Darah dan Tanah Bangsa Nusantara Berawal dari Dataran Tinggi Gayo?
Oleh: Surahman,S.IP*PARA ahli bingung memasukkan bangsa Gayo kedalam ras Melayu, karena memang Bangsa Gayo berbeda dengan bangsa melayu baik Proto Melayu (melayu tua) maupun Deutro Melayu (melayu muda). Hanya karena faktor geografis saja membuat mereka masuk ke keluarga Austronesia.
Di duga jauh sebelum kedatangan bangsa Melayu (Proto dan Deutro) bangsa Gayo sudah menempati pedalaman nusantara (penghuni pedalaman adalah realitas penduduk asli nusantara) hanya sebuah teori yang dipaksakan oleh para ahli memasukkan bangsa Gayo ke dalam ras Melayu. Para ahli berada dalam kebingungan memasukkan penduduk nusantara sebelum kedatangan proto melayu dan deutro melayu.
Namun ada beberapa ahli yang berani mengungkapkan bahwa sebelum ras Austronesia (nenek moyang ras melayu) datang ke nusantara, telah ada penduduk dinusantara, seperti yang dikatakan oleh, Prof Arysio Santos dimana, Nusantara adalah tempat lahirnya peradaban dunia, bahkan secara tegas beliau mengatakan bahwa lokasi atlantis yang tekubur adalah nusantara.
Sementara itu, Prof Mohammad Yamin mengatakan, bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Pendapat ini didasarkan oleh penemuan fosil-fosil dan artepak-artepak manusia tertua di nusantara. Di samping itu Mohammad Yamin berpegang pada prinsip Blood Und Breden Unchro, yang berarti darah dan tanah bangsa nusantara berasal dari nusantara sendiri. Manusia purba telah tinggal di nusantara sebelum terjadi gelombang perpindahan bangsa-bangsa dari yunan dan campa ke wilayah nusantara.
Sedangkan, Hogen berpendapat, bangsa yang mendiami daerah pesisir melayu berasal dari pedalaman Sumatera. Dari ketiga teori di atas bahwa nusantara sebelum kedatangan bangsa melayu tua dan melayu muda telah ada penduduk di nusantara, bahkan Sarasin bersaudara (penjelajah terkenal pedalaman) mengatakan bahwa nusantara mempunyai penduduk asli yaitu populasi asli kepulauan adalah orang dengan fenotipe, mempunyai tubuh agak kecil (sedang) tidak tinggi dan tidak terlalu pendek.
Kelompok ini awalnya mendiami seluruh nusantara, pada waktu itu wilayah nusantara adalah satu daratan yang solid. Tentu saja, es dari periode glacia tidak pernah menutupi pulau-pulau di nusantara, tapi pada penghujung periode glacial yang terakhir level laut naik begitu tinggi, pada saat penomena inilah bangsa ini musnah (seperti musnahnya suku Maya di Amerika), yang menyebabkan Laut Cina Selatan dan Laut Jawa terbentuk dan memisahkan wilayah pegunungan vulkanik Indonesia dari daratan utama, sisa-sisa penduduk asli nusantara akibat level air laut naik (bukan banjir besar pada saat Nabi Nuh as, banjir pada saat Nabi Nuh as terjadi regional, tidak secara gelobal, karena banjir tersebut hanya untuk kaum Nabi Nuh as saja).
Diduga masih tinggal di daerah-daerah pedalaman yang selamat atas penomena tersebut, mereka mendiami hutan dan pegunungan di Sumatra (Gayo, Lubu, Kubu, dan Mamak) serta Senoi di semenajung Malaya, Sarosin bersaudara menyebut keturunan orang asli ini orang Vedda, sementara daerah-daerah pantai tersebut di huni oleh pendatang-pendatang baru (Campa, Kochin, dan Mongol).
Gayo yang masuk kedalam keturunan orang asli nusantara atau di sebut orang Vedda adalah manusia mempunyai peradaban yang pertama mendiami kepulauan nusantara, mereka hidup di tahap mesolitik dan neolitik, bangsa vedda berkarakter pemalu, jarang terlihat kecuali di datangi, tempat mereka di pedalaman yang masih liar, mereka sangat toleran terhadap pendatang.
Mereka tidak punya pilihan lain kecuali melebur atau musnah, tentu pilihannya melebur dengan pendatang yang menghuni daerah-daerah pantai yang baru terbentuk (Kampa, Kochin, dan Mongol). Hasil peleburan bangsa Vedda dan pendatang inilah di duga manjadi cikal bakal bangsa melayu pertama/melayu tua (Proto Melayu 3000SM-1500SM), keturunan Bangsa Proto Melayu yang masih hidup hingga sekarang adalah suku bangsa Dayak, Toraja, Batak dan Alas (I Wayan Legawa).
