang selain berperan sebagai bagian dari pendukung tari juga berperan menupang/ menahan keutuhan posisi tari agar tetap rapat dan lurus. Sehingga penupang disebut penamat kerpe jejerun (pemegang rumput jejerun). Seakan-akan bertahan memperkokoh kedudukan dengan memgang rumput jejerun (jejerun sejenis rumput yang akarnya kuat dan terhujam dalam, sukar di cabut.
Tari saman ditarikan dalam posisi duduk. Yang kelahirannya erat berkaitan dengan masuk dan berkembangnya agama islam. Dimana posisi penari duduk berlutut, berat badan tertekan kepada kedua telapak kaki. Pola ruang pada tari saman juga terbatas pada level, yakni ketinggian posisi badan. Dari posisi duduk berlutut berubah ke posisi diatas lutut (Gayo – berlembuku) yang merupakan level paling tinggi, sedang level yang paling rendah adalah apabila penari membungkuk badan kedepan sampai 45o (tungkuk) atau miring kebelakang sampai 60o (langat). Terkadang saat melakukan gerakan tersebut disertai gerakan miring ke kanan atau ke kiri yang disebut singkeh. Ada pula gerak badan dalam posisi duduk melenggang ke kanan-depan atau kiri-belakang (lingang).
Selain posisi duduk dan gerak badan, gerak tangan sangat dominan dalam tari saman. Karena dia berfungsi sebagai gerak sekaligus musik. Ada yang disebut cerkop yaitu kedua tangan berhimpit dan searah. Ada juga cilok, yaitu gerak ujung jari telunjuk seakan mengambil sesuatu benda ringan seperti garam. Dan tepok yang dilakukan dalam berbagai posisi (horizontal/ bolak-balik/ seperti baling-baling). Gerakan kepala seperti mengangguk dalam tempo lamban sampai cepat (anguk) dan kepala berputar seperti baling-baling (girek) juga merupakan ragam gerak saman. Kesenyawaan semua unsur inilah yang menambah keindahan dan keharmonisan dalam gerak tari saman.
Karena tari saman di mainkan tanpa alat musik, maka sebagai pengiringnya di gunakan tangan dan badan. Ada beberapa cara untuk mendapatkan bunyi-bunyian tersebut:
1. Tepukan kedua belah tangan. Ini biasanya bertempo sedang sampai cepat2. Pukulan kedua telapak tangan ke dada. Biasanya bertempo cepat3. Tepukan sebelah telapak tangan ke dada. Umunya bertempo sedang4. Gesekan ibu jari dengan jari tengah tangan (kertip). Umunya bertempo sedang.
Dan nyanyian para penari menambah kedinamisan dari tarian saman. Dimana cara menyanyikan lagu-lagu dalam tari saman dibagi dalam 5 macam :
1. Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.2. Dering, yaitu regnum yang segera diikuti oleh semua penari.3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.
Dalam setiap pertunjukan semuanya itu di sinergikan sehingga mengahasilkan suatu gerak tarian yang mengagumkan. Jadi kekuatan tari Saman tidak hanya terletak pada syairnya saja namun gerak yang kompak menjadi nilai lebih dalam tarian. Ini boleh terwujud dari kepatuhan para penarinya dalam memainkan perannya masing-masing.
Itulah sekelumit tentang fungsi formasi, jenis gerak, asal musik pengiring serta nyanyian dalam pertunjukan tari Saman. Semoga bermanfaat bagi anda dalam memahami tarian Saman.
Tema Syair pada tarian saman pada mula pertamanya adalah tentang dakwah atau ajaran agama. Pada perkembangan selanjutnya tema tersebut bertambah dengan tema-tema lainnya seperti tentang pertanian, pembangunan, adat istiadat, muda-mudi dan lain-lain.
Berikut adalah contoh syair-syair lagu pengiring tari Saman yang tema utamanya adalah tentang muda-mudi untuk masa pertunjukan selama kurang lebih 10 menit. Yang di susun berdasarkan urutan penyajian tari saman dan telah di terjemahkan kedalam bahasa indonesia.
Persalaman
1. Rengum/ Dering
Hmm laila la ahoHmm laila la ahoHoya-hoya, sarre e hala lem hahallaLahoya hele lem hehelle le enyan-enyanHo lam an laho
