SURVIVAL
Survival berasal dari kata survive yang berarti bertahan hidup. Survival adalah mempertahankan hidup di alam bebas dari hambatan alam sebelum mendapat pertolongan. Sedangkan menurut pengertian lain, survival adalah suatu kondisi dimana seseorang/kelompok orang dari kehidupan normal (masih sebagaimana direncanakan) baik tiba-tiba atau disadari masuk ke dalam situasi tidak normal (di luar garis rencananya).
Orang yang melakukan survival disebut survivor. Survival yang biasa dilakukan yaitu di hutan/alam bebas sehingga disebut jungle survival. Survival terjadi karena adanya kondisi darurat yang disebabkan alam, kecelakaan, gangguan satwa, atau kondisi lainnya.
Banyak orang menganggap, membawa benda-benda untuk alat bertahan hidup dialam bebas (Survival Kit) sewaktu bepergian, rasanya ribet atau bikin repot. Tapi bagi yang mempunyai hobi di alam bebas sebagai penggiat pecinta alam, harus dapat mengantisipasi suatu keadaan darurat sampai hal yang kecil sekalipun sangat diperlukan. Telah banyak kejadian yang membuktikan pada peristiwa kecelakaan di laut dan udara, korban yang kebetulan selamat kebanyakan tidak siap bertahan hidup. Padahal upaya penyelamatan oleh tim SAR atau polisi belum tentu datang segera. Tak ada pilihan, korban harus bertahan hidup di alam yang sama sekali asing. Jika tanpa persiapan, ditambah kelelahan mental dan fisik, nyawa bisa jadi taruhannya.
Prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang survivor, yaitu;
S : (Size Up the Situation), pandailah dalam
menilai situasi, setiap kondisi lingkungan dan perubahan-perubahannya
harus betul-betul diperhatikan agar selamat.
U : (Undue Haste Make Taste), jangan tergesa-gesa,
biar lambat asal selamat. Setiaptindakan hendaknya dipikirkan untung
ruginya. Kesalahan dalam pengambilankeputusan dapat berakibat kematian.
R : (Remember Where You Are), Ingat dimana kamu
berada. Baik posisi harfiah yang berarti lokasi dimana berada maupun
posisi yang berarti kondisi dan kedudukan diri pada saat itu.
V : (Vanquish fear and panic), Kuasai diri dari rasa takut dan panik yang dapat menumpulkan nalar dan pikiran yang jernih.
I : (Improvise), Perbaiki diri dari kesulitan.
Gunakan segenap kemampuan dan pengetahuan untuk keluar dari kesulitan
yang sedang dihadapi.
V : (Value living), Hargailah kehidupan. Jangan
siasakan hidup dengan mengambil keputusan yang ceroboh. Buang pikiran
jauh-jauh dari keinginan bunuh diri.
A : (Act like the native), Sesuaikan diri dengan penduduk setempat, sesuaikan dirimu dengan lingkungan disekitarmu.
L : (Learn basic skill), Pelajari dasar-dasar pengetahuan dan latihlah kemampuan dialam bebas.
Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti
survival tsb, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang
perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah “STOP” yang artinya :
S : Stop & seating / berhenti dan duduklah
T : Thingking / berpikirlah
O : Observe / amati keadaan sekitar
P : Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan
S : Stop & seating / berhenti dan duduklah
T : Thingking / berpikirlah
O : Observe / amati keadaan sekitar
P : Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan
Ada beberapa permasalahan yang akan kita hadapi, yaitu masalah / bahaya yang ada di alam (bahaya obyektif), masalah yang menyangkut diri kita sendiri (bahaya subyektif).
Ada beberapa aspek yang akan muncul dalam menghadapi survival:
1. Psikologis : panik, takut, cemas, kesepian, bingung,
tertekan,bosan, putus asa dll. Pengaruh psikologis yang disebabkan
karena perasaan terasing.
2. Fisiologis : sakit, lapar, haus, luka, lelah, dll.Pengaruh Fisikologis yang disebabkan karena kelelahan, dan kurang tidur
3. Lingkungan : panas, dingin, kering, hujan, angin, vegetasi,
fauna, dll. Pengaruh lingkungan yang disebabkan karena beratnya medan.
Ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam
melakukan survival, selain faktor keberuntungan (nasib baik/pertolongan
Tuhan tentunya), yaitu:
• Semangat untuk mempertahankan hidup.
• Kesiapan diri.
• Alat pendukung.
Beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menghadapi survival :
Perlindungan terhadap ancaman :
• cuaca,
• binatang,
• makanan/minuman
• penyakit
Menurut jumlah orangnya survival ada dua macam yaitu survival individu dan survival kelompok.
• Dalam survival individu atau sendiri, akan mengundang rasa kesepian dan bosan selain rasa takut dan panik. Kesepian dan bosan adalah masalah besar yang harus segera diatasi dan dihindarkan. Karena hal tersebut akan dapat membuat perasaan tertekan yang bisa menghilangkan semangat dan keinginan untuk hidup. Kesepian dan bosan hanya bisa ada dalam suatu lamunan yang disetujui oleh tindakan dan pikiran. Untuk mengatasinya selalu bekerjalah untuk hal yang perlu dikerjakan akan bisa menghindari rasa sepi dan bosan.
• Dalam survival individu atau sendiri, akan mengundang rasa kesepian dan bosan selain rasa takut dan panik. Kesepian dan bosan adalah masalah besar yang harus segera diatasi dan dihindarkan. Karena hal tersebut akan dapat membuat perasaan tertekan yang bisa menghilangkan semangat dan keinginan untuk hidup. Kesepian dan bosan hanya bisa ada dalam suatu lamunan yang disetujui oleh tindakan dan pikiran. Untuk mengatasinya selalu bekerjalah untuk hal yang perlu dikerjakan akan bisa menghindari rasa sepi dan bosan.