Para ahli juga memasukkan Gayo ke dalam bangsa Proto Melayu, ini di akibatkan kebingungan para ahli yang tidak ahli, hanya membagi nenek moyang bangsa nusantara ke dalam dua gelombang, gelombang pertama proto melayu, yaitu hasil peleburan bangsa vedda (Gayo, Lubu, Kubu dan Mamak dengan bangsa pendatang Campa, Kochin dan Mongol), dan gelombang kedua deutro melayu/ melayu muda 1500SM-500SM ( Jawa, Minang, dan Bugis).
Para ahli luput bertanya kepada dirinya sendiri, apakah masih ada bangsa vedda yang merupakan penduduk asli nusantara yang masih orisinil, tidak mengalami proses peleburan terhadap bangsa campa, kochin, dan mongol di nusantara, seperti sejarawan Gayo bercerita tentang kerajaan linge, namun tidak pernah bercerita tentang peradaban masyarakat Gayo sebelum berdirinya kerajaan Linge, inilah yang membuat mata rantai yang terputus karena sangat tidak dapat diterima oleh logika apa bila lebih dulu ada kerajaan, baru ada rakyatnya, lebih parah lagi para ahli asing tidak pernah menjejakkan kakinya kepedalaman dataran tinggi Gayo (Samar Kilang, Linge, Payung, Nasuh, Pertik, Delung, Bugak, Layong, Tekur dan lain-lain) sepanjang hulu-hulu sungai Arakundo dan hulu-hulu sungai di Lukup Serba Jadi.
Di duga bahwa orang-orang Gayo yang menempati pedalaman hulu-hulu sungai baik di Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Timur, dan Penieng di Gayo Lues adalah bangsa Vedda yang selamat dan tidak mengalami proses peleburan terhadap pendatang dari periode glacial yang menyebabkan naiknya level laut begitu sangat tinggi. (akan di jelaskan dalam buku yang akan terbit “Gayo, Bangsa Kuno Yang Tersisa” oleh Surahman Aman Saradilen dan Hammadin Aman Fatih.
Sunguh bersyukur didalam diri kita mengandung darah Gayo, karena darah tersebut adalah cikal bakal nenek moyang bangsa nusantara melayu tua (Proto Melayu 3000SM – 1500SM), terbukti dengan ditemukannya kerangka manusia pra-sejarah di dataran tinggi Gayo ada kesamaan dengan kerangka manusia pra-sejarah yang ditemukan di gua harimau Palembang, Gua Broholo, Gua Marjan dan gua-gua lainnya dinusantara. Ada kemiripan dalam sistem penguburan yaitu Timur-Barat, orientasi Timur-Barat dihubungkan dengan siklus kehidupan yang menganggap arah Timur sebagai lokasi penempatan kepala sebagai simbol matahari terbit, sedangkan arah barat sebagai lokasi kaki sebagai simbol mahari tenggelam.
Dalam kontek ini, penguburan dengan orientasi mengacu pada asal mula (timur) dan akhir (barat) dari kehidupan (baca, Gayo Merangkai Indentitas). Darah Gayo menjadi penjelajah dan penghuni nusantara pada saat itu, terlihat dari system penguburan bangsa pra sejarah nusantara yang ada kesamaan, ini artinya mereka berasal dari rumpun yang sama, daerah yang sama dan mempunyai kepercayaan yang sama.
Walaupun darah Gayo yang ada dalam bangsa proto melayu telah menjadi jaman pra sejarah, namun masih ada kuturunan asli bangsa Vedda yang masih orisinil, tanpa mengalami peleburan dari bangsa pendatang pertama, yaitu Suku Gayo saat ini, tentu menjadi suku karna mereka telah menjadi minoritas di Nusantara kini.
Setidaknya kita harus bersyukur karna Tuhan yang Maha Esa masih menjaga keberadaan suku Gayo dari jaman pra sejarah sampai hari ini, jika kita bandingkan dengan peradaban kuno lainya seperti suku Maya dan suku Atec di Amerika telah mengalami kepunahan, hanya meninggalkan sejarah bahwa mereka pernah ada.(bangsa.situe@gmail.com)
* PNS biasa di kantor Camat Bener Kelipah dan Dosen Etika Filsafat di Fisip UGP Takengon
No comments:
Post a Comment