ASAL LINGE AWAL SERULE " Menanti Generasi di Negeri Leluhur"
Oleh : Sulaiman, D. SH, MAP
Linge ku Sayang, Linge ku Malang, kata seorang Penulis Buku Sejarah Linge, akan tetapi kita sekarang tidak boleh berputus asa, apa yang bisa kita perbuat walaupun dalam jumlah kecil yang penting ada yang harus disumbangkan baik pemikiran, maupun material, penulis disini adalah salah satu dari bahyak keluarga yang mewakili keluarga besar keturunan linge untuk menyumbangkan pikiran terhadap kemajuan dan perkembangan negeri Linge ini, siapa lagi kalau bukan kita yang merupakan keturunannya, Alm. Orang tua saya pernah membuat suatu yayasan Perkumpulan orang-orang yang berasal dari Linge.
Kemudian sudah pernah kontak dengan orang Karo juga merupakan masih keturunan Linge ( Si Bayak Linge) berada di Tanah Karo disebut Lingga, tetapi karena keterbatasan dan niat ini kurang berhasil, sebagai catatan bahwa orang Karo keturunan dari Linge (asal urang Gayo) kalau kita datang sangat disambut dengan baik, malahan mereka punya persatuan tersendiri, Tokoh masyarakat Karo keuturunan si Bayak Linge Yaitu Bapak M. Yusuf Lingga, pernah menulis sebuah buku tentang masyarakat Karo keturunan Linge,dengan ciri-cirinya yang membanggakan adalah satu orang berada, kedua orang pintar, dan ketiga orang kuat.
Dalam buku tersebut lengkap dengan pecahan marganya kenapa kita tidak bisa buat seperti mereka, padahal kita tahu banyak putra asli linge ini banyak sekali jadi orang hebat, punya jabatan. Punya kekuasaan kenapa negeri linge ini seperti terlantar, kalau kita bandingkan saja seperti bekas kerajaan yang lain, Yogyakarta, solo, dan lain-lain, sangat banyak wisatawan yang datang, seperti pernah saya lihat di Kesultanan Ceribon Jawa Barat, khususnya Sunan Gunung Jati yang bernama Syarif Hidayatullah (Fatahillah - 1512M) ditulis oleh Ismail Muhammad tahun 1978, masih merupakan garis keturunan Kerajaan Linge dari Meurah Silu yang menyebarkan agam Islam di semenanjung Pulau Jawa.
Ternyata makam sunan gunung jati, menjadi pusat wisatawan, berikan saja contoh dalam satu hari bisa dikunjungi sekira 1000 orang, paling tidak Negeri Linge yang merupakan asal muasal orang Gayo pribumi, banyak menyimpan segudang sejarah lebih panjang, tak kalah menariknya bila dibandingkan dengan sejarah Gunung Jati yang katanya masih merupakan garis keturunan Reje Linge.
Ini merupakan suatu tantangan bagi garis keturuan Reje Linge kedepan, mengingat disamping dapat membantu masyarakat kecil untuk menopang hidupnya, selain itu apabila situs sejarah ini dikembangkan secara professional dengan baik juga dapat menghasilkan PAD daerah, sekaligus riwayat sejarah Linge tetap akan terjaga seiring kemajuan jaman.
Sekilas saya bahas tentang kejayaan Kerajaan Lingga pada masa lalu Raja Linge Pertama menurut beberapa sumber berdiri pada Abad ke VI bernama “Sultan Genali “ dan disebut juga “ Pota Marhum Mahkota Alam “. Selanjutnya pada tahun 1511 M, keturunan Raja Lingga VIII, diangkat menjadi Panglima Besar Angkatan Perang Kesultanan Aceh atau Amirul Harb, saat mengakuisisi Kesultanan Pasai dan Kesultanan Aru yang sudah dijajah Portugis, pada tahun 1533 terbentuklah Kerajaan Johor Baru di Malaysia yang dipimpin oleh Sultan Alauddin Mansyur Syah. Raja Linge VIII diangkat menjadi Kabinet di Kerajaan baru tersebut dan diamanatkan untuk membangun benteng pertahanan, dengan membangun sebuah pulau di selat malaka, dari amukan Portugis. Pulau ini dikenal dengan pulau Lingga. Keturunan Linge, kemudian mendirikan Kesultanan Linge, Karo dan di daerah Kepulauan Riau.