• Survival kelompok lebih baik dari pada survival sendiri,
tersedianya banyak tenaga untuk melakukan pekerjaan dan adanya teman
untuk berkomunikasi yang dapat menghilangkan rasa sepi dan bosan. Namun,
setiap orang tidak akan sama dalam menghadapi sesuatu yang dihadapinya.
Dalam keadaan ini kecenderungan orang akan bertindak untuk kepentingan
dirinya sendiri dengan mengabaikan kepentingan bersama. Untuk menjaga
hal tersebut, dan kebersamaan tetap terkontrol maka sebaiknya dipilih
seorang pemimpin untuk mengkoordinasikan setiap anggota kelompok
Tugas dari pemimpin dalam survival ini adalah
o Menyusun rencana yang melibatkan seluruh anggota dan keselamatan menjadi milik bersama.
o Menyusun rencana yang melibatkan seluruh anggota dan keselamatan menjadi milik bersama.
o Lakukan pembagian tugas pekerjaan kepada setiap anggota.
Sesuaikan tugas dengan kondisi tiap anggota. Dengan pembagian tugas
pekerjaan akan cepat diselesaikan dan membina rasa kebersamaan.
o Kembangkan rasa kebersamaan dan kepercayaan di dalam kelompok.
Sekali lagi, keputusan yang salah dalam menentukan suatu keputusan
akan berakibat kematian. Untuk itu kita harus benar-benar dalam setiap
mengambil keputusan. Ada beberapa langkah yang direkomendasikan dalam
melakukan survival antara lain ;
1. Mengkoordinasikan anggota, bila beberapa orang, pilihlah salah seorang dari kelompok sebagai ketua. Seorang ketua sangat diperlukan untuk mengatur dan menentukan keputusan bila terjadi perselisihan.
2. Melakukan pertolongan pertama, obatilah anggota yang sakit agar tidak menjadi lebih parah. Dalam keadaan seperti ini penyakit yang ringan dapat berkembang bahkan dapat menyulitkan kita nantinya.
3. Melihat kemampuan dan keadaan anggota kelompok, hal ini akan berguna dalam pembagian tugas. Bedakan berdasarkan kondisi kesehatan, fisik dan mental. Karena jika salah memberikan tugas pada seseorang akan menghambat rencana bahkan dapat berakibat fatal.
4. Mengadakan orientasi medan, usahakan untuk mengetauhi posisi kita, kemungkinan pemukinan penduduk, dan perkiraan jalan keluar.
5. Mengadakan penjatahan makanan, perhitungkan jumlah makanan yang tersedia, jumlah anggota, perkiraan waktu. Disamping itu, mencari sumber makanan yang harus diusahakan dari luar rencana penjatahan. Mengenai cara mendapatkan makanan dan air akan dibahas lebih lanjut.
6. Membuat rencana kegiatan dan pembagian tugas, rencana yang dibuat se-rasionalmungkin dan berdasarkan pertimbangan yang matang. Pembagian tugas sesuaikan dengan kondisi saat itu.
7. Usahakan menyambung komunikasi dengan dunia luar, jangan melakukan hal-hal yang berlebihan terlebih menguras tenaga kita. Tandailah jalan yang telah kita lewati dan mencari perhatian dengan cara membuat asap, menjemur pakaian di tempat tinggi dan atau terbuka, memantulkan sinar matahari dengan cermin dan lain-lain.
1. Mengkoordinasikan anggota, bila beberapa orang, pilihlah salah seorang dari kelompok sebagai ketua. Seorang ketua sangat diperlukan untuk mengatur dan menentukan keputusan bila terjadi perselisihan.
2. Melakukan pertolongan pertama, obatilah anggota yang sakit agar tidak menjadi lebih parah. Dalam keadaan seperti ini penyakit yang ringan dapat berkembang bahkan dapat menyulitkan kita nantinya.
3. Melihat kemampuan dan keadaan anggota kelompok, hal ini akan berguna dalam pembagian tugas. Bedakan berdasarkan kondisi kesehatan, fisik dan mental. Karena jika salah memberikan tugas pada seseorang akan menghambat rencana bahkan dapat berakibat fatal.
4. Mengadakan orientasi medan, usahakan untuk mengetauhi posisi kita, kemungkinan pemukinan penduduk, dan perkiraan jalan keluar.
5. Mengadakan penjatahan makanan, perhitungkan jumlah makanan yang tersedia, jumlah anggota, perkiraan waktu. Disamping itu, mencari sumber makanan yang harus diusahakan dari luar rencana penjatahan. Mengenai cara mendapatkan makanan dan air akan dibahas lebih lanjut.
6. Membuat rencana kegiatan dan pembagian tugas, rencana yang dibuat se-rasionalmungkin dan berdasarkan pertimbangan yang matang. Pembagian tugas sesuaikan dengan kondisi saat itu.
7. Usahakan menyambung komunikasi dengan dunia luar, jangan melakukan hal-hal yang berlebihan terlebih menguras tenaga kita. Tandailah jalan yang telah kita lewati dan mencari perhatian dengan cara membuat asap, menjemur pakaian di tempat tinggi dan atau terbuka, memantulkan sinar matahari dengan cermin dan lain-lain.
8. Mencari pertolongan.
Selalu dan selalu berusaha mencari pertolongan. Buatlah kode-kode dari
darat ke udara yang dapat membantu tim penolong, khususnya yangmencari
survivor lewat udara. Tanda-tanda yang diberikan harus berukuran
cukup besar, menyolok, kontras dengan warna latar belakangnya, dan
ditempatkan di tempat yang mudah terlihat dari udara atau dari kejauhan.
Isyarat boleh dibuat dari benda atau bahan apa saja yang mudah
diperoleh.
Survival Kit
Survival Kit adalah satu set peralatan atau suatu kotak/tas
peralatan survival yang umumnya dapat digunakan untuk semua jenis daerah
seperti gunung, hutan, padang pasir dan pantai serta laut. Perlengkapan
yang harus ada dan di siapkan dalam Survival Kit adalah :
• Korek Api.
• Lilin.
• Batu api.