Aum/ Koor AumHmm tiada Tuhan selain AllahHmm tiada Tuhan selain AllahBegitulah-begitulah semua kaum Bapak begitu pula kaum ibuNah itulah-itulahTiada Tuhan selain Allah
1. Salam Kupenonton
Salamualikum kupara penontonLaila la ahoSimale munengon kami berseniLahoya, sarre e hala lem hahallaLahoya hele lem hehelleLe enyan-enyanHo lam an lahoSalamni kami kadang gih meh konaLaila la ahoSalam merdeka ibuh kin tutupeHiye sigenyan enyan e alahNyan e hailallahLaila la aho, ala aho
Salam Kepada Penonton
Assalamualaikum ya para penontonTiada Tuhan selain AllahYang hendak melihat kami berseniBegitu pula semua kaum bapakBegitu pula kaum ibuNah itulah-itulahTiada Tuhan selain AllahSalam kami mungkin tidak semua kenaTiada tuhan selain allahSalam merdeka dijadikan penutupnyaYa itulah, itulah, aduhItulah, kecuali AllahTiada tuhan selain Allah, selain Allah
Uluni Lagu/ Kepala lagu
1. Asalni Kededes
Asalni kededes kedieAsalni kededes ari ulung kele keramilSentan ire rempil kedieSentan irerempil he kemenjadi jadi bolaAsalni kededes kedieAsalni kededes ari ulung kele keramilSentan irerempil kedieSentan irerempil he kemenjadi jadi bolaAsalni kededes kedieAsalani kededes ari ulung ke le keramilSentan irerempil kedieSantan irerempil he menjadi jadi bolaInget-inget bes yoh ku ine e
Asal Bola Daun KelapaAsal bola daun kelapa kiranyaAsal bola daun kelapa dari daun kelapaBegitu dijalin-jalin kiranyaBegitu di jalin-jalin ia menjadi-jadi bolaAsal bola daun kelapa kiranyaAsal bola daun kelapa dari daun kelapaBegitu dijalin-jalin kiranyaBegitu di jalin-jalin ia menjadi-jadi bolaAsal bola daun kelapa kiranyaAsal bola daun kelapa dari daun kelapaBegitu dijalin-jalin kiranyaBegitu di jalin-jalin ia menjadi-jadi bolaIngat-ingat awas sayangku aduh ibu
1. Salam Ni Rempelis Mude
Oreno nge tewah ari beras beras padiYa hoya, oi manuk kedidiHe menjadi rem rempelis mudeNe inget bes inget besOi kiri sikuen kiriAra salamualaikum, rata beweneAra kesawah jamuni kamiNe inget-inget bes yohkuKuguncang male kuguncangSalamualaikum rata beweneNe inget bes mien yohkuIngatin bang tudungOi mude kin ulung mudeIpantasan mulo
Salam dari Rampelis Mude (Rampelis Mude nama sanggar)O runduk sudah rebah dari beras beras padiYa, begitulah oi burung kedidiHai menjadi Rempelis MudaOh ibu, ingat awas, awasOi yang dikiri dikanan-kiriAssalamualaikum, rata semuanyaAdakah tiba tamu kamiOh ibu, inga-ingat, awas sayangkuKu guncang akan ku guncangAssalamualaikum rata semuanyaOh, ibu ungat awas lagi sayangkuDigantilah tudungOi muda untuk daun udaDipercepat dulu.
Lagu-lagu
1. Le Alah Payahe
He le ala payahe kejangE kejang mufaedah payah musemperneEnge ke engon ko kuseni rueskuSenangke atemu kami lagu niniIne inget-inget bes mien yoh ku ineOho ingatin bang tudung urenAwin gere kedie muselpakJangko gere kedie mulenoBeluh gere kedie berulakJarak gere kedie mudemuIne ilingang lingeken muloYoh kukiri sikuen kiriTatangan katasanEnti lale cube die ineAwin gere kedie muselpakJangko gere kedie mulenoBeluh gere kedie berulakJarak gere kedie mudemuJadi bang mulongingku ineO kejang teduhmi ningkahIke payah teduhmi kiteIke gaduh tuker mulo
Aduh PayahnyaHai, aduh payahnya, payah lelahE, lelah berfaedah, payah memuaskanSudahlah kau lihat sendi ruaskuSenangkah kamu kami seperti iniOh ibu, ingat-ingat lagi sayangku, oh ibuOho, diganti dulu payung hujanDi tarik, tidaklah nanti patahDijangko tidaklah nanti rebahPergi tidaklah nanti kembaliJauh tidaklah lagi bertemuOh ibu, di goyang, di geleng duluHai ke kiri, ke kanan-kiriAngkatlah lebih tinggiJangan lalai cobalah dulu, oh ibuDi tarik, tidaklah nanti patahDijangko tidaklah nanti rebahPergi tidaklah nanti kembaliJauh tidaklah lagi bertemuCukuplah dulu adikku, oh ibuOh, capek berhenti dulu meningkahJika payah berhenti dulu kitaJika letih tukar dulu
1. Balik Berbalik
