Sumatra Coffee Blog
CEO PT. Coffindo: Irfan Anwar
Irfan, begitu ia akrab disapa, sebenarnya lahir dari keluarga pengusaha. “Sejak lama keluarga ayah sudah menjalankan usaha perkebunan kelapa sawit,” katanya. Namun, entah karena apa pria penerima penghargaan Asia Pasific Entrepreneurship Awards (APEA) 2011 kategori Outstanding Entrepreneurship Award ini, tidak begitu tergiur dengan komoditas unggulan nomor satu dari Sumatra itu. Menurutnya, menjalankan usaha perkebunan kelapa sawit tidak menjadi semenantang bisnis kopi.
Bukannya Irfan tidak tertarik di bisnis perkebunan kelapa sawit. “Buktinya, sekarang, selain kopi, saya juga punya bisnis perkebunan sawit dan properti. Cuma saat itu bagi saya bisnis sawit terlalu mudah untuk dijalankan, sebab keluarga saya sudah menjalankan bisnis itu dari tahun ke tahun,” kata Irfan dalam pembicaraan di suatu siang dengan Kopibrik ditemani Latte Coffee.
“Beda dengan kopi,” sambungnya. Kopi, bagi coffeepreneur berdarah campuran Aceh ini, memiliki tantangan tersendiri meskipun samasekali ia buta dengan kopi ketika mengawali bisnis ini.
“Sejak awal saya terjun ke bisnis ini, pengetahuan saya tentang kopi nol. Pada awalnya saya bahkan bukan peminum kopi. Saya tidak tahu mana kopi yang enak dan tidak enak,” ujarnya. Irfan mengaku, selama dua tahun ia sengaja mempelajari kopi dengan serius dari pemain-pemain kopi di Medan yang saya anggap punya nama dan sukses di komoditi ini.
Ia pun menyebut beberapa nama eksportir kopi besar dari Medan yang sudah bermain di komoditi selama puluhan tahun.
“Sampai sekarang saya masih banyak belajar dari mereka. Saya beruntung bisa mengenal mereka. Mereka selalu rela membantu saya kapan pun saya punya kesulitan membangun bisnis ini,” katanya.
Sebenarnya, selain terjun ke bisnis kopi, Irfan telah berkali-kali mencoba peruntungan di bisnis lain. Ia mulai mencoba-coba terjun sebagai pengusaha ketika masih kuliah. Hingga akhirnya, kopi jatuh pada pilihan terakhir setelah membuka gudang kopi di kawasan Jalan Bromo, Medan, tahun 1999.
Gudang kopi yang masih berdiri sampai sekarang itu menjadi awal keseriusannya sebagai pedagang kopi. Sebagai pemula, saat itu pasar yang disasar masih domestik. Ia membeli biji kopi dari beberapa daerah di Sumatra: Aceh, Sidikalang, Lintong Ni Huta, Lampung dan beberapa daerah lain dan dijual kembali ke beberapa buyer di beberapa daerah di Indonesia.
Teknologi internet menjadi satu senjata ampuh PT. Coffindo. Salah satu trik yang ia lakukan ialah dengan membangun link melalui website iklan teks di Google (Adwords) sehingga nama Coffindo sebagai trader kopi semakin dikenal luas di beberapa negara. Saat ini, PT. Coffindo menjadi salah satu eskportir kopi terbesar ke Amerika, Eropa dan Asia. “Yang terbesar masih ke Amerika. Belakangan mulai naik ke Jepang,” katanya.
Menurut Irfan, dari tahun ke tahun kopi Indonesia selalu diperhitungkan di pasar dunia karena kualitas dan kuantitas produksi yang masih tersuplai dengan teratur. Di pasar dunia, kualitas kopi Indonesia masuk kategori tiga besar setelah Eihophia dan Brazil.
“Dari segi kuantitas Indonesia memang masih kalah dengan Vietnam dan Brazil, tapi dari sisi kualitas kopi Indonesia selalu diperhitungkan,” kata Ifran. AEKI mencatat, luas areal produktif perkebunan kopi Indonesia dewasa ini mencapai 950.000 hektar dari luas areal perkebunan kopi sebesar 1,3 juta hektar dengan produksi rara-rata 750.000 ton per tahun. (Baca: Inilah Gambaran Singkat Kondisi Pasar Kopi Indonesia Saat Ini).
PT. Coffindo
Jalan Tani Asli, Medan Binjai KM 9 No.88.
www.coffindo.com
No comments:
Post a Comment