• Kaca pembesar.
• Jarum dan benang.
• Kail dan senar.
• Kompas.
• Senter kecil.
• Kawat jerat.
• Kawat gergaji.
• Pisau.
• Tali.
• Kondom.
• Obat – obatan, seperti : analgetik, anti mencret, anti gatal, anti malaria, anti biotik
Obat-obatan yang harus di persiapkan dalam survival kit diantaranya yaitu:
• Analgetik ; Ponstan, Antalgin, Metancuron, Naspro, Aspirin dll.
• Anti Mencret ; motilex, Lodya, Entrostop, dll.
• Anti Gatal ; CTM, benadryl tab/inj, Insidal, dll.
• Anti Malaria
• Anti Biotik ; Ampicilin Dll.
• Plester ; Plester Kupu-kupu, handiplas, dll
Air
Dalam keadaan survival maka air merupakan faktor terpenting dan
lebih penting dari faktor lainnya. Manusia dapat hidup dengan air saja
hingga ± 3 minggu. Tapi manusia hanya bisa bertahan hidup tanpa air 3-5
hari. Jika kita kesulitan dalam memperoleh sumber air, maka cara dibawah
ini dapat dicoba untuk mendapakan air.
Air dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Air yang tidak perlu dimurnikan
Ciri-cirinya : tidak berwarna, berasa, dan berbau.
Contoh air : air minum, dari tanaman rotan, dari tanaman bunga, lumut dan daun-daun yang lebar
b. Air yang perlu dimurnikan
Ciri-cirinya : berbau, berwarna, dan berasa
Contoh air : air sungai besar, air di daerah yang berbatu, air di daerah sungai yang kering, air dari batang pohon pisang.
1. Galilah lubang sedalam kira-kira 30-50 cm dengan diameter yang
lebih besar dari nesting / rantang (apa pun yang dapat digunakan untuk
menampung air)
2. Potonglah ranting kering dengan panjang kira-kira 50 cm, siapkan
selembar plastik yang cukup lebar (bisa juga menggunakan ponco / jas
hujan).
3.Letakkan nesting / rantang di dasar lubang, tegakkan batang /
ranting tadi dan tutupi dengan pastik, jangan lupa letakkan batu
disekelilingnya agar tidak mudah bergeser.
4.Tunggulah air menguap dari permukaan tanah.
Cara lain untuk mendapatkan air :
a. Siapkan bahan bakar yang cukup, ambilah sebatang kayu yang berukuran sedang sebagai tumpuan bawah(Gambar 1a).
b. Lalu dapat dipalangkan dua buah kayu yang juga berukuran sedang (Gambar 1b). Jangan sampai jarak antara tanah dengan kayu kedua terlalu tinggi sehingga menyulitkan panas api (pembakaran) sampai ke atas. Hal ini akan mengakibatkan kayu yang diatas sulit terbakar dan menjadi bara sedangkan kayu yang telah menjadi bara dibawah akan cepat habis jika tidak diberi “umpan” lagi.
c. Susun lagi ranting-ranting kecil dengan memalangkannya di atas kedua kayu yang dibuat diatas (Gambar 1c). Pastikan ranting-ranting ini tidak mudah terjatuh/menggelincir ke bawah. Oleh karena itu usahakan kedua palang kayu tersebut tidak terlalu miring.
d. Susunlah ranting-ranting yang paling kecil sehingga api yang muncul dapat dengan mudah membakar ranting tersebut. Jangan menumpuk ranting secara berlebihan(Gambar 1d).
e. Nyalakan api dengan bantuan korek, atau pemantik (dalam bahasan ini memang kita tidak akan membicarakan bagaimana membuat api dengan metode-metode yang ada tapi lebih mengarah pada pembuatan perapian) di bagian paling dasar. Gunakan bantuan daun-daun kering atau plastik sampah.
f. Jika api sudah menjilat ranting-ranting yang paling kecil, tetap lakukan perautan kayu menjadi bagian-bagian yang kecil dan digunakan sebagai umpan. Usahakan agar lidah api membakar ranting atau daun kering untuk memperbesar nyala api.
g. Apabila ranting terlalu ke sisi (sehingga tidak terbakar), pindahkanlah ke bagian yang “terjilat”oleh lidah api.
h. Terus tumpuk ranting-ranting kayu sambil tetap memberi lubang sebagai sirkulasi udarai. Perhatikan jarak antara sumber api dengan ranting/kayu yang dibakarnya. Jangan terlalu jauh dan juga jangan sangat berdekatan.
Dalam menyalakan api khususnya didaerah yang lembab, persiapkan tipe bahan sebagai berikut;
a. Tinder (penyala), material kering yang akan menyala dengan panas atau suatu percikan api.
b. Kindling (pemancing), material yang sudah disiapkan dan gampang menyala yang akan ditambahkan setelah bahan tinder menyala.
c. Fuel (bahan bakar), material ini diperlukan saat api sudah menyala besar dan baru dibutuhkan bahan pembakar yang agak besar dan terbakar secara pelahan-lahan.
Cara – cara lain membuat api
Tehnik mengergaji kayu (fire saw). Cara ini membutuhkan tenaga yang cukup besar dan kuat. Cara ini memanfaatkan efek panas akibat gesekan kayu. Metodenya seperti menggergaji kayu dengan kayu lainnya, sehingga menimbulkan bunga api. Biasanya kayu yang digunakan berbeda antara kayu satu dengan kayu yang lainya. Kayu yang dipilih adalah kayu yang empuk sehingga tidak terlalu sulit dalam melakukan penggergajian.
Tehnik menarik-narik dengan tali kayu (fire thong) Fire Thong adalah cara mendapatkan api dari sehelai kulit kayu atau rotan kering yang ditarik menyilang di atas sepotong kayu atau rotan kering. Kulit rotan tersebut dililitkan pada sebatang pohon yang empuk, lalu ditarik oleh tangan kanan dan kiri secara bergantian. Pada bagian bawahnya diberi sabut, kawul, atau dedaunan kering yang siap menangkap bunga api.