Iye balik berbalikGelap uram terang uren urum sidangSimunamat punce wae ala ahoHe nyan e hae ala ahoAho – aho – ahoIye balik berbalikGelap uram terang uren urum sidangSimunamat punce wae ala ahoHe nyan e hae ala ahoAho – aho – aho
Balik BerbalikIya ku balik berbalikGelap dengan terang, hujan dengan teduhYang nmemegang punca Dialah, Ya TuhanItulah dia, ya TuhanYa Allah – Ya Allah – Ya AllahIya ku balik berbalikGelap dengan terang, hujan dengan teduhYang nmemegang punca Dialah, Ya TuhanItulah dia, ya TuhanYa Allah – Ya Allah – Ya Allah
Penutup
1. Gere Kusangka
Gere kusangka, aha kenasibku beseBerumah rerampe ehe itepini payaBerumah rerampe ehe itepini payaSuyeni uluh, nge turuh supue sangeMago-mago bese aku putetangak mataMago-mago bese aku putetangak mataTetea tetar ahar reringe petepasGere kidie melas dengan naik iruangkuGere kidie melas dengan naik iruangku
Tidak KusangkaTidak kusangka, aha kalau nasibku beginiBerumah rerumputan ditepinya rawaBerumah rerumputan ditepinya rawaTiangnya bambu, sudah bocor atap dari pimpingSulit-sulit begitu aku berputih mataSulit-sulit begitu aku berputih mataLantainya belahan bambu, dindingnya pun tepasTidakkah kiranya menyesal saudara naik kerumahkuTidakkah kiranya menyesal saudara naik kerumahku
1. Kemutauh Uren
Kemutauh uren ari langitMunerime kedie bumiKemutauh uren ari langitMunerime kedie bumiI nampaan ara baro renahCabang tewah ku lawe dueAri abang gih mungkin berubahBier lopah itumpun kudedeKemutauh uren ari langitMunerime kedie bumiKemutauh uren ari langitMunerime kedie bumiI nampaan ara baro renah Cabang tewah ku lawe dueAri abang gih mungkin berubahBier lopah itumpun kudedeKerna langkah ni kami serapahBerizin mi biak sudereKesediken cerak kami salahNiro maaf kuama ine
Jika Turun HujanJika turun hujan dari langitMenerimakah kiranya bumiJika turun hujan dari langitMenerimakah kiranya bumiDi nampaan ada waru rendahCabang rebah ke lawe dueDari abang tidak mungkin berubahBiar pisau tancapkan ke dadaJika turun hujan dari langitMenerimakah kiranya bumiJika turun hujan dari langitMenerimakah kiranya bumiDi nampaan ada waru rendahCabang rebah ke Lawe DueDari abang tidak mungkin berubahBiar pisau tancapkan ke dadaKarena langkah kami segera bergegasMohon izin kepada sanak saudaraSekiranya ucapan kami salahMohon maaf kepada ibu-bapak.
Video:
(Dalam Video ini tertera title “Saman Aceh Tenggara”, Tarian ini berasal dari Belangkejeren, dulu Kecamatan Belangkejeren masuk diwilayah Kabupaten Aceh Tenggara, kini setelah pemekaran, Belangkejeren menjadi Ibukota Kabupaten Gayo Lues, yang ditinggali oleh Suku Gayo (Lues), suku asli pemilik Tari Saman.
*********
Tari Ratéb Meuseukat
Tari Ratéb Meuseukat merupakan salah satu tarian Aceh yang berasal dari Aceh. Nama Ratéb Meuseukat berasal dari bahasa Arab yaitu ratéb asal kata ratib artinya ibadat dan meuseukat asal kata sakat yang berarti diam.
Diberitakan bahwa tari Ratéb Meuseukat ini diciptakan gerak dan gayanya oleh anak Teungku Abdurrahim alias Habib Seunagan (Nagan Raya), sedangkan syair atau ratéb-nya diciptakan oleh Teungku Chik di Kala, seorang ulama di Seunagan, yang hidup pada abad ke XIX. Isi dan kandungan syairnya terdiri dari sanjungan dan puji-pujian kepada Allah dan sanjungan kepada Nabi, dimainkan oleh sejumlah perempuan dengan pakaian adat Aceh. Tari ini banyak berkembang di Meudang Ara Rumoh Baro di kabupaten Aceh Barat Daya.
Pada mulanya Ratéb Meuseukat dimainkan sesudah selesai mengaji pelajaran agama malam hari, dan juga hal ini tidak terlepas sebagai media dakwah. Permainannya dilakukan dalam posisi duduk dan berdiri. Pada akhirnya juga permainan Ratéb Meuseukat itu dipertunjukkan juga pada upacara agama dan hari-hari besar, upacara perkawinan dan lain-lainnya yang tidak bertentangan dengan agama.
GAYO Nusantara.