Orang Gayo berasal dari Linge, kita saat ini harus meluruskan sejarah, jangan ada beranggapan Kerajaan Linge berasal dari Tanah Batak, ini sangat salah fatal dan konyol, memang harus kita akui ada sebagian kecil orang Gayo berasal dari Batak, namun itu di era penjajahan Belanda, yang sebelumnya mereka di bawa oleh Belanda sebagai tahanan Perang untuk dijadikan pekerja di Tanah Gayo. Namun perlu diketahui, orang Gayo pribumi sudah menetap di Negeri Linge jauh hari sebelum kedatangan Portugis, konon lagi Belanda, diperkirakan pribumi linge telah ada sejak Nabi Ibrahim AS.
Salah satu kerajaan yang ada di Tanah Gayo yaitu Kerajaan Bukit inipun menjadi simpang siur, orang Gayo percaya Raja Bukit adalah Saidah dalam versi Seorang Belanda JCJ Kempes , sangeda dalam versi Muda Kala dan Junus Djamil. JC Kempes mengatakan Raja Bukit (1700 –an) merupakan orang yang datang dari luar Gayo tepatnya bagian Selatan ada tiga orang 1 menjadi Raja di Lumut, seorang lagi di Samarkilang. Kemudian pada waktu itu kerajaan ini sudah tunduk ke Sultan Aceh, maka diangkat lah Raja Bukit Pertama dari orang yang datang tersebut dan seorang lagi menjadi Raja Petiambang.
Sekilas Gayo dan Alas saya sampaikan berdasarkan Pakta sejarah, sebelum Sultan Iskandar Muda bertahta, kedua daerah ini memerintah secara otonom dan boleh dikatakan berdiri sendiri, seperti halnya kerajaan linge, kerajaan linge ini mulai pudar mungkin disebabkan banyak keturunan menyebar ke lain daerah, seiring dengan itu Sultan Iskandar Muda memerintah pada tahun ( 1607 – 1636) berhasil jaya dapat mengusai bagian besar Pulau Jawa, Sumetra dan sebagian Malaya, maka kedua daerah ini pun dimasukkan resmi kedalam kerajaan Aceh, Gayo Alas dibagi atas beberapa daerah yang disebut Kejrun. Kepada Keujurun ini diberikan bawar, pedang semacam tongkat komando sebagai pengganti surat keputusan hitam diatas putih.
Daerah Gayo dan Alas dibagi atas 8 (delapan) daerah Kejurun, 6 Kejurun di Gayo 2 di Alas antara lain :