Tehnik mengebor dengan tangan (hand drill)
Tehnik dengan menggurat-gurat kayu (fire plow)
Tehnik membuat api dengan bor busur (fire bow)
Kita juga bisa memantik api dengan barang yang kita bawa, misalnya pemantik, atau jenis lensa (teropong,kaca pembesar, dsb)
Setelah dapat membuat api, maka pengetahuan memasak dalam survival juga perlu untuk dipelajari. Memasak dalam survival adalah memberikan perlakuan terhadap bahan yangtersedia di alam untuk dimanfaatkan (dimakan). Tujuan dari memasak diantaranya : mengadakan sterilisasi, membuat bahan makanan agar mudah dicerna, menambah kenikmatan, dan lain-lain. Apabila kita membawa peralatan memasak lengkap tentu tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi apabila peralatan kita minim atau bahkan tidak membawa peralatan masak, kita bisa menggunakan fasilitas dari alam sebagai sarana.
Cara memasak tersebut diantaranya;
a. Memasak dengan menggunakan kaleng bekas, pastikan kaleng yang akan kita gunakan bersih.
b. Dengan menggunakan bambu, ambillah batang bambu yang masih muda / masihhidup. Potong sesuai ukuran yang diperlukan. Masukkan beras atau bahan makanan kedalam lubang bambu, kalau perlu tambah air. Masukkan bambu tersebut ke dalam bara api.
c. Memasak dengan menggali lubang di tanah, buatlah lubang di tanah secukupnya. Lalu daun tersebut dialasi dengan daun yang lebar yang bisa menahan air. Masukkan beras yang telah di cuci dan direndam beberapa saat ke lubang tersebut. Tutup dengan daun yang telah kita sediakan, selanjutnya tutup kembali dengan tanah. Buat api unggun diatasnya yang tidak terlalu besar tetapi menyala dengan konstan. Tunggu beberapa saat, lalu kita buka lubang tadi dan selanjutnya nasi siap untuk dimakan.
d. Memasak dengan menggunakan kelapa muda, ambil buah kelapa yang masih muda. Lalu kupas ujung bagian atasnya yang berfungsi sebagai lubang. Masukkan beras yang kita cuci kedalam buah kelapa tadi. Masukkan buah kelapa yang telah diisi beras tersebut kedalam bara api, tunggu dan beberapa saat sampai nasi matang.
Banyak fasilitas dari alam yang dapat kita gunakan sebagai sarana memasak. Hal initergantung pada kreatifitas dari survivor.
Etika Membuat Perapian
1. Hujan : tampung air hujan dengan daun-daun yang lebar alirkan
ketempat minum kita / tampung dengan ponco/ juga memeras sapu tangan dan
slayer bersih yang terkena hujan lalu teteskan kedalam mulut.
2. Tanah batu : carilah mata air pada tanah / yang berbatu namun
hanya terdapat mataair. Kapur mudah di larutkan sehingga mudah dibentuk
saluran air.
3. Tanah campur : carilah air di lembah dekat dengan permukaan air
tanah. Carilah lubang air yang mengalir yang terdapat di sebelah atas
permukaan tanah termasuk aliran sungai gembur tetapi ingat air ini dapat
kotor sekali dan berbahaya.
4. Daerah pantai : tanah air dibukit-bukit /galilah air pasir
lembah. Untuk mengurangi rasa air asin, saringlah dengan pasir. Jangan
meminum air laut karena dapat menyebabkan dehidrasi dan merusak ginjal.
Sumber air yang dapat langsung diminum.
Pertama adalah air hujan. Meskipun kadang
air hujan mengandung asam pada prinsipnya air hujan dapat diminum
langsung, hanya diperlukan cara untuk mengumpulkannya. Cara mengumpulkan
air hujan dapat dengan menggali lubang dandipulas dengan tanah liat
atau dasarnya dilapisi dengan bahan-bahan yang dapat menampung air
seperti ponco, daun, alumunium foil, kulit kayu, plastik dan lain-lain.
Ada baiknya setelah mendapatkan air kita masak terlebih dahulu.
Sumber yang kedua adalah dari tumbuhan
dan atau lumut. Kita dapat memanfaatkan proses respirasi tumbuhan untuk
mendapatkan air. Caranya adalah selubungkan sebuah ranting dan daunnya
dengan sebuah kantong plastik yang ujungnya diikat. Penguapan dari daun
akan menyebabkan timbul pengembunan pada plastik bagian dalam. Pilih
bagian daun yang sehat dan banyak daunnya. Pada lumut kita dapat
langsung menyerap air pada lumut dengan bahan yang mudah menyerap air
seperti kain.
Sumber yang ketiga adalah embun. Pada
daerah yang memiliki iklim yang sangat ekstrim dimana sangat panas di
siang hari dan sangat dingin di malam hari, kita dapat menampung embun
sangat banyak. Untuk mendapatkan air kita dapat menggunakankain, busa,
ponco, plastik dan lain-lain.
Sumber yang keempat adalah tanaman rambat atau rotan yang ada di hutan.
Potonglah dengan pisau setinggi mungkin yang dapat dijangkau kemudian
potong juga bagian bawahnya yang dekat dengan tanah. Air yang menetes
dari batang tersebut dapat ditampung atau langsung diteteskan ke mulut.
Sumber yang kelima adalah air yang tertampung pada daun-daun yang lebar, biasanya
setelah hujan ataupun embun di pagi hari, pada ruas bambu dan pada
bunga kantong semar (Nephenthes sp) terdapat air. Untuk air yang dari
kantung semar sebaiknya dimasak dulu karena sering terdapat serangga
yang sudah mati dan berbau.
Sumber keenam adalah dengan memanfaatkan kondensi tanah.