10 Danau Terbesar di Indonesia

10 Danau Terbesar di Indonesia


Indonesia memiliki lebih dari 100 danau alami serta danau buatan. Danau terbesar di Indonesia ternyata berada di pulau Sumatera. Pastinya danau Toba adalah danau terbesar di Indonesia dan juga di Asia Tenggara. Selain danau Toba yang luas dan indah, Indonesia juga masih memiliki banyak danau alami yang luas dan besar serta menarik untuk dikunjungi. Ente mau....
Berikut adalah 10 danau terbesar di Indonesia.

Danau Toba
Danau Toba adalah sebuah danau Tektovulkanik terbesar di Sumatera yang terletak di Provinsi Sumatera Utara.
Dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer.
Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara.
Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.

Danau Singkarak
Danau Singkarak berada di antara dua kabupaten di provinsi Sumatera Barat, Indonesia, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar.
Danau ini memiliki luas 107,8 km² dan merupakan danau terluas ke-2 di pulau Sumatera.
Panjang danau Singkarak adalah 20 km dengan lebar 6,5 km dan kedalaman 268 meter.
Danau ini merupakan hulu sungai Batang Ombilin.
Sebagian air danau ini dialirkan melalui terowongan menembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak di dekat Lubuk Alung yang berada di kabupaten Padang Pariaman.

Danau Laut Tawar
Sebuah danau dan kawasan wisata yang terletak di Dataran Tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah, Propinsi Nanggröe Aceh Darussalam.
Suku Gayo menyebutnya dengan Danau Lut Tawar.
Luasnya kira-kira 5.472 hektar dengan panjang 17 km dan lebar 3,2 km.

Danau Poso
Danau Poso merupakan sebuah danau yang terletak di provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Tepatnya di Kabupaten Poso.
Danau ini merupakan danau terbesar ketiga di Indonesia dengan memiliki panjang 32 km dan lebar 16 km.
Danau ini terletak pada ketinggian 657 m dpal.

