Ringkasan perang Cut Ali Pahlawan dari Aceh
RINGKASAN
HIKAYAT PERANG CUT ALI
Sejumlah
pasukan Belanda di bawah pimpinan seorang letnan bertolak dengan sebuah kapal
dari Kutaraja menuju Pulo Raya. Kontroler Belanda yang bertugas di Calang sudah
memerintahkan
rakyatnya
supaya menyelesaikan pembangunan pelabuhan Pulo Raya dalam waktu singkat. Tiada
berapa lama tinggal di Pulo Raya pasukan Belanda yang baru datang itu pindah ke
Calang.
Komandan
pasukan memerintahkan rakyat calang supaya menanam kelapa dan pisang. Siapa
saja yang tidak menuruti perintah ini mendapat hukuman.
Pada
suatu hari kontroler Belanda bersama dengan komandan pasukan yang berpangkat
letnan itu memeriksa pembuatan jalan di Lhok Kruet. Ketika Krontroler
menanyakan siapa-siapa yang sudah menanam pohon kelapa dan pisang, semua yang
hadir mengacungkan tangan tanda mengiakan kecuali seorang pemborong bernama Cut
Ali. Kontroler marah dan menjewer telinga Cut Ali. Ketika itu juga Cut Ali
pulang ke kampung asalnya Teumeuloh. Dalam sepucuk surat kepada temannya Nyak
Hasyem Biang di Lhong ia menyatakan akan membunuh Kontroler itu, karena telah
menghinanya di muka umum. Cut Ali bertemu dengan seorang sahabatnya Teungku
Syekh Mahmud di Lam No. Ia menceritakan maksudnya hendak membunuh
Kontroler.
Teungku Syekh Mahmud sangat setuju dan bersedia membantu. Karena diketahui
bahwa Kontroler bersama letnan akan pergi ke Lam No, maka Cut Ali dan Syekh
Mahmud sudah bersiap-siap. Dalam perjalanan ke Pantai Cermin, Kontroler dan
letnan itu tewas dibunuh oleh Teungku Mahmud bersama Cut Ali. Dua pucuk
senapang dirampas oleh Cut Ali. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1914, dan
inilah permulaan sengketa. Sesudah itu Cut Ali pulang ke kampungnya dan
memberitahukan penduduk supaya turut membantunya melawan Belanda. Dengan beberapa
puluh orang pengikutnya Cut Ali pergi ke Sarah Lam 9
Hawa.
Berita
tewasnya dua pembesar Belanda di Lam No sampai ke Kutaraja. Sejumlah pasukan di
bawah pimpinan dua orang opsir dikirim ke tempat kejadian. Cut Ali diminta
kembali ke kota dan tidak akan dituntut. Tiga pasukan tentara Belanda dikirim lagi
ke Lam No. Pengikut Cut Ali bertambah banyak dengan datangnya Nyak Hasyem
Biang. Kepada letnan di Lam No ditulisnya surat menyatakan bahwa ia menunggu
kedatangan pasukan Belanda Di Titi Mango. Letnan sangat marah membaca surat Cut
Ali lalu ia menjawab bahwa ia akan datang.
Hari
sudah malam ketika pasukan Belanda sampai dekat sebuah jembatan. Saat itulah
Apa Syam menyentak tali yang terikat pada dua buah sarang lebah di atas pohon.
Lebah-lebah
berterbangan
dan menyengat semua serdadu Belanda itu. Pasukan Belanda panik kena sengatan
lebah. Mereka melompat ke dalam parit di pinggir jalan dan sebagian mati di
ujung sula. Tidak kurang dari 48 orang serdadu Belanda tewas ketika itu.
Anggota pasukan
yang
tersisa sebanyak 30 orang pulang ke Lam No. Pasukan Cut Ali menuju ke kampung
Biang Banda yang disebut juga kampung Bitai. Di sana Cut Ali membangun sebuah
pertahanan
dari pohon buluh yang kemudian terkenal dengan nama Kuta Buloh. Selesai
menyusun pertahanan, Cut Ah mengirim surat lagi kepada komandan Belanda di Lam
No. Pasukan Belanda datang dan mengepung Kuta Buloh. Dalam kegelapan malam pasukan
Cut Ali yang bersembunyi di semak-semak menggempur pasukan Belanda, sehingga
mereka melarikan diri dengan meninggalkan 20 orang korban. Di pihak Cut Ali
seorang syahid yaitu Teungku Nyak Musa.
Cut
Ali berpindah lagi ke Kuala Unga. Sepuluh hari di sana ia mengirim surat lagi
kepada letnan Belanda di Lam No. Serdadu Belanda sebanyak 150 orang berangkat
menuju Kuala Unga. Di Kareuem Ateueh mereka bermalam di sebuah meunasah. Di
larut malam pasukan Cut Ali datang mengepung meunasah itu. Dalam keadaan tidak
siap serdadu Belanda mendapat serangan dan pasukan Cut Ali. Banyak korban yang
jatuh di pihak Belanda.
Di
pihak Cut Ali hanya Nyak Rayek yang mendapat luka-luka 10 di tangannya.
Komandan
pasukan Belanda meminta bantuan lagi dari Kutaraja. Cut Ali berpindah tempat
menuju Kandang. Di sana Cut Ali mengirim surat lagi kepada Belanda menyatakan
bahwa
ia
sedang berada di Kandang. Komandan tentara Belanda membalas surat Cut Ali dan
meminta supaya ia tidak bermusuhan lagi dengan Belanda. Karena Cut Ali tetap
melawan, maka dengan mendapat bantuan lagi dari Kutaraja pasukan Belanda menuju
Kandang dan mereka telah memutuskan untuk menyerang pada siang hari. Perlawanan
Cut Ali bersama dengan tujuh orang sahabatnya yang bertahan di sebuah makam
wali membuat pasukan Belanda kewalahan. Banyak serdadu Belanda yang tewas di
antaranya seorang berpangkat letnan dan seorang sersan. Demikian juga di pihak
Cut Ali, banyak yang gugur. Bantuan dari Lam No datang lagi. Perang makin
berkecamuk. Cut Ali hanya bertahan dengan tujuh orang pengikutnya yang tidak
mempan peluru di Gua Paloh. Pertahanan Cut Ali dihujani peluru. Akhirnya
kedelapan pahlawan itu merasa tidak tahan lagi terhadap sengatan peluru. Mereka
membuang penangkal peluru Pertarungan berjalan tidak seimbang. Satu persatu
kedelapan pejuang itu gugur. Sebanyak 52 orang serdadu Belanda yang tewas dibawa
ke Kutaraja dan dikuburkan di pemakaman Belanda di Seutui.
Untuk lebih jelasnya bisa anda baca ebook ini .
Hikayat perang Cut Ali dari Aceh
No comments:
Post a Comment