Antara Banda Aceh dan Kuta Raja
Written By mus de oranje on 20 April 2013 | 23:14
Pendaratan pertama Belanda di Aceh yang disambut perlawanan oleh pejuang Kerajaan Aceh.@Dok. Sejarah Aceh |
Peperangan frontal yang berlangsung antara Belanda dengan Kerajaan Aceh berlangsung lama. Sultan dan pengikutnya yang mendiami Istana Darud Dunia baru bisa ditaklukkan setelah mewabahnya kolera. Saat itu, Sultan Muhammad III Daud Syah Johan Berdaulat terpaksa mengungsi. Bahkan dia mangkat akibat penyakit tersebut.
Setelah Darud Dunia berhasil direbut, Belanda di bawah pimpinan Gubernur Van Swieten mendirikan kota baru di Banda Aceh. Upaya ini dilakukan untuk menghapus kegemilangan Kerajaan Aceh Darussalam dan ibukotanya Banda Aceh Darussalam.
Van Swieten juga mengganti nama Banda Aceh pada 16 Maret 1874 melalui proklamasinya yang berbunyi : "Bahwa Kerajaan Belanda dan Banda Aceh dinamainya dengan Kuta Raja, yang kemudian disahkan oleh Gubernur Jenderal di Batavia dengan beslit yang bertanggal 16 Maret 1874. Semenjak saat itu resmilah Banda Aceh Darussalam dikebumikan dan di atas pusaranya ditegaskan Kuta Raja sebagai lambang dari kolonialisme."
Kebijakan Van Swieten menuai kontroversi di kalangan tentara Belanda yang pernah bertugas. Mereka menganggap Van Swieten mencari muka pada Kerajaan Belanda karena berhasil menaklukkan pusat kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam. Mereka juga meragukan Van Swieten berhasil merebut Aceh pada saat itu yang kemudian dibuktikan dengan adanya perang gerilya oleh pasukan kerajaan Aceh dan ulama setempat.
Setelah Indonesia merdeka dan Aceh berada di dalam wilayahnya, nama Banda Aceh dipulihkan. Kuta Raja yang dilakapkan oleh Van Swieten diubah dengan Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah bertanggal 9 Mei 1963 No. Des 52/1/43-43. Sejak itu, ibukota Aceh kembali disebut dengan nama Banda Aceh.
- See more at: http://atjehpost.com/sejarah_read/2013/04/20/48727/0/39/Antara-Banda-Aceh-dan-Kuta-Raja#sthash.FRMqvtHp.dpuf
No comments:
Post a Comment