Danau Maninjau
Danau Maninjau terletak di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Maninjau adalah danau vulkanik yang berada pada ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut dengan luas 99,5 km persegi dengan panjang 16 km dan lebar 7 km.
Danau Maninjau merupakan sumber air untuk sungai bernama Batang Sri Antokan. Di salah satu bagian danau yang merupakan hulu dari Batang Sri Antokan terdapat PLTA Maninjau.

Danau Ranau
Danau Ranau terletak di wilayah Sumatera bagian selatan antara propinsi Lampung dan Propinsi Sumatera Selatan. Tepatnya terletak di perbatasan Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Propinsi Sumatera Selatan.
Luas Danau ini adalah 128 km persegi dengan panjang 16 km dan lebar 8 km. Di danau ini terdapat juga sumber air panas sehingga menjadikan daya tarik untuk dikunjungi.

Danau Towuti
Danau Towuti luasnya 561,1 Km persegi dengan kedalaman maksimun 203 meter merupakan jenis danau tektonik.
Secara administratif, danau ini terletak di Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan.
Kawasan Danau Towuti merupakan bagian dari
Taman Wisata Alam Danau Towuti, yang dikelola oleh
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Selatan.

Danau Tempe
Danau Tempe terletak di bagian Barat Kabupaten Wajo, tepatnya di Kecamatan Tempe, sekitar 7 km dari Kota Sengkang menuju tepi Sungai Walanae.
Danau Tempe yang luasnya sekitar 13.000 hektar ini memiliki spesies ikan air tawar yang jarang ditemui di tempat lain. Hal ini karena danau tersebut terletak diatas lempengan benua Australia dan Asia.

Danau Sembuluh
Danau Sembuluh merupakan danau terbesar di Kalimantan Tengah dengan luas 7.832,5 ha dan memiliki panjang sejauh 35,68 km.
Di sekitar danau yang luasnya mencapai 2.424 km2 ini terdapat beberapa desa, yaitu Sembuluh I, Sembuluh II, Bangkal dan Terawan.
Untuk mencapai danau tersebut dari Palangkaraya, ibukota Kalimantan Tengah, Ente bisa menggunakan kendaraan darat sejauh 240 km menuju Sampit, dan dari Sampit menuju Desa Bangkal sejauh 80 km. Dari Desa Bangkal, Danau Sembuluh bisa dicapai dengan kapal motor sekitar 20 menit.

Danau Sentani
Danau Sentani terdapat di propinsi Papua. Luas danau Sentani adalah sekitar 9.360 ha dengan kedalaman rata rata 24,5 meter.
Berada diantara pegunungan Cyclops, merupakan danau Vulkanik.
Sumber airnya berasal dari 14 sungai besar dan kecil dengan satu muara sungai, Jaifuri Puay. Diwilayah barat, Doyo lama dan Boroway, kedalaman danau sangat curam.
Sedangkan sebelah timur dan tengah, landai dan dangkal, Puay dan Simporo.
Disini juga terdapat hutan rawa di daerah Simporo dan Yoka.
Dalam beberapa catatan disebutkan, dasar perairannya berisikan substrat lumpur berpasir (humus).
Pada per-airan yang dangkal, ditumbuhi tanaman pandan dan sagu.

Tari Saman - Tari Tradisional Aceh

                      Tari Saman - Tari Tradisional Aceh

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMiYJdq0y1zv1Mce_Lmzw9QX-VnUvnYQZnGprFbRb4eKChDWVG0OhfCYlEPnJkJurW-y0MOh4ShRlaYPHpwYasZ58O386O_au07EMzjAUREs5jvHVbv_k4RIihWkhO9sDBgOQsi47D29A/s1600/tari+saman.jpg 

IYOHAA - Di antara beraneka ragam tarian dari pelosok Indonesia, tari saman termasuk dalam kategori seni tari yang sangat menarik. Keunikan tari saman ini terletak pada kekompakan gerakannya yang sangat menakjubkan. Para penari saman dapat bergerak serentak mengikuti irama musik yang harmonis. Gerakan-gerakan teratur itu seolah digerakkan satu tubuh, terus menari dengan kompak, mengikuti dendang lagu yang dinamis. Sungguh menarik, bukan? Tak salah jika tari saman banyak memikat hati para penikmat seni tari. Bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari mancanegara. Sekarang, mari kita ulas lebih dalam lagi mengenai tarian unik ini.

