Gayo Ku, Ramadhan Mu (dalam) Dekapan Luka
MARHABAN ya Ramadhan…
Tidak terasa bulan Ramadhan kembali datang. Bahkan dikampung kelahiran saya Kabupaten Gayo Lues atau banyak orang menyebutnya dengan sebutan “Negeri Seribu Bukit”, sebagaian dari beberapa wilayah bagian timur seperti beberapa desa di Kecamatan Pining, Kecamatan Dabun Gelang sudah melaksanakan meugang hari ini, Senin 8 Juli 2013.
Sedangkan wilayah yang lain termasuk pusat Kota Blangkejeren sendiri menurut kabar disampaikan oleh keluarga saya, baru akan meugang besok, Selasa 9 Juli 2013. Hanya saja, meugang dan ramadhan kali ini, kita masih berduka.
Pada 2 Juli lalu, bumi Gayo, khususnya Aceh Tengah dan Bener Meriah diamuk gempa. Sedikitnya 40 orang meninggal dunia, puluhan ribu orang mengungsi, ratusan masjid dan meunasah rubuh.
Pada hari Meugang ini, saudara-saudara kita terpaksa merayakan meugang di kamp-kamp pengungsian. Mereka pasti bersyukur, karena masih dipertemukan dengan bulan yang mulia ini, namun ada juga saudara kita yang harus rela dan iklas, karena tak bisa lagi bertemu dengan ramadhan.
Meugang dalam kebiasaan masyarakat di Gayo khususnya di Gayo Lues para Ibu-ibu beserta anak perempuannya sejak pagi nampak disibukkan dengan berbelanja berbagai keperluan untuk memasak bermacam lauk dan kue tradisional Gayo. Seperti sup daging, apam, lepat, gutel, kemang loyang, dan lain-lain.
Dan setelah semua itu siap disajikan, satu keluarga atau bahkan beserta keluarga besar lainnya akan berkumpul bersama untuk menikmati masakan sang Ibu. Tapi sebelumnya Ayah sebagai kepala keluarga terlebih dahulu membacakan do’a-do’a syukur atas masih diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk mengikuti puasa tahun ini.
Biasanya, di Gayo Lues, setiap pada awal bulan puasa, suasana pagi hingga siang di Gayo Lues bahkan dipusat kota sendiri, Blangkejeren kerap sepi. Itu akan terjadi hingga 3-4 hari. Kecuali malamnya, para masyarakat akan terlihat ramai untuk melakukan shalat tarawih berjema’ah di masjid-masjid.
Namun selanjutnya, akitivitas masyarakat akan terlihat kembali seperti biasa. Bahkan lebih ramai, sebab, sejak pukul 4 sore, pada pedagang sudah sibuk mempersiapkan jajanan untuk berbuka, begitu juga dengan masyarakat khususnya para muda-mudi nampak sibuk keliling bersama teman-teman dan keluarga sambilan memilih jajanan untuk berbuka.
Selain itu, sama dengan daerah lain, pada bulan ramadhan Gayo Lues akan nampak lebih ramai dari biasannya. Wajar saja, selain karena semua mahasiswa yang merantau banyak yang pulang. begitu juga dengan warung-warung atau cafe-cafe yang ada di Gayo Lues jika di bulan ramadhan biasanya pengunjung akan bertambah. Sebab, banyak para pelajar, mahasiswa, bahkan para pemuda dan orang tua yang alumni yang memanfaatkan momen buka bersama untuk bertemu kawan-kawan lama.
Suasana itu, mungkin akan sulit dilihat di kamp-kamp pengusian para saudara-saudara kita korban gempa. Namun yang pasti, semua kenhendak Allah ini, ada hikmahnya. Pasti Allah sudah punya rencana terindah buat masyarakat Gayo.
Meski ramadhan di nenggri Gayo ku dalam dekapan luka, aku masih tetap berdoa untuk mu, agar kita semua bisa bangkit. Insya Allah. Marhaban ya Ramadhan.(Supri Ariu)
No comments:
Post a Comment