Sahabat muda-mudi, bahasa merupakan ciri khas budaya dan menunjukkan
jati diri suatu bangsa. Bahasa melayu merupakan bahasa ibu yang berasal
dari Nusantara tercinta kita ini. Dari sini lah bahasa melayu tersebut
terus berkembang sesuai dengan sub-sub dialek lokal yang ada di
Nusantara
Jumlah penutur bahasa Melayu di Indonesia sangat banyak, bahkan dari
segi jumlah sebetulnya melampaui jumlah penutur Bahasa Melayu di
Malaysia, maupun di Brunei Darussalam. Bahasa Melayu dituturkan mulai
sepanjang pantai timur Sumatera, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka
Belitung, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu hingga pesisir Pulau
Kalimantan dan kota Negara, Bali.
Riau merupakan negeri pusat perkembangannya budaya dan sastra melayu.
Dari negeri inilah berkembang bahasa melayu Riau yangmerupakan pokok
dari bahasa-bahasa negeri-negeri di Nusantara. Sebut saja Indonesia,
Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan negeri-negeri lainnya.
Perkembangan bahasa dan sastra melayu mencapai
puncak kejayaannya pada masa kerajaan Riau-Lingga yang diangkat dan
dikembangkan oleh Raja Ali Haji di Pulau Penyengat. Dari Pulau Penyengat
lah bahasa melayu itu menjadi gemilang di negeri Nusantara.
Negeri berbudaya melayu membuat orang sering menjadi penasaran akan ke
khas annya. Salah satunya ialah bahasa melayu. Lalu bagaimanakah bahasa
dan dialeg melayu di Riau sendiri?
Dalam jurnal kali ini saya akan membahasa secara umum mengenai bahasa
melayu yang berkembang di provinsi Riau dan Kepulauan Riau.
PROVINSI RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
Bahasa melayu Riau ada sejak dahulu kala, perkembangannya semakin
cemerlang mana kala dibukanya ada banyaknya bandar-bandar baru di negeri
ini seiring berkembangnya kerajaan-kerajaan melayu yang terdapat di
negeri ini. Seperti Kerajaan Siak, Kerajaan Pekan Tua, Kerajaan
Pelalawan, Kerjaan Indragiri, Kerajaan Kandis, Kerajaan Rokan, Kerjaan
Kampar, Gunung Sahilan, Kuntu Darussalam, dan lain-lain.
Pada hakikatnya,
pengucapan Bahasa melayu Riau sama dengan bahasa Indonesia sekarang. Masyarakat,para cendekiawan, tokoh, raja ataupun sultan yang memerintah negeri ini pun juga demikian.
Misalnya :
Daulat Tuanku
Kamu hendak kemana?
Hamba hendak pergi ke seberang
Saya nak pergi ke Pekan
Apabila banyak berkata-kata ,disitulah jalan masuk dusta
Sehingga lafal, dialeg yang digunakan disini ialah benar-benar lafal yang sebenarnya, dan tentunya menggunakan loghat melayu.
Dialeg Melayu Riau dengan
bahasa pergaulan dalam masyarakat sama
dengan dialek Johor-Riau kini menjadi asas kepada pembentukan Bahasa
Melayu standard di Malaysia. Ciri utama dialek ini adalah akhiran ‘a’
yang dibunyikan sebagai ‘ě’. Seperti contoh:
Saya - disebut sayě
Apa – disebut Apě
Berapa – disebut Berapě
Bagaimanapun akhiran ‘a’ untuk kata-kata yang diadotasi dari perkataan