1. Keujurun Bukit, bermula berkedudukan di bebesen ,kemudian dipindahkan ke Kebayakan.
2. Kejurun Linge, berkedudukan di Linge.
3. Kejurun Syiah Utama, berkedudukan di Nosar.
4. Kejurun Patiambang, berkedudukan di penampaan.
5. Kejurun Abok, berkedudukan di Serba Jadi.
6. Kejurun bebesen, berkedudukan di bebesen
7. Kejurun Batu Mbulan, berkedudukan di Batu Mbulan. Tanah Alas.
8. Kejurun Bambel, berkedudukan di Bambel Tanah Alas
Kejurun Patiambang berkedudukan di penampaan sebagai ibu kota dan berkuasa untuk seluruh Gayo Lues, yang meliputi beberapa kampung menurut Buku Snouck Hourgonje tahun 1903. antara lain. 1. Gele, 2. Porang, 3. Lempuh, 4. Kute Sere, 5. Penggalangan, 6. Penampaan, 7. Sepang, 8. Bacang, 9. Kute Bukit, 10. Badak, 11, Bukit, 12. Leme, 13. Kutelintang, 14. Peparik, 15. Pangur, 16 Kute Lesung, 17. Uring, 18. Pining, 19. Rema, 20. Tampeng, 21. Beranang, 22. Bener Kalipah, 23. Cane, 24. Rikit dekat, 25. Kong, 26. Rempelam, 27. Remukut, 28. Rempelam jabo, 29. Pasir. 30. Rerebe, 31. Terangun, 32. Padang, 33. Kute Sange, 34. Rumpi.
Susunan pemerintahan kejuruan Patiambang, Pemimpin tertinggi adalah Kejurun, dibantu oleh Empat Reje dan delapan Reje Cik antara lain :
Reje adalah :
1. Reje Gele.
2. Reje Bukit
3. Reje Rema.
4. Reje Kumala ( Kp. Cane Uken).
Delapan Reje Cik.
1, Reje Cik Kutelintang.
2. Reje Cik Tampeng
3. Reje Cik Kemala Darna ( Rempelam).
4. Reje Cik Peparik
5. Reje Cik Penosan.
6. Reje Cik Gegerang.
7. Reje Cik Pudung / Padang.
8. Reje Cik Porang
Ini sejarah singkat yang ada di Gayo Lues, agar kita tahu yang pantas jadi pemimpin dari beberapa keuturunan Kejurun, Reje, dan Rejek Cik.
Sebelum terjadi hal tersebut diatas, maka Anak dari Reje Linge yaitu baginda Joharsyah sebagai Reje Linge, maka dibentuk pula raja-raja kecil lainnya untuk pengendali daerah / wilayah. Di Gayo Lues oleh baginda dinamakan “ Petua Amang “ sebagian menyebutkan “ Patiamang “ , dan di serba Jadi “Wakil Abuk “ namanya masa itu. Pada masa itu Negeri Linge semakin bertambah Penduduk dari Sipitu Johor dan Silapan Johor. Begitu pula tentang kekuasaan dari Sipitu Aceh dan Silapan Aceh.
Kembali kepada Lokasi saat kita berada, yang penting daerah Linge atau Kampung Linge ini manusia pertama yang mendiami hidup pada Abad VI atau 600 M, kemudian menyebar keturunannya kesuluruh negeri, sampai ke luar Negeri seperti Cina (Taiwan), Malasyia, Philipina, namun hal ini masih perlu digali.
Sekarang kita yang masih ada saat dan tinggal tidak terlampau jauh dari daerah Linge ini, masih mampukah kita menjaga dan merawat peninggalan leluhur kita ini, seperti saran saya ini antara lain :
1. Mengembalikan Aset dan Peninggalan Sejarah Linge ke Buntul Linge ini, kalau adapun asset tersebut ditempat lain itu tidak lain hanya duplikatnya saja., dalam hal ini harus terlibat pemerintah Pusat
2. Segera dibuat sebuah mesium di lokasi rumah Pitu Ruang ini, untuk daya tarik para wisatawan yang akan berkunjung ke daerah ini, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di Linge .
3. Untuk mengetahui sejarah kepada Pemerintah terutama pada Bagian Peninggalan Sejarah , untuk dapat menggali makam atau kuburan yang ada di Kampung Linge sekarang, untuk membuktikan kepada Dunia bahwa disini lah ada manusia pertama di Sumatera ini, dan bukan penggalian sejarah ini diutamakan ditempat yang lainnya.
4. Disinilah adanya kerajaan Linge yang terbentuk bukan dari perluasan kekuasaan atau jajahan, namun terbentuk karena kehendak Allah SWT
dan cikal bakal suatu kehidupan baru yang merupakan asal usul Suku Gayo ini di Negeri Linge.
