Woi, Membuat Film Dokumenter Itu Tidak Gampang !
Published on September 20, 2011 by Lovegayo
Sebenarnya wawancara tentang Radio Rimba Raya ini sudah terlaksana pada tahun 2010 lalu yang sengaja direkam dalam bentuk audio (suara) untuk kepentingan sejarah, pemahaman tentang sejarah, pengetahuan tentang sejarah, khususnya generasi muda Gayo dan umumnya generasi muda seluruh Indonesia tentang kiprah Radio Rimba Raya pada perang kemerdekaan negera Republik Indonesia. Akhirnya, wawancara tersebut saya rilis kembali ke dalam bentuk tulisan. Pada saat wawancara, Sutaradara film documenter Sejarah Perjuangan Radio Rimba Raya, Ikmal Gopi di temani oleh Win Adunk, Noto Gayo dan saya sendiri.
Berikut ini petikan wawancara penyiar Radio Ardan, Andra dengan Ikmal Gopi, dalam “Talkshow Radio Rakyat Merdeka” di markas Radio Ardan Bandung, Minggu, 12 Desember 2010 lalu.
Bisa diceritakan sedikit, mungkin insan muda ada yang belum tahu, sebenarnya Radio Rimba Raya itu apa?
Radio
Rimba Raya ini, radio yang berada di pedalaman Aceh, kebetulan
bertepatan di Aceh Tengah , Gayo Takengon, sekarang setelah pemekaran
itu di sebut dengan Bener Meriah. Nah, sebenarnya Radio Rimba Raya ini
sendiri belum banyak dikenal orang termasuk saya sendiri.
Lho, kok bisa, tahunya darimana?
Nah,
inilah yang membuat ketertarikan saya, untuk membuat film dokumenter
ini, ternyata Radio Rimba Raya ini perannya pada saat revolusi fisik
itu sangat besar dan sumbangsihnya terhadap republik ini sampai
terakhir pengakuan Belanda terhadap Indonesia pada saat KMB (
Konferensi Meja Bundar .) ternyata pengaruh Radio Rimba Raya ini
sangat besar.
Tapi, karena mungkin mas Ikmal sendiri awalnya tidak tahu ya? Sampai mas Ikmal berkeinginan membuat Film Dokumenter?
Awalnya,
kebetulan saya di Takengon ya, itu hanya omongan-omongan orang tua
saya, teman-teman bahwa disini ada radio yang pernah memperjuangkan
kemerdekaan kita, pada saat revolusi fisik, saya juga belum terfikir
sampai sejauh mana kiprah radio Rimba Raya ini, nah, setelah saya
kuliah ke Jakarta, disinilah ketertarikan saya untuk membuat film
dokumenter tentang Radio Rimba Raya ini, sampai sejauh mana kiprahnya.
Pada tahun 2002 saya mulai bulatkan tekad, kemudian pada tahun 2006
saya mulai riset, mencari data di internet, ternyata di internet juga
tidak begitu banyak informasi tentang radio ini, saya bingung, kemana
lagi saya harus cari, kemudian saya coba hubungi teman-teman barangkali
tahu tentang Radio Rimba Raya ini, tapi informasi dari teman-teman itu
belum meyakinkan saya tentang kiprah Radio Rimba Raya, walaupun saya
sendiri pernah mendengar cuma saya belum yakin juga. Ternyata, setelah
saya riset, saya tanya kepada tokoh-tokoh pejuang yang kebetulan ada
di Jakarta ini, inilah yang meyakinkan saya tentang Radio Rimba Raya,
tapi sepak terjang radio ini yang membuat saya untuk berbuat lebih
kreatif untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta yang akurat tentang
sejarah Radio Rimba Raya, sebab apa, seperti informasi dalam buku
sejarah, misalnya, Serangan Umum 1 Maret itu tidak begitu jelas,
kemudian ada beberapa buku itupun tidak begitu banyak menerangkan
tentang Radio Rimba Raya. Nah, sejak itulah saya penasaran untuk
menguak kiprah Radio Rimba Raya ini.
Radio Rimba Raya yang memang sangat berperan penting dalam perang kemerdekaan Indonesia, bukan begitu mas Ikmal?
Betul Sekali..
Ini film dokumenter pertama yang mas Ikmal buat ya?
Iya, betul ..
Referensi dan data-data dari film ini di dapat dari mana?