Dalam hal ini memanfaatkan uap air tanah yang ditahan kemudian
ditampung kedalam suatutempat. Caranya adalah galilah tanah dengan
kedalaman tertentu kemudian gelarkan plastik diatas lubang tersebut
kemudian ujungnya ditahan. Beri pemberat di bagian tengah plastik
penutup lubang hingga plastik agak masuk kedalam lubang. Sebelumnya
telah diletakkan suatu wadah tepat dibagian tengah pemberat hingga
nantinya air akan menetes di wadah tersebut.
Sumber air yang tidak dapat langsung diminum.
Air yang menggenang.
Walaupun kita kadang ragu akan kebersihannya, dalam keadaan darurat
air seperti ini masih dapat dimanfaatkan. Cara paling aman
untuk memanfaatkan air itu adalah dengan melakukan penyaringan. Misalnya
air hasil galian di pantai dan atau sungai yang kering. Air tersebut
harus mengalami proses lanjutan yaitu dengan dimurnikan terlebih dahulu.
Caranya adalah ukur jarak sekitar 5 – 7 meter diatas air pasang untuk
melakukan penggalian dengan cara membuat lubang kecil. Air yang didapat
dengan cara ini biasanya tidak mengandung garam. Sebagai catatan, air
yang segar akan terletak diatas air yang asin dalam lubang galian
tersebut. Air yang didapat dengan cara ini walaupun agak payau akan
tetapi aman untuk dikonsumsi. Apabila air masih terlalu payau maka dapat
dilakukan penggalian dengan penambahan jarak galian atau dilakukan
penyaringan
Cara penyaringan air.
Pertama
penyaringan dapat dilakukan dengan menggunakan baju kaos yang
berlapis. Lebih baik kaos yang berwarna putih karena akan lebih jelas
terlihat apabila kaos penyaring tersebut kotor dapat dibersihkan
terlebih dahulu sebelum dilakukan penyaringan kembali.
Kedua.
Dengan cara melewatkan air kedalam bambu. Tabung bambu bagian
dasar dilapisi dengan kerikil dan ijuk atau bisa digunakan lapisan
dedaunan kering dan rumput kering sebagai penyaringnya. Perlu diingat
juga bahwa cara membersihkan air dapat dilakukan dengan mengendapkan
selama 24 jam. Untuk menjaga kebersihannya, maka sebaiknya tempat
pengendapan ditutup rapat.
“INGAT! APABILA INGIN MINUM
AIR, ambillah sedikit demi sedikit/ isapan. Jangan langsung minum
sebanyak-banyak apabila menemukan air. Meminum sekaligus banyak hanya
akan membuat muntah seseorang yang sedang kekurangancairan (dehydrasi)
sehingga akan membuat keadaan menjadi lebih parah.”
Tanda dari hewan ke sumber air.
Hewan bertulang belakang memerlukan air secara tetap. Hewan
memamah biak biasanya hidup didekat air dan akan selalu berusaha di
dekat sumber air. Hewan ini memerlukan air setiap sore dan pagi hari,
bekas jejak hewan ini akan sangat jelas menuju ke lembah ke arah sumber
air
Burung pemakan buah tidak akan jauh dari sumber air. Binatang
ini minum pada pagi dan sore hari. Apabila burung ini terbang langsung
dan rendah maka itu tanda akan menuju air. Setelah minum burung tersebut
akan terbang dari pohon ke pohon dan sering beristirahat. Pastikanlah
lintasan terbang burung ini maka kemungkinan besar akan bertemu sumber
air.
Serangga sebagai tanda yang baik terutama lebah. Mereka
bisa terbang sekitar 6,5 Km dari sarang tetapi tidak mempunyai jadwal
tetap mencari air. Semut sangat memerlukan air, sekumpulan semut yang
berbaris menuju pucuk pohon untuk mengambil air yang terperangkap di
sana. Seringkali penampungan air ini satu-satunya didaerah yang kering.
Api.
“Kecil jadi sahabat besar jadi musuh” itulah api. Perapian
merupakan hal penting yang harus kita pelajari dalam survival. Fungsi
api dalam survival diantaranya sebagai penghangat tubuh, penerangan,
menjauhkan hewan berbahaya, memasak, memberi tanda-tanda atau kode dll.
Bila mempunyai bahan membuat api yang perlu diperhatikan adalah jangan
membuat api terlalu besar. Tapi buatlah api yang kecil beberapa buah.
Hal ini lebih baik dan memberi panas yang lebih merata.
Teknik membuat api tanpa korek api.
A. Dengan lensa
B. Dengan bordi
C. Dengan 2 batang kayu
D. Dengan 2 buah batu
Membuat perapian merupakan salah satuteknik hidup di alam bebas
yang sangat penting terutama dalam kondisi survival. Banyak manfaat yang
bisa diperoleh dari membuat perapian. Memasak, menghangatkan badan
serta menjauhkan kita dari binatang merupakan bagian darinya. Selain itu
perapian juga memberikan suatu efek psikologi yang besar. Kita akan
merasa tenang dan nyaman jika berada di dekatnya. Namun semakin besar
perapian, pengawasannya juga harus lebih ketat karena kemungkinan
terjadi kebakaran menjadi semakin besar juga. Selain itu kita dituntut
untuk sebijaksana mungkin memilih bahan-bahan kayu yang diperlukan.
Selain membuat perapian dalam tungku (hawu) di rumahnya, beberapa
penduduk Cihanjawar yang punya kebiasaan berburu dan melewatkan
beberapa hari di dalam hutan, memiliki teknik membuat api dan perapian.
Mungkin bagi masyarakat Cihanjawar sendiri, membuat perapian seperti ini
tentulah merupakan kebiasaan sehari-hari bagi mereka dan tidak ada yang
menarik. Dari beberapa kali pengamatan, mereka ternyata telah melakukan
prinsip-prinsip dasar dalam membuat suatu perapian yang baik. Namun,
terlebih dulu kita harus kembali mengingat tiga unsur penting dalam
membuat suatu perapian, yaitu panas, bahan bakar dan udara. Setelah
ketiga hal ini terpenuhi maka unsur penyusunan bahan bakar perapian
menjadi hal yang sangat penting. Selalu persiapkan terlebih dahulu bahan
bakar yang cukup. Pisahkanlah bahan ini berdasarkan ukurannya. Pisahkan
ranting-ranting kecil dengan ranting yang agak besar dan batang kayu
yang besar. Jika kayunya agak lembab ataupun basah, sisiklah terlebih
dahulu bagian yang basah atau bisa juga dengan membuat cacahan-cacahan
pada batangnya sehingga menyerupai bunga-bunga kayu.