5. Perumusan adat Kerajaan Linge dilakukan pada tahun 1115 Masehi oleh Reje Lingga bersama pimpinan agama dan para pemuka adat Kerajaan Lingga, Patiambang dan Pemuka adat Serbajadi yang menghasilkan 45 Pasal Edet Negeri Lingga (Linge)
6. Selanjutnya sebuah Visi Kerajaan Linge yaitu :
Reje atau edet I atan astana
Imem atau hukum I atan agama
Tue muneweni pintu
Pertama Sikudepet, kedua sikowas
Petue si munegotne
Sudere genap mupakat, tue sedek sasat.
Raja atau wakil adat bersemayam dalam istanaImam atau wakil syariat suci menegakkan agama
Adapun tokoh masyarakat menjaga pintu pertama, barang siapa yang keluar dan pintu kedua barang siapa yang masuk. Semuanya harus diketahui oleh tokoh masyarakat untuk mengadakan penyelidikan dan masyarakat harus bersama-sama melakukan musyawarah.
Selanjutnya bagi Raja dan Imam disebut sebagai wajib untuk ini masyarakat menjalankan kata-kata adat antara lain :
Bekase I supui atau I jamuri
Kobore I peniet i
Petuah dari orang terdahulu kita, semua posisi mendapat tugas, terlebih
Pada zaman sekarang ini, supaya Negeri ini tidak kacau balau , seharusnya kita sesuaikan dengan tata kerama orang terhadulu kita yaitu yang menjadi Raja adalah keturunan Raja , yang mengurus kehidupan beragama yaitu Imem, tokoh masyarakat sebagai menjaga persatuan dan kesatuan bangsa atau terlebih lagi suku Gayo ini. Baru Negeri kita menjadi aman kalah kita ikut petuah leluhur kita tadi
7. Jangan leluhur kita ini menjadi jembatan untuk menjadi sukses, bila berhajat untuk Jadi Gubernur, Bupati dan lainnya, tetapi tidak sesuai lagi dengan tindakan dan pepatah leluhur kita, sebagai contoh apabila saya jadi ini………, saya akan bangun bekas kerajaan ini dan mensejahterakan masyarakat , tetapi setelah berhasil, tidak ingat lagi, tentu mereka marah, akibatnya kita sendiri yang menanggung akibatnya.
8. Terakhir kepada Jema Tue Ku si menjaga langsung Aset Kerajaan Linge ini, ( Uwe Jalil ) berdasarkan tamu yang datang ke Linge ini dari penjuru tanah air ataupun dari luar negeri yang mengaku keturunan Reje Linge akan kita bukukan, seperti salah satu keturunan yang datang ke sini yaitu warganegara Taiwan yang mengaku keturunan linge, kedatangan kemari kira-kira 3 tahun yang lalu tujuannya berziarah kepada leluhurnya, dengan membawa seorang anak yang tidak bisa berbicara, setelah selesai berziarah ke makam raja linge dengan sendirinya anak tersebut dapat berbicara dan yang anehnya lagi pandai berbahasa Gayo hanya walaupun sepotong saja, mereka mengetahui kebaradaan daerah ini, mungkin karena petunjuk dari alam gaib yang mereka dapat. Baik dalam bentuk mimpi atau keterangan sejarah. Hal ini bisa kita mengetahui apabila ada informasi dari Jema Tue ku si jege umah pintu ruang ini, karena dia setiap hari berada Disana.
9. Untuk membangun Aset Kerajaan Linge ini, baik sumbangan dari pihak tertentu secara pribadi, mapun pemerintah, maka dirasa perlu kita membentuk Yayasan resmi, nantinya dapat bekerja untuk mencatat dan membukukan, siapa-siapa yang merasa dirinya keturunan linge, disamping kita membuat siraturrahmi
Akhir kata kepada Allah SWT saya minta ampun, atas kesalahan kita yang diperbuat atas perhatian semua pihak ucapkan terima kasih. Asalamulaikum Waramatullah hi wabarakatuh.
