Ahli Gempa: Gempa di Aceh Tergolong Gempa Tektonik
Rabu, 3 Juli 2013 00:08 WIB
SERAMBI/MAHYADI
Warga
memperhatikan salah satu rumah yang rubuh di Dusun Batu Asah, Kampung
Sumber Jaya, Kecamatan Timang Gajah, Kabupaten Bener Meriah, paska
musibah gempa bumi berkekuatan 6,2 SR yang menerjang kawasan itu, Selasa
(2/7/2013) sekira pukul 14.37 WIB. SERAMBI/MAHYADI
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH
- Gempa berkekuatan 6,2 skala Richter (SR) yang mengguncang Bener
Meriah, Aceh Tengah, dan sejumlah kabupaten dan kota lainnya di Aceh
pada Selasa (2/7/2013) pukul 14.37 WIB, diyakini pakar gempa bukan
merupakan gempa vulkanik, melainkan jenis gempa tektonik.
Berdasarkan jenis getarannya, besar kemungkinan sumber gempa tidak langsung terjadi di bawah Takengon, tetapi agak dekat dekat kota penghasil kopi itu. Gempa tersebut pun tidak persis berada di jalur Patahan Sumatera (Sumatra Fault), melainkan kemungkinan berada di lintasan sesar lokal.
Pernyataan itu disampaikan dua pakar gempa, masing-masing Prof Kimata dari Universitas Nagoya, Jepang, dan Dr Nazli Ismail dari Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universiatas Syiah Kuala (FMIPA Unsyiah) kepada Serambinesw.com, Selasa pukul 23.00 WIB.
Baik Prof Kimata maupun Dr Nazli, sudah sejak tiga hari lalu berada di Takengon, Aceh Tengah, melakukan riset dan kajian terkait gempa Sumatera. Nazli yang mantan wartawan Harian Serambi Indonesia itu memimpin tim riset dimaksud. Ia jebolan Universitas Uppsala, Swedia, dan saat ini menjabat Ketua Jurusan Fisika FMIPA Unsyiah.
Prof Kimata menambahkan, gempa di Patahan Sumatera seharusnya tidak terlalu besar atau tidak lebih dari 6 SR. Di Jepang, gempa dengan kekuatan 6,2 SR jarang merusak banyak bangunan.
"Tapi di sini bangunan tidak kokoh, kualitasnya buruk, sehingga banyak yang rusak. Ke depan, kualitasnya perlu ditingkatkan," ujar Prof Kimata.
Berdasarkan jenis getarannya, besar kemungkinan sumber gempa tidak langsung terjadi di bawah Takengon, tetapi agak dekat dekat kota penghasil kopi itu. Gempa tersebut pun tidak persis berada di jalur Patahan Sumatera (Sumatra Fault), melainkan kemungkinan berada di lintasan sesar lokal.
Pernyataan itu disampaikan dua pakar gempa, masing-masing Prof Kimata dari Universitas Nagoya, Jepang, dan Dr Nazli Ismail dari Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universiatas Syiah Kuala (FMIPA Unsyiah) kepada Serambinesw.com, Selasa pukul 23.00 WIB.
Baik Prof Kimata maupun Dr Nazli, sudah sejak tiga hari lalu berada di Takengon, Aceh Tengah, melakukan riset dan kajian terkait gempa Sumatera. Nazli yang mantan wartawan Harian Serambi Indonesia itu memimpin tim riset dimaksud. Ia jebolan Universitas Uppsala, Swedia, dan saat ini menjabat Ketua Jurusan Fisika FMIPA Unsyiah.
Prof Kimata menambahkan, gempa di Patahan Sumatera seharusnya tidak terlalu besar atau tidak lebih dari 6 SR. Di Jepang, gempa dengan kekuatan 6,2 SR jarang merusak banyak bangunan.
"Tapi di sini bangunan tidak kokoh, kualitasnya buruk, sehingga banyak yang rusak. Ke depan, kualitasnya perlu ditingkatkan," ujar Prof Kimata.
Terkait #Bener Meriah #Aceh Tengah
Berita Terkait: Gempa di Aceh
Editor: Willy Widianto
Sumber: Serambi Indonesia
No comments:
Post a Comment