Iwan Fals & Perjuangan Gayo
Oleh: Waladan Yoga*
ADA satu suguhan menarik di konser Iwan Fals yang digelar di Blang Padang Banda Aceh (15/6/2013). Diawali dengan Pertunjukan didong yang dipersembahkan oleh Mahasiswa Peduli Sejarah Gayo (Mapesga), diluar dugaan ternyata antara iwan fals dan Mapesga sama sekali tidak pernah latihan untuk perform malam itu. Iwan Fals Berujar “semoga angin dan cuaca malam Banda Aceh yang akan menyatuka irama kita diatas Panggung ini”.
Sungguh menakjubkan iringan tepukan Didong mampu mengiringi setiap petikan gitar dan nada-nada dari nyanyian Iwan Fals, diantara ribuan penonton yang hadir larut dalam lantunan lagu-lagu Iwan Fals. Tepukan Didong mengiringi Iwan Fals diatas panggung, disaat lagu ketiga pembuka iringan tepukan didongpun disudahi dan sambil meneriakan “Bongkar”. Sebelum turun panggung iwan Fals menyalami satu persatu para penepuk didong diatas panggung yang turut disaksikan ribuan padang mata.
Mental dan semangat pemuda Gayo diatas panggung yang megah tersebut haruslah diberikan jempol. Berkolaborasi dengan penyanyi sekelas Iwan Fals bukanlah pekerjaan mudah, terlebih didong ditampilkan diantara ribuan masayarakat pesisir yang hadir. Saya menyaksikan diantara kerumunan penonton yang hadir.
Didong yang ditampilkan ternyat tidak mendepat tempat dihati para penonton sehingga ejekan dan hinaanpun terus bergema serta meneriakan hal yang tidak pantas, semakin lama teriakan dan hinaan itu semakin kuat. Sempat khawatir, namun iwan fals muncul dan berkolaborasi dengan pemuda Gayo yang tangguh itu sangat menakjubkan. Hinaan dan cacian mereka perlahan tenggelam. Saya dan beberapa teman-teman malam itu, mencari siasat untuk mendiamkan orang yang melontarkan hinaan, saya dan teman-teman lain menyaringkan suara dalam Bahasa Gayo, setidaknya cara ini ampuh untuk mendiamkan orang pesiri disekeliling kami.
Ya… itulah karakter manusia-manusia pesisir yang tidak menghargai budaya Gayo dan tidak peduli terhadapa keberagaman yang ada di Aceh, setidaknya itulah bisikan hati yang terus menggerutu.
Harusnya masyarakat pesisisr yang hadir pada malam konser tersebut bisa lebih menghargai budaya Gayo yang sedang ditampilkan. Bukan, malah mencacinya. Ada juga orang disekitar saya yang berbisik dengan teman-temannya “nyan awak Gayo yang dilakee pemekaran dan yang ditulak Qanun Wali Nanggroe dan Bendera (itu orang-orang Gayo yang minta pemekaran daerah dan yang nolak Qanun Wali Nanggro dan Bendera).
Ternyata perjuangan rakyat Gayo selama ini menjadi ingatan yang sangat luar biasa dibawah alam sadar masyarakat pesisir. Setidaknya contoh sederhana, orang yang menikamati pertunjukan musikpun, jika melihat Budaya dan orang Gayo langsung mengkaitkannya dengan Perlawan Rakyat Gayo terhadap Pemerintahan Aceh. Luar biasa bukan!
Lirik didong yang dimainkan malam itu banyak bercerita tentang tanaman Kopi di Gayo, sehingga Iwan Fals berkali-kali mengucapkan nama Gayo. Bagi saya ini adalah Entri point malam pertunjukan tersebut, sekelas iwan Fals memperkenalkan Gayo dihadapan ribuan penonton yang notabene adalah masyarakat Pesisir, yang awalnya mengejek suguhan didong.
Saya hanya berfikir sederhana, tidak mudah memang mempertahankan Nama dan eksistensi Gayo, terbukti malam konser tersebut penolakan itu selalu muncul ditengah-tengah masyarakat pesisir. Namun demikian jika hanya gara-gara hinaan dan ejekan kemdian kita berhenti mengkampanyekan Gayo adalah sesuatu yang sangat keliru. Pembagian tugas menjadi sangat natural dan penting dalam mensyi’arkan Gayo. Ada teman-teman yang mengkampanyekan Gayo dengan seni, ada yang mengkampanyekan Gayo lewat aksi dan nada yang mengkampanyekan Gayo lewat forum-forum diskusi. Sampaikan pada titik bangsa Gayo tidaklah sehina dan serendah yang difikirkan oleh kebanyakan Masyarakat Pesisir selama ini. Mari Kita Lawan!
Disadari atau tidak perjuangan kolektif Rakyat Gayo sedang tumbuh dan harus terus dikelola dengan baik. Siapapun Bangsa Gayo yang hadir malam konser tersebut pasti akann terbawa emosi saat melihat ejekan kaum pesisir yang hadir dimalam konser tersebut dan terimakasih kepada Bang Iwan Fals yang telah mengajari arti penting sebuah perbedaan dan cara menghargai orang lain. Salam Takjim!(yoga_fh@yahoo.com)
*Pemuda Gayo Berdomisili di Banda Aceh, sehari-hari aktif sebagai Penggiat Gayo Merdeka.