GAYO Nusantara.
Linge ku Sayang, Linge ku Malang, kata seorang Penulis Buku Sejarah Linge, akan tetapi kita sekarang tidak boleh berputus asa, apa yang bisa kita perbuat walaupun dalam jumlah kecil yang penting ada yang harus disumbangkan baik pemikiran, maupun material, penulis disini adalah salah satu dari bahyak keluarga yang mewakili keluarga besar keturunan linge untuk menyumbangkan pikiran terhadap kemajuan dan perkembangan negeri Linge ini, siapa lagi kalau bukan kita yang merupakan keturunannya, Alm. Orang tua saya pernah membuat suatu yayasan Perkumpulan orang-orang yang berasal dari Linge.
Kemudian sudah pernah kontak dengan orang Karo juga merupakan masih keturunan Linge ( Si Bayak Linge) berada di Tanah Karo disebut Lingga, tetapi karena keterbatasan dan niat ini kurang berhasil, sebagai catatan bahwa orang Karo keturunan dari Linge (asal urang Gayo) kalau kita datang sangat disambut dengan baik, malahan mereka punya persatuan tersendiri, Tokoh masyarakat Karo keuturunan si Bayak Linge Yaitu Bapak M. Yusuf Lingga, pernah menulis sebuah buku tentang masyarakat Karo keturunan Linge,dengan ciri-cirinya yang membanggakan adalah satu orang berada, kedua orang pintar, dan ketiga orang kuat.
Dalam buku tersebut lengkap dengan pecahan marganya kenapa kita tidak bisa buat seperti mereka, padahal kita tahu banyak putra asli linge ini banyak sekali jadi orang hebat, punya jabatan. Punya kekuasaan kenapa negeri linge ini seperti terlantar, kalau kita bandingkan saja seperti bekas kerajaan yang lain, Yogyakarta, solo, dan lain-lain, sangat banyak wisatawan yang datang, seperti pernah saya lihat di Kesultanan Ceribon Jawa Barat, khususnya Sunan Gunung Jati yang bernama Syarif Hidayatullah (Fatahillah - 1512M) ditulis oleh Ismail Muhammad tahun 1978, masih merupakan garis keturunan Kerajaan Linge dari Meurah Silu yang menyebarkan agam Islam di semenanjung Pulau Jawa.
Ternyata makam sunan gunung jati, menjadi pusat wisatawan, berikan saja contoh dalam satu hari bisa dikunjungi sekira 1000 orang, paling tidak Negeri Linge yang merupakan asal muasal orang Gayo pribumi, banyak menyimpan segudang sejarah lebih panjang, tak kalah menariknya bila dibandingkan dengan sejarah Gunung Jati yang katanya masih merupakan garis keturunan Reje Linge.
Ini merupakan suatu tantangan bagi garis keturuan Reje Linge kedepan, mengingat disamping dapat membantu masyarakat kecil untuk menopang hidupnya, selain itu apabila situs sejarah ini dikembangkan secara professional dengan baik juga dapat menghasilkan PAD daerah, sekaligus riwayat sejarah Linge tetap akan terjaga seiring kemajuan jaman.
Sekilas saya bahas tentang kejayaan Kerajaan Lingga pada masa lalu Raja Linge Pertama menurut beberapa sumber berdiri pada Abad ke VI bernama “Sultan Genali “ dan disebut juga “ Pota Marhum Mahkota Alam “. Selanjutnya pada tahun 1511 M, keturunan Raja Lingga VIII, diangkat menjadi Panglima Besar Angkatan Perang Kesultanan Aceh atau Amirul Harb, saat mengakuisisi Kesultanan Pasai dan Kesultanan Aru yang sudah dijajah Portugis, pada tahun 1533 terbentuklah Kerajaan Johor Baru di Malaysia yang dipimpin oleh Sultan Alauddin Mansyur Syah. Raja Linge VIII diangkat menjadi Kabinet di Kerajaan baru tersebut dan diamanatkan untuk membangun benteng pertahanan, dengan membangun sebuah pulau di selat malaka, dari amukan Portugis. Pulau ini dikenal dengan pulau Lingga. Keturunan Linge, kemudian mendirikan Kesultanan Linge, Karo dan di daerah Kepulauan Riau.