Sejarah
Mengapa tarian ini dinamakan tari Saman? Tarian ini di namakan Saman karena diciptakan oleh seorang Ulama Aceh bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah.

Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu. Tari Saman dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang menggunakan panggung.

Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan yang kompak dan harmonis.

Makna dan Fungsi
Tari Saman dijadikan sebagai media dakwah. Sebelum Saman dimulai, tampil pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat. Pemuka adat memberikan nasehat-nasehat yang berguna kepada para pemain dan penonton. Syair-syair yang di antunkan dalam tari Saman juga berisi petuah-petuah dan dakwah.
Berikut contoh sepenggal syair dalam tari S aman:

Reno tewa ni beras padi, manuk kedidi mulu menjadi rempulis bunge.

Artinya:

Betapa indahnya padi di sawah dihembus angin yang lemah gemulai. Namun begitu, burung kedidi yang lebih dulu sebagai calon pengantin serta membawa nama yang harum.

Namun dewasa ini, fungsi tarian saman menjadi bergeser. Tarian ini jadi lebih sering berfungsi sebagai media hiburan pada pesta-pesta, hajatan, dan acara-acara lain.

Nyanyian
Pada tari Saman, terdapat 5 macam nyanyian :

1. Rengum, yaitu sebagai pembukaan atau mukaddimah dari tari Saman (yaitu setelah dilakukan sebelumnya keketar pidato pembukaan). Rengum ini adalah tiruan bunyi. Begitu berakhir langsung disambung secara bersamaan dengan kalimat yang terdapat didalamnya, antara lain berupa pujian kepada seseorang yang diumpamakan, bisa kepada benda, atau kepada tumbuh-tumbuhan.
2. Dering, yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari.
3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.
4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak.
5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.


Gerakan
Tarian saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian saman: Tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam, syeikh saman mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya. Dalam konteks kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan.

Tarian Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak tepuk tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring (semua gerak ini adalah bahasa Gayo). Selain itu, ada 2 baris orang yang menyanyi sambil bertepuk tangan dan semua penari Tari Saman harus menari dengan harmonis. Dalam Tari Saman biasanya, temponya makin lama akan makin cepat supaya Tari Saman menarik.

Penari
Pada umumnya, tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki. tetapi jumlahnya harus ganjil. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, tarian ini juga dimainkan oleh kaum perempuan. Pendapat Lain mengatakan tarian ini ditarikan kurang dari 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun, perkembangan di era modern menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Di sinilah peran Syeikh, ia harus mengatur gerakan dan menyanyikan syair-syair tari Saman.

Kostum atau busana khusus saman terbagi dari tiga bagian yaitu:
· Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi. Dua segi disulam dengan benang seperti baju, sunting kepies.
· Pada badan: baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam benang putih, hijau dan merah, bahagian pinggang disulam dengan kedawek dan kekait, baju bertangan pendek) celana dan kain sarung.
· Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan warna, menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu, karena melalui warna menunjukkan identitas para pemakainya. Warna-warna tersebut mencerminkan kekompakan, kebijaksanaan, keperkasaan, keberanian dan keharmonisan.

Tari saman memang sangat menarik. Pertunjukkan tari Saman tidak hanya populer di negeri kita sendiri, namun juga populer di mancanegara seperti di Australia dan Eropa. Baru-baru ini tari saman di pertunjukkan di Australia untuk memperingati bencana besar tsunami pada 26 Desember 2006 silam. Maka dari itu, kita harus bangga dengan kesenian yang kita miliki, dan melestarikannya agar tidak punah.


Sumber :http://ensiklopedi-budaya-indonesia.blogspot.com