Referensinya
ada beberapa yang kita ambil dari buku-buku sejarah, walaupun tidak
detil menceritakan tentang peranan Radio Rimba Raya saat itu, tetapi
setelah kita riset dan mengambil gambar, ternyata kita bisa mengambil
sebuah kesimpulan bahwa Radio Rimba Raya itu sangat besar peranannya
pada revolusi fisik saat itu, karena salah satu yang memberi kekuatan
buat republik ini yaitu menyiarkan Serangan Umum 1 Maret, enam jam di
Jogja itu, adalah Radio Rimba Raya yang menyiarkan. Seperti perjalanan
jendral Sudirman saat bergerilya, itu diketahui oleh Radio Rimba Raya
ini, jadi, informasi-informasi dari Playen, Gunung Kidul, dari Sumatera
Barat, pemimpin PDRI, Syafrudin Prawiranegara itu selalu mengirim
berita ke Aceh. Nah, dari Jawa ke Padang yaitu Bukit tinggi, ke
Halaban, pemerintahan bergerilya dalam hutan serta situasi-situasi dan
kejadian saat itu selalu dikabarkan lewat Radio Rimba Raya.
Tadi sudah sempat ngobrol tentang kendala yang dihadapi, seperti susah mencari data dan sebagainya. Kendala lain yang dihadapi?
Memang,
kendala lain yang saya hadapi saat pembuatan film dokumenter ini, saya
bisa ambil kesimpulan barangkali cuma satu persen dari sejarah
–sejarah Indonesia.
Hampir terlupakan, padahal berperan sekali ya dalam perang kemerdekaan Indonesia?
Betul,
nah inilah yang membuat saya agak sedikit kesulitan mencari data-data
tentang Radio Rimba Raya, sampai sejauh mana Radio Rimba Raya ini juga
diketahui oleh masyarakat Indonesia begitu juga dengan para sejarawan
ternyata sedikit sekali. Disitu kesulitan saya.
Kemarin, sempat di nominasikan ke dalam film dokumenter terbaik di ajang FFI 2010? Bagaimana perasaan mas Ikmal?
Memang, saya tidak menyangka ternyata Radio Rimba Raya ini masuk dalam lima terbaik dari enam puluh film dokumenter yang masuk.
Terus, Bagaimana perasaan mas Ikmal?
Saya sangat terharu, proses produksi film ini sudah hampir empat sampai limatahun .
Dan masuk FFI ini baru 2010? Perjuangan anda merasa terbayarkan ya?
Iya, betul..
Mungkin, ada kabar lagi film dokumenter Radio Rimba Raya ini masuk ke ajang-ajang lain?
Kebetulan
film ini masuk juga dalam tujuh besar di festival film dokumenter
Jogjakarta. Itu informasi yang terakhir saya dapatkan, itu juga ada
sekitar delapan puluh film yang masuk, tetapi di bagi ke beberapa
kategori, ada film pelajar, film pendek, dan film panjang, nahh, Radio
Rimba Raya masuk di dalamnya.
Jadi dari delapan puluh film yang diperlombakan Radio Rimba Raya masuk tujuh besar?
Iya, betul..
Kembali
lagi soal film dokumenter Radio Rimba Raya, adakah ekspetasi yang
timbul saat mas membuat film dokumenter ini? Apa harapannya? mungkin
setelah orang-orang menonton film dokumenter ini?
Banyak
komentar ya, setelah menonton film Radio Rimba Raya ini, mereka banyak
yang tidak menyangka ternyata peran Radio Rimba Raya ini sangat
penting pada masa itu, saya tidak menafikan ya, barangkali kalau tidak
ada Radio Rimba Raya ini , saya tidak tahu apa yang terjadi dengan
republik ini. Bisa saja proses perjuangan kita agak panjang selain
perang fisik, sebab peran radio saat itu sangat penting untuk memberi
informasi-informasi apa yang terjadi di republik ini ke dunia
internasional.
Jadi, Radio Rimba Raya ini sampai ke dunia internasional ya?
Iya, betul sekali..
Katanya Radio Rimba Raya ini memakai berbagai macam bahasa, apa saja?
Ada sekitar lima bahasa ya, yaitu : Bahasa Inggris, Bahasa Belanda, Bahasa India, Bahasa Arab dan Bahasa Cina.