Orang Gayo berasal dari Linge, kita saat ini harus meluruskan sejarah, jangan ada beranggapan Kerajaan Linge berasal dari Tanah Batak, ini sangat salah fatal dan konyol, memang harus kita akui ada sebagian kecil orang Gayo berasal dari Batak, namun itu di era penjajahan Belanda, yang sebelumnya mereka di bawa oleh Belanda sebagai tahanan Perang untuk dijadikan pekerja di Tanah Gayo. Namun perlu diketahui, orang Gayo pribumi sudah menetap di Negeri Linge jauh hari sebelum kedatangan Portugis, konon lagi Belanda, diperkirakan pribumi linge telah ada sejak Nabi Ibrahim AS.
Salah satu kerajaan yang ada di Tanah Gayo yaitu Kerajaan Bukit inipun menjadi simpang siur, orang Gayo percaya Raja Bukit adalah Saidah dalam versi Seorang Belanda JCJ Kempes , sangeda dalam versi Muda Kala dan Junus Djamil. JC Kempes mengatakan Raja Bukit (1700 –an) merupakan orang yang datang dari luar Gayo tepatnya bagian Selatan ada tiga orang 1 menjadi Raja di Lumut, seorang lagi di Samarkilang. Kemudian pada waktu itu kerajaan ini sudah tunduk ke Sultan Aceh, maka diangkat lah Raja Bukit Pertama dari orang yang datang tersebut dan seorang lagi menjadi Raja Petiambang.
Sekilas Gayo dan Alas saya sampaikan berdasarkan Pakta sejarah, sebelum Sultan Iskandar Muda bertahta, kedua daerah ini memerintah secara otonom dan boleh dikatakan berdiri sendiri, seperti halnya kerajaan linge, kerajaan linge ini mulai pudar mungkin disebabkan banyak keturunan menyebar ke lain daerah, seiring dengan itu Sultan Iskandar Muda memerintah pada tahun ( 1607 – 1636) berhasil jaya dapat mengusai bagian besar Pulau Jawa, Sumetra dan sebagian Malaya, maka kedua daerah ini pun dimasukkan resmi kedalam kerajaan Aceh, Gayo Alas dibagi atas beberapa daerah yang disebut Kejrun. Kepada Keujurun ini diberikan bawar, pedang semacam tongkat komando sebagai pengganti surat keputusan hitam diatas putih.
Daerah Gayo dan Alas dibagi atas 8 (delapan) daerah Kejurun, 6 Kejurun di Gayo 2 di Alas antara lain :
1. Keujurun Bukit, bermula berkedudukan di bebesen ,kemudian dipindahkan ke Kebayakan.
2. Kejurun Linge, berkedudukan di Linge.
3. Kejurun Syiah Utama, berkedudukan di Nosar.
4. Kejurun Patiambang, berkedudukan di penampaan.
5. Kejurun Abok, berkedudukan di Serba Jadi.
6. Kejurun bebesen, berkedudukan di bebesen
7. Kejurun Batu Mbulan, berkedudukan di Batu Mbulan. Tanah Alas.
8. Kejurun Bambel, berkedudukan di Bambel Tanah Alas
Kejurun Patiambang berkedudukan di penampaan sebagai ibu kota dan berkuasa untuk seluruh Gayo Lues, yang meliputi beberapa kampung menurut Buku Snouck Hourgonje tahun 1903. antara lain. 1. Gele, 2. Porang, 3. Lempuh, 4. Kute Sere, 5. Penggalangan, 6. Penampaan, 7. Sepang, 8. Bacang, 9. Kute Bukit, 10. Badak, 11, Bukit, 12. Leme, 13. Kutelintang, 14. Peparik, 15. Pangur, 16 Kute Lesung, 17. Uring, 18. Pining, 19. Rema, 20. Tampeng, 21. Beranang, 22. Bener Kalipah, 23. Cane, 24. Rikit dekat, 25. Kong, 26. Rempelam, 27. Remukut, 28. Rempelam jabo, 29. Pasir. 30. Rerebe, 31. Terangun, 32. Padang, 33. Kute Sange, 34. Rumpi.
