Pembantaian PKI: ANALISIS KONFLIK IDEOLOGIS DI ACEH 1965-1967
Dan sejak saat itu pula situasi damai merasuki jiwa seluruh masyarakat baik Aceh, Indonesia dan bahkan masyarakat dunia. Suasana damai ini tercipta setelah kita mengalami serangkaian konflik. Berkaitan dengan hal ini, dan suatu keinginan yang besar agar peristiwaperistiwa seperti konflik ini takkan terulang lagi.
Peristiwa 1965 bisa dilihat sebagai konsekuensi permusuhan komunisme dengan Islam sejak 1948. Tahun 1965-1966 kelompok Islam bersekutu dengan Angkatan Darat menghancurkan PKI. Menurut Anthony Reid (Revolusi Nasional Indonesia, 1996), peristiwa Madiun 1948 penting bukan hanya karena jatuh korban cukup besar pada kedua pihak, tetapi karena warisan kebencian yang ditinggalkan antara kelompok kanan (santri) dan kiri (abangan).
Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah partai politik di Indonesia yang berideologi komunis. Dalam sejarahnya, PKI pernah berusaha melakukan pemberontakan melawan pemerintah colonial Belanda pada 1926, mendalangi pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948 dan dicap oleh rezim Orde Baru ikut mendalangi pemberontakan G30S pada tahun 1965. Namun tuduhan dalang PKI dalam pemberontakan tahun 1965 tidak pernah terbukti secara tuntas, dan masih diper tanyakan seberapa jauh kebenaran tuduhan bahwa pemberontakan itu didalangi PKI. Sumber luar memberikan fakta lain bahwa PKI tahun 1965 tidak terlibat, melainkan didalangi oleh Soeharto (dan CIA). Hal ini masih diperdebatkan oleh golongan liberal, mantan anggota PKI dan beberapa orang yang lolosdari pembantaian anti PKI.
Berpijak pada konsep pemikiran itu pula, jelaslah bahwa selama rekonstruksi sejarah didasarkan atas fakta-fakta sejarah tidak ada satupun karya sejarah yang bisa dikategorikan sebagai sebuah manipulasi sejarah atau kebohongan sejarah. Oleh karena itu, perkembangan bangsa ini ke depan yang perlu dikembangkan dalam melahirkan kajian-kajian terhadap peristiwa sejarah adalah melakukan penjarakan (distansiasi) terhadap peristiwa sejarah yang tengah diteliti. Terlebih lagi terhadap kepentingan penguasa atau kepentingan pihak-pihak yang tengah memegang kekuasaan. Hal lain yang tidak kalah penting, bahwa sejarah sebagai hasil rekonstruksi membuka peluang yang seluas-luasnya bagi terjadinya perbedaan pendapat selama perbedaan pendapat tersebut didasarkan atas fakta dan interpretasi yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Penulis : Fauzi, Suadi, Ainol Mardhiah
Editor : Al Chaidar
Penerbit : Unimal Press
Tebal Halaman : 187
No comments:
Post a Comment