Urutan kerjanya adalah sebagai berikut;a. Siapkan bahan bakar yang cukup, ambilah sebatang kayu yang berukuran sedang sebagai tumpuan bawah(Gambar 1a).
b. Lalu dapat dipalangkan dua buah kayu yang juga berukuran sedang (Gambar 1b). Jangan sampai jarak antara tanah dengan kayu kedua terlalu tinggi sehingga menyulitkan panas api (pembakaran) sampai ke atas. Hal ini akan mengakibatkan kayu yang diatas sulit terbakar dan menjadi bara sedangkan kayu yang telah menjadi bara dibawah akan cepat habis jika tidak diberi “umpan” lagi.
c. Susun lagi ranting-ranting kecil dengan memalangkannya di atas kedua kayu yang dibuat diatas (Gambar 1c). Pastikan ranting-ranting ini tidak mudah terjatuh/menggelincir ke bawah. Oleh karena itu usahakan kedua palang kayu tersebut tidak terlalu miring.
d. Susunlah ranting-ranting yang paling kecil sehingga api yang muncul dapat dengan mudah membakar ranting tersebut. Jangan menumpuk ranting secara berlebihan(Gambar 1d).
e. Nyalakan api dengan bantuan korek, atau pemantik (dalam bahasan ini memang kita tidak akan membicarakan bagaimana membuat api dengan metode-metode yang ada tapi lebih mengarah pada pembuatan perapian) di bagian paling dasar. Gunakan bantuan daun-daun kering atau plastik sampah.
f. Jika api sudah menjilat ranting-ranting yang paling kecil, tetap lakukan perautan kayu menjadi bagian-bagian yang kecil dan digunakan sebagai umpan. Usahakan agar lidah api membakar ranting atau daun kering untuk memperbesar nyala api.
g. Apabila ranting terlalu ke sisi (sehingga tidak terbakar), pindahkanlah ke bagian yang “terjilat”oleh lidah api.
h. Terus tumpuk ranting-ranting kayu sambil tetap memberi lubang sebagai sirkulasi udarai. Perhatikan jarak antara sumber api dengan ranting/kayu yang dibakarnya. Jangan terlalu jauh dan juga jangan sangat berdekatan.
Dalam menyalakan api khususnya didaerah yang lembab, persiapkan tipe bahan sebagai berikut;
a. Tinder (penyala), material kering yang akan menyala dengan panas atau suatu percikan api.
b. Kindling (pemancing), material yang sudah disiapkan dan gampang menyala yang akan ditambahkan setelah bahan tinder menyala.
c. Fuel (bahan bakar), material ini diperlukan saat api sudah menyala besar dan baru dibutuhkan bahan pembakar yang agak besar dan terbakar secara pelahan-lahan.
Cara – cara lain membuat api
Tehnik mengergaji kayu (fire saw). Cara ini membutuhkan tenaga yang cukup besar dan kuat. Cara ini memanfaatkan efek panas akibat gesekan kayu. Metodenya seperti menggergaji kayu dengan kayu lainnya, sehingga menimbulkan bunga api. Biasanya kayu yang digunakan berbeda antara kayu satu dengan kayu yang lainya. Kayu yang dipilih adalah kayu yang empuk sehingga tidak terlalu sulit dalam melakukan penggergajian.
Tehnik menarik-narik dengan tali kayu (fire thong) Fire Thong adalah cara mendapatkan api dari sehelai kulit kayu atau rotan kering yang ditarik menyilang di atas sepotong kayu atau rotan kering. Kulit rotan tersebut dililitkan pada sebatang pohon yang empuk, lalu ditarik oleh tangan kanan dan kiri secara bergantian. Pada bagian bawahnya diberi sabut, kawul, atau dedaunan kering yang siap menangkap bunga api.
Tehnik mengebor dengan tangan (hand drill)
Tehnik dengan menggurat-gurat kayu (fire plow)
Tehnik membuat api dengan bor busur (fire bow)
Kita juga bisa memantik api dengan barang yang kita bawa, misalnya pemantik, atau jenis lensa (teropong,kaca pembesar, dsb)
Setelah dapat membuat api, maka pengetahuan memasak dalam survival juga perlu untuk dipelajari. Memasak dalam survival adalah memberikan perlakuan terhadap bahan yangtersedia di alam untuk dimanfaatkan (dimakan). Tujuan dari memasak diantaranya : mengadakan sterilisasi, membuat bahan makanan agar mudah dicerna, menambah kenikmatan, dan lain-lain. Apabila kita membawa peralatan memasak lengkap tentu tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi apabila peralatan kita minim atau bahkan tidak membawa peralatan masak, kita bisa menggunakan fasilitas dari alam sebagai sarana.
Cara memasak tersebut diantaranya;
a. Memasak dengan menggunakan kaleng bekas, pastikan kaleng yang akan kita gunakan bersih.
b. Dengan menggunakan bambu, ambillah batang bambu yang masih muda / masihhidup. Potong sesuai ukuran yang diperlukan. Masukkan beras atau bahan makanan kedalam lubang bambu, kalau perlu tambah air. Masukkan bambu tersebut ke dalam bara api.
c. Memasak dengan menggali lubang di tanah, buatlah lubang di tanah secukupnya. Lalu daun tersebut dialasi dengan daun yang lebar yang bisa menahan air. Masukkan beras yang telah di cuci dan direndam beberapa saat ke lubang tersebut. Tutup dengan daun yang telah kita sediakan, selanjutnya tutup kembali dengan tanah. Buat api unggun diatasnya yang tidak terlalu besar tetapi menyala dengan konstan. Tunggu beberapa saat, lalu kita buka lubang tadi dan selanjutnya nasi siap untuk dimakan.
d. Memasak dengan menggunakan kelapa muda, ambil buah kelapa yang masih muda. Lalu kupas ujung bagian atasnya yang berfungsi sebagai lubang. Masukkan beras yang kita cuci kedalam buah kelapa tadi. Masukkan buah kelapa yang telah diisi beras tersebut kedalam bara api, tunggu dan beberapa saat sampai nasi matang.