Susunan pemerintahan kejuruan Patiambang, Pemimpin tertinggi adalah Kejurun, dibantu oleh Empat Reje dan delapan Reje Cik antara lain :
Reje adalah :
1. Reje Gele.
2. Reje Bukit
3. Reje Rema.
4. Reje Kumala ( Kp. Cane Uken).
Delapan Reje Cik.
1, Reje Cik Kutelintang.
2. Reje Cik Tampeng
3. Reje Cik Kemala Darna ( Rempelam).
4. Reje Cik Peparik
5. Reje Cik Penosan.
6. Reje Cik Gegerang.
7. Reje Cik Pudung / Padang.
8. Reje Cik Porang
Ini sejarah singkat yang ada di Gayo Lues, agar kita tahu yang pantas jadi pemimpin dari beberapa keuturunan Kejurun, Reje, dan Rejek Cik.
Sebelum terjadi hal tersebut diatas, maka Anak dari Reje Linge yaitu baginda Joharsyah sebagai Reje Linge, maka dibentuk pula raja-raja kecil lainnya untuk pengendali daerah / wilayah. Di Gayo Lues oleh baginda dinamakan “ Petua Amang “ sebagian menyebutkan “ Patiamang “ , dan di serba Jadi “Wakil Abuk “ namanya masa itu. Pada masa itu Negeri Linge semakin bertambah Penduduk dari Sipitu Johor dan Silapan Johor. Begitu pula tentang kekuasaan dari Sipitu Aceh dan Silapan Aceh.
Kembali kepada Lokasi saat kita berada, yang penting daerah Linge atau Kampung Linge ini manusia pertama yang mendiami hidup pada Abad VI atau 600 M, kemudian menyebar keturunannya kesuluruh negeri, sampai ke luar Negeri seperti Cina (Taiwan), Malasyia, Philipina, namun hal ini masih perlu digali.
Sekarang kita yang masih ada saat dan tinggal tidak terlampau jauh dari daerah Linge ini, masih mampukah kita menjaga dan merawat peninggalan leluhur kita ini, seperti saran saya ini antara lain :
1. Mengembalikan Aset dan Peninggalan Sejarah Linge ke Buntul Linge ini, kalau adapun asset tersebut ditempat lain itu tidak lain hanya duplikatnya saja., dalam hal ini harus terlibat pemerintah Pusat
2. Segera dibuat sebuah mesium di lokasi rumah Pitu Ruang ini, untuk daya tarik para wisatawan yang akan berkunjung ke daerah ini, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di Linge .
3. Untuk mengetahui sejarah kepada Pemerintah terutama pada Bagian Peninggalan Sejarah , untuk dapat menggali makam atau kuburan yang ada di Kampung Linge sekarang, untuk membuktikan kepada Dunia bahwa disini lah ada manusia pertama di Sumatera ini, dan bukan penggalian sejarah ini diutamakan ditempat yang lainnya.
4. Disinilah adanya kerajaan Linge yang terbentuk bukan dari perluasan kekuasaan atau jajahan, namun terbentuk karena kehendak Allah SWT
dan cikal bakal suatu kehidupan baru yang merupakan asal usul Suku Gayo ini di Negeri Linge.