ADA satu suguhan menarik di konser Iwan Fals yang digelar di Blang Padang Banda Aceh (15/6/2013). Diawali dengan Pertunjukan didong yang dipersembahkan oleh Mahasiswa Peduli Sejarah Gayo (Mapesga), diluar dugaan ternyata antara iwan fals dan Mapesga sama sekali tidak pernah latihan untuk perform malam itu. Iwan Fals Berujar “semoga angin dan cuaca malam Banda Aceh yang akan menyatuka irama kita diatas Panggung ini”.
Sungguh menakjubkan iringan tepukan Didong mampu mengiringi setiap petikan gitar dan nada-nada dari nyanyian Iwan Fals, diantara ribuan penonton yang hadir larut dalam lantunan lagu-lagu Iwan Fals. Tepukan Didong mengiringi Iwan Fals diatas panggung, disaat lagu ketiga pembuka iringan tepukan didongpun disudahi dan sambil meneriakan “Bongkar”. Sebelum turun panggung iwan Fals menyalami satu persatu para penepuk didong diatas panggung yang turut disaksikan ribuan padang mata.
Mental dan semangat pemuda Gayo diatas panggung yang megah tersebut haruslah diberikan jempol. Berkolaborasi dengan penyanyi sekelas Iwan Fals bukanlah pekerjaan mudah, terlebih didong ditampilkan diantara ribuan masayarakat pesisir yang hadir. Saya menyaksikan diantara kerumunan penonton yang hadir.
Didong yang ditampilkan ternyat tidak mendepat tempat dihati para penonton sehingga ejekan dan hinaanpun terus bergema serta meneriakan hal yang tidak pantas, semakin lama teriakan dan hinaan itu semakin kuat. Sempat khawatir, namun iwan fals muncul dan berkolaborasi dengan pemuda Gayo yang tangguh itu sangat menakjubkan. Hinaan dan cacian mereka perlahan tenggelam. Saya dan beberapa teman-teman malam itu, mencari siasat untuk mendiamkan orang yang melontarkan hinaan, saya dan teman-teman lain menyaringkan suara dalam Bahasa Gayo, setidaknya cara ini ampuh untuk mendiamkan orang pesiri disekeliling kami.
Ya… itulah karakter manusia-manusia pesisir yang tidak menghargai budaya Gayo dan tidak peduli terhadapa keberagaman yang ada di Aceh, setidaknya itulah bisikan hati yang terus menggerutu.
Harusnya masyarakat pesisisr yang hadir pada malam konser tersebut bisa lebih menghargai budaya Gayo yang sedang ditampilkan. Bukan, malah mencacinya. Ada juga orang disekitar saya yang berbisik dengan teman-temannya “nyan awak Gayo yang dilakee pemekaran dan yang ditulak Qanun Wali Nanggroe dan Bendera (itu orang-orang Gayo yang minta pemekaran daerah dan yang nolak Qanun Wali Nanggro dan Bendera).
Ternyata perjuangan rakyat Gayo selama ini menjadi ingatan yang sangat luar biasa dibawah alam sadar masyarakat pesisir. Setidaknya contoh sederhana, orang yang menikamati pertunjukan musikpun, jika melihat Budaya dan orang Gayo langsung mengkaitkannya dengan Perlawan Rakyat Gayo terhadap Pemerintahan Aceh. Luar biasa bukan!
Lirik didong yang dimainkan malam itu banyak bercerita tentang tanaman Kopi di Gayo, sehingga Iwan Fals berkali-kali mengucapkan nama Gayo. Bagi saya ini adalah Entri point malam pertunjukan tersebut, sekelas iwan Fals memperkenalkan Gayo dihadapan ribuan penonton yang notabene adalah masyarakat Pesisir, yang awalnya mengejek suguhan didong.
Saya hanya berfikir sederhana, tidak mudah memang mempertahankan Nama dan eksistensi Gayo, terbukti malam konser tersebut penolakan itu selalu muncul ditengah-tengah masyarakat pesisir. Namun demikian jika hanya gara-gara hinaan dan ejekan kemdian kita berhenti mengkampanyekan Gayo adalah sesuatu yang sangat keliru. Pembagian tugas menjadi sangat natural dan penting dalam mensyi’arkan Gayo. Ada teman-teman yang mengkampanyekan Gayo dengan seni, ada yang mengkampanyekan Gayo lewat aksi dan nada yang mengkampanyekan Gayo lewat forum-forum diskusi. Sampaikan pada titik bangsa Gayo tidaklah sehina dan serendah yang difikirkan oleh kebanyakan Masyarakat Pesisir selama ini. Mari Kita Lawan!
Disadari atau tidak perjuangan kolektif Rakyat Gayo sedang tumbuh dan harus terus dikelola dengan baik. Siapapun Bangsa Gayo yang hadir malam konser tersebut pasti akann terbawa emosi saat melihat ejekan kaum pesisir yang hadir dimalam konser tersebut dan terimakasih kepada Bang Iwan Fals yang telah mengajari arti penting sebuah perbedaan dan cara menghargai orang lain. Salam Takjim!(yoga_fh@yahoo.com)
*Pemuda Gayo Berdomisili di Banda Aceh, sehari-hari aktif sebagai Penggiat Gayo Merdeka.
No comments:
Post a Comment