Banyak fasilitas dari alam yang dapat kita gunakan sebagai sarana memasak. Hal initergantung pada kreatifitas dari survivor.
Etika Membuat Perapian
Terkadang membuat perapian menjadi suatu perdebatan di kalangan
penggiat alam terbuka dan pemerhati lingkungan.Beberapa hal yang perlu
dijadikan perhatian dalam membuat perapian adalah:
1. Buatlah perapian yang secukupnya, tidak terlalu besar dan
membutuhkan bahan bakar kayu yang banyak, sesuaikan dengan maksud kita
membuat perapian.
2. Jangan menebang kayu sembarangan! Walaupun terkadang hal ini
sangat kontradiktif dengan pembuatan perapian, bukan berarti membuat
suatu perapian dilarang sama sekali. Yang diperlukan adalah
kebijaksanaan kita saat membuat danmenggunakannya. Pilihlah kayu yang
telah tumbang ataupun mati yang cukupkering/tidak mengandung banyak air.
Cukup banyak ranting-ranting yang telah mati di dalam hutan dan dapat
digunakan daripada melakukan penebangan. Daun-daun kering juga dapat
dipergunakan sebagai “pemancing” dalam membuat perapian.
3. Pastikan perapian yang akan dipadamkan benar-benar telah
mati/padam. Setelah itu dikubur dalam tanah. Perhatikan bagian dasar
dari perapian terbuat dari gambut, tanah, atau akar-akar kayu yang
menumpuk. Sebaiknya membuat api di atas tanah karena akar ataupun gambut
dapat terbakar secara menjalar di lapisan bawah tanpaterlihat oleh
kita.
“Membakar hutan lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan menanam pohon”.
BIVOUAC/SHELTER
Hal yang perlu diperhatikan adalah perlindungan terhadap cuaca dingin karena hal ini yang paling sering mengakibatkan kematian para pendaki. Cara mengatasi ancaman terhadap cuaca dingin ini termasuk salah satu dari teknik survival. Tujuan pembuatan bivak adalah sebagai tempat perlindungan yang nyaman untuk melindungi diri kita dari faktor alam dan lingkungan yang ekstrim
Hal yang perlu diperhatikan adalah perlindungan terhadap cuaca dingin karena hal ini yang paling sering mengakibatkan kematian para pendaki. Cara mengatasi ancaman terhadap cuaca dingin ini termasuk salah satu dari teknik survival. Tujuan pembuatan bivak adalah sebagai tempat perlindungan yang nyaman untuk melindungi diri kita dari faktor alam dan lingkungan yang ekstrim
Macam-macam bivak :
1. Bivak alam, menggunakan sarana alam seperti kayu dan dedaunan.
Atau denagn memanfaatkan kondisi alam (seperti, ceruk, pohon roboh,
lubang pada tanah, dsb)
2. Bivak buatan, menggunakan peralatan seperti ponco, jas hujan, flysheet dll
3. Bivak perpaduan keduanya.
Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bivak
- Kondisi medan-
- tempat harus datar / rata / enak buat tidur
- Kondisi medan-
- tempat harus datar / rata / enak buat tidur
- kontruksinya kuat
-
bukan merupakan jalan hewan,manusia atau air- jangan di bawah pohon
yang sudah tua/lapuk atau di bawah tebing yang labil serta jangan
terlalu merusak alam sekitar- dekat dengan sumber air, bukan sarang
nyamuk / serangga juga tanaman busuk karena tempat itu tidak sehat dan
kurang aman
- aman dari ancaman hewan atau keganasan alam (banjir, lahar,longsor)
Jebakan ( Trap )
Salah satu keterampilan yang mendukung dalam melakukan kegiatan
survival adalah keahlian membuat trap. Trap ini digunakan survivor untuk
menangkap binatang untuk diambil dagingnya untuk dimakan. Membuat trap
kadangkala memerlukan bahan lainya, seperti : karet, kawat, tali, dan
sebagainya. Maka dari itu barang-barang tersebut tersedia didalam
survival kit. Dalam pembuatan trap, hendaknya diketahui hewan apa saja
yang biasa lewat atau tinggal di daerah itu. Dengan mengetahui hewan apa
yang akan ditangkap, kita dapat menyesuaikan jenis trap apa yang akan
dibuat. Perlu diingat bahwa trap akan sia-sia jika binatang yang telah
terperangkap dapat meloloskan diri. Maka dari itu, pembuatan trap
biasanya dalam bentuk yang sederhana tetapi mempunyai kekuatan yang
baik. Untuk mempermudah mendapatkan satwa ini maka kita memerlukan
peralatan atau membuat peralatan sebagai berikut ;
• Tali, adakalanya dalam keadaan survival diperlukan tali untuk
mengikat sesuatu atau sebagai alat bantu dalam pejalanan, sedangkan tali
buatan tidak tersedia dalam perlengkapan yang dibawa, untuk itu tali
dapat dibuat dari sobekan kain, rotan, akar, bambu atau pilinan/anyaman
serat tumbuhan.
• Pisau, dapat dibuat dengan menggunakan kulit luar bambu ( sembilu
), pecahan kaca, tulang binatang atau batuan yang diruncingkan
• Memancing, untuk tali dapat dibuat dari benang kain / pakaian
atau serat tumbuhan,sedangkan mata kail dibuat dari peniti, kawat, duri,
kayu atau tulang
• Racun, selain dengan peralatan mancing, mencari ikan dapat
dilakukan dengan menuba, di daerah pedalaman dilakukan dengan
menggunakan akar tuba sedang kanuntuk daerah pantai dapat dilakukan
dengan menggunakan buah Baringtonia yang ditumbuk dan ditebarkan ke
perairan yang banyak mengandung ikan.