5. Perumusan adat Kerajaan Linge dilakukan pada tahun 1115 Masehi oleh Reje Lingga bersama pimpinan agama dan para pemuka adat Kerajaan Lingga, Patiambang dan Pemuka adat Serbajadi yang menghasilkan 45 Pasal Edet Negeri Lingga (Linge)
6. Selanjutnya sebuah Visi Kerajaan Linge yaitu :
Reje atau edet I atan astana
Imem atau hukum I atan agama
Tue muneweni pintu
Pertama Sikudepet, kedua sikowas
Petue si munegotne
Sudere genap mupakat, tue sedek sasat.
Raja atau wakil adat bersemayam dalam istanaImam atau wakil syariat suci menegakkan agama
Adapun tokoh masyarakat menjaga pintu pertama, barang siapa yang keluar dan pintu kedua barang siapa yang masuk. Semuanya harus diketahui oleh tokoh masyarakat untuk mengadakan penyelidikan dan masyarakat harus bersama-sama melakukan musyawarah.
Selanjutnya bagi Raja dan Imam disebut sebagai wajib untuk ini masyarakat menjalankan kata-kata adat antara lain :
Bekase I supui atau I jamuri
Kobore I peniet i
Petuah dari orang terdahulu kita, semua posisi mendapat tugas, terlebih
Pada zaman sekarang ini, supaya Negeri ini tidak kacau balau , seharusnya kita sesuaikan dengan tata kerama orang terhadulu kita yaitu yang menjadi Raja adalah keturunan Raja , yang mengurus kehidupan beragama yaitu Imem, tokoh masyarakat sebagai menjaga persatuan dan kesatuan bangsa atau terlebih lagi suku Gayo ini. Baru Negeri kita menjadi aman kalah kita ikut petuah leluhur kita tadi
7. Jangan leluhur kita ini menjadi jembatan untuk menjadi sukses, bila berhajat untuk Jadi Gubernur, Bupati dan lainnya, tetapi tidak sesuai lagi dengan tindakan dan pepatah leluhur kita, sebagai contoh apabila saya jadi ini………, saya akan bangun bekas kerajaan ini dan mensejahterakan masyarakat , tetapi setelah berhasil, tidak ingat lagi, tentu mereka marah, akibatnya kita sendiri yang menanggung akibatnya.
8. Terakhir kepada Jema Tue Ku si menjaga langsung Aset Kerajaan Linge ini, ( Uwe Jalil ) berdasarkan tamu yang datang ke Linge ini dari penjuru tanah air ataupun dari luar negeri yang mengaku keturunan Reje Linge akan kita bukukan, seperti salah satu keturunan yang datang ke sini yaitu warganegara Taiwan yang mengaku keturunan linge, kedatangan kemari kira-kira 3 tahun yang lalu tujuannya berziarah kepada leluhurnya, dengan membawa seorang anak yang tidak bisa berbicara, setelah selesai berziarah ke makam raja linge dengan sendirinya anak tersebut dapat berbicara dan yang anehnya lagi pandai berbahasa Gayo hanya walaupun sepotong saja, mereka mengetahui kebaradaan daerah ini, mungkin karena petunjuk dari alam gaib yang mereka dapat. Baik dalam bentuk mimpi atau keterangan sejarah. Hal ini bisa kita mengetahui apabila ada informasi dari Jema Tue ku si jege umah pintu ruang ini, karena dia setiap hari berada Disana.
9. Untuk membangun Aset Kerajaan Linge ini, baik sumbangan dari pihak tertentu secara pribadi, mapun pemerintah, maka dirasa perlu kita membentuk Yayasan resmi, nantinya dapat bekerja untuk mencatat dan membukukan, siapa-siapa yang merasa dirinya keturunan linge, disamping kita membuat siraturrahmi
Akhir kata kepada Allah SWT saya minta ampun, atas kesalahan kita yang diperbuat atas perhatian semua pihak ucapkan terima kasih. Asalamulaikum Waramatullah hi wabarakatuh.
GAYO Nusantara.
No comments:
Post a Comment