Ok,
kalau bicara film ini, langkah awal sekali yang mas Ikmal lakukan itu
apa? Yang benar-benar nyata, mungkin langsung mengontak siapa, atau
browsing atau bagaimana?
Pertama
yang saya lakukan adalah browsing ya, untuk mencari sampai sejauh mana
informasi tentang Radio Rimba Raya ini, apa saja data-datanya,
kemudian dari situlah saya mulai melakukan breakdown, setelah
itu saya melakukan riset di Jakarta, saya cari tokoh-tokoh yang masih
berkompeten ya, yang masih ada yang berperan di Aceh, yang
berdomisili di Jakarta, itu awal sekali saya lakukan untuk membuat film
dokumenter Radio Rimba Raya ini. Bahan- bahan inilah saya kumpulkan ,
dan inilah acuan saya untuk maju ke langkah selanjutnya, sehinngga saya
harus ke Aceh untuk mencari data, sehingga semakin memperkuat
data-data tentang sejarah Radio RimbRaya. Kemudian saya ke Padang, di
Bukit Tinggi, langsung ke daerah PDRI di Koto Tinggi, terus balik lagi
ke Jakarta, ke Jogja dan ke Gunung Kidul. Di Gunung Kidul ini ada yang
menarik, disitu ada Radio PC2, radionya Budiardjo, dulu bekas Menteri
Penerangan, saya merasa kaget, disitu saya melihat ada foto dan
tulisan Takengon, wahhh, ternyata benar ini Radio Rimba Raya. Itu di
Gunung Kidul.
Setiap
pembuatan film dokumenter pasti ada pesan- pesan yang ingin disampaikan
kepada penonton, nah, kalau dari film dokumenter Radio Rimba Raya ini,
apa pesan-pesan yang ingin disampaikan?
Pesan
saya, Radio Rimba Raya ini adalah radio yang terlupakan ya, radio
yang sangat berperan saat itu, yang ingin saya sampaikan bahwa supaya
regenerasi kita sekarang baik di dunia pendidikan bahkan masyarakat
Indonesia harus mengetahui bahwa peranan radio Rimba Raya ini sangat
penting. Jangan dilupakan, karena peranan radio saat itu, bayangkan
kalau radio tidak ada, itu informasi akan lumpuh, kalau boleh saya
kutip ucapan seorang tokoh Omair Said Noor “ kita ini seperti buta dan
tuli” orang tidak tahu, dan kita juga mau ngomong dengan siapa kalau
tidak ada radio pada saat itu? Saya harap ke depan ini menjadi sebuah
sejarah, dan kalau bisa Radio Rimba Raya ini menjadi sejarah nasional,
dan jangan menjadi sejarah lokal saja, karena Radio Rimba Raya ini
bukan hanya memperjuangkan kepentingan daerah tetapi untuk Indonesia,
saya harap generasi kita, masyarakat kita bahwa Radio Rimba Raya ini
janganlah dilupakan sampai kapanpun, kalau bisa ada riset-riset
tertentu ya, barangkali film dokumenter ini belum lengkap untuk
membenarkan sejarah ini,. Dan itu tidak menjadi masalah.
Sebagai warga negara Indonesia yang baik harus mengingat sejarahnya, betul tidak mas Ikmal?
Benar sekali…
Mungkin yang terakhir, ada yang ingin disampaikan terhadap insan muda kita mas Ikmal?
Nahh, ternyata membuat film dokumenter itu tidak gampang ya..
Mungkin ada pesan-pesan lain, seperti harus sabar, soalnya sampai lima tahun membuatnya?
Dalam membuat dokumenter ya, kita harus kuat dalam hal riset kemudian survei, kemudian kita coba breakdown
apa yang kita dapat dilapangan dan apa yang sebenarnya kita mau buat,
begitu. Karena membuat film dokumenter ini tidak segampang seperti yang
kita omongkan. Selalu ada saja tantangan yang kita hadapi dilapangan,
jadi kita harus sabar, boleh ambisius, akan tetapi jangan terlalu
berlebihan. Tanpa kesabaran dalam membuat dokumenter, itu akan kosong
atau hampa, begitu. Buatlah film dokumenter se real mungkin , jangan mencoba untuk mempropaganda, buatlah seobyektif mungkin. (Zuhri Sinatra)
Posted 22nd September 2011 by Radio Perjuangan Rimba Raya
No comments:
Post a Comment