• Senjata, dalam keadaan survival terkadang kita memerlukan senjata
untuk mempertahankan diri atau berburu binatang guna keperluan makan,
ada bebera pacara diantaranya dengan memakai tongkat kayu, bambu
runcing, tombak, boomerang, kapak atau panah yang kesemuanya dapat
dibuat sendiri dari bahan yangtersedia.
• Jerat,/Jebakan dan Jaring. Selain menggunakan senjata, untuk
menangkap hewan dalam kadaan survival, paling praktis adalah dengan
membuat jerat hewan. Jenis jerat bermacam macam tergantung jenis serta
ukuran hewan yang akan ditangkap. Jebakan diatas dibuat dengan cara
melobangi tanah, jenis mamalia kecil akanterjebak di dalam lobang karena
berbentuk seperti leher botol, hati-hati dalam mengambil tangkapan
karena bisa jadi yang masuk malah ular berbisa. Jerat yang aman dalam
artian, hewan yang kena tidak akan mati karena jebakannya adalah dengan
membuat jerat kaki, hewan yang menginjak jebakan akan terjerat kakinya.
Untuk jenis burung dapat menggunakan jaring yang dipasang diantara dua
pohon yang biasa dilalui burung. Burung yang terbang akan tersangkut di
jaring sehingga mudah untuk ditangkap.
Aturan dalam membuat perangkap:
1. hindari terlalu mencemari lingkungan, jangan pernah meninggalkan tanda-tanda pernah berada di sana.
2. hilangka segala bau-bauan, peganglah perangkap sedikit mungkin,
jika bisa gunakan sarung tangan. Hilangkan bau manusia pada perangkap
dengan cara mengasapi bahan-bahan perangkap dengan asap api.
3. kamuflase, samarkan bekas potongan yang baru pada kayu yang
digunakan sebagai perangkap dengan lumpur. Tutupi tali atau kawat
perangkap yang di tanah agar terlihat lebih alami.
4. Buatlah dengan kuat. Binatang yang terperangkap akan berjuang
untuk hidupnya. Setiap bagian yang lemah dari perangkap akan segera
rusak.
Trap sangat banyak jenis dan macamnya, karena dalam pembuatan trap
tergantung kepada kreasi survivor. Kita akan membahas lima jenis trap
yang sering digunakan.
1. Trap Menggantung (Hanging Snare)
Perangkap model menggantung ini biasanya memanfaatkan :
a) Kelenturan dahan pohon.
b) Patok yang diberi lekukan dan dihubungkan dengan tali.
c) Tali laso yang lalu menghubungkan dahan pohon yang lentur dengan
patok, sehingga apabila laso goyang maka tali pada patok akan lepas dan
dahan pohon akan menarik, hingga akhirnya tali akan menjerat. Perangkap
ini ditujukan untuk menangkap binatang yang cukup besar seperti :
kelinci, ayam, bebek, dan lain lain.
2. Trap Tali Sederhana
Untuk binatang yang berukuran kecil, seperti burung dapat digunakan
perangkap tali sederhana yang diletakan di atas tanah ataupun
digantung. Tali laso yang telah diberi umpan diikatkan pada dahan pohon
atau batu yang berat. Sehingga apabila hewan telah terjerat, tidak bisa
pergi kemana-mana lagi.
3. Trap Lubang Penjerat
Perangkap ini adalah modifikasi dari perangkap tali dan perangkap lubang. Perangkap ini terdiri dari :
a) Tali laso yang diikatkan pada dahan pohon yang kuat dan diletakan mendatar.
b) Lubang perangkap yang digali, kedalamannya disesuaikan dengan
hewan yang akanditangkap. Mulut lubang disamarkan dengan dedaunan dan
laso diletakan di atasdedaunan tersebut.
c) Diberi umpan di atas dedaunan, ditengah laso.
4. Trap Menimpa
Perangkap lain yang ditujukan untuk menangkap binatang kecil lainya
adalah perangkap menimpa. Perangkap ini memanfaatkan berat kayu untuk
menindih. Modelini dikenal dengan nama Deadfall Snare. Yang diperlukan
dalam pembuatan perangkapini adalah :
a) Batang pohon besar ditumpukan pada kayu pohon lainya yang saling
menopang. b) Kayu pohon penopang yang saling berhubungan dengan batang
pohon besar dan jikasalah satu tersenggol, maka yang lain akan jatuh dan
menimpa.c) Umpan yang diletakan dekat dengan kayu pohon penopang dan
apabila tergerak,maka kayu pohon penopang akan bergeser sehingga batang
pohon besar akan jatuhmenimpa.
5. Kombinasi Trap Lubang dengan Trap Menimpa.
Perangkap ini merupakan kombinasi bentuk lubang perangkap dan perangkap menimpa. Perangkap ini terdiri dari :
a) Batang pohon besar untuk menimpa mangsa.
b) Kayu pohon yang saling menopang.
c) Umpan.
d) Lubang perangkap lengkap dengan samarannya.
Cara kerjanya hampir sama dengan trap menimpa, tetapi ketika mangsa tertimpa batang, ia akan langsung masuk ke lubang.
6. Perangkap yang menusuk (spear)
Perangkap ini bekerja dengan menancapkan sesuatu yang tajam, hingga juga berbahaya bagi manusia.
7. Improvisasi
Dalam kondisi survive, seorang survivor hendaknya juga dituntut
dapt berimprovisasi. Terutama dalam tehnik mencari makanan dengan
membuat perangkap. Misal membuat drill bow, mata kail, tombak, bubu
(perangkap ikan tradisional) dsb
Referensi :
No comments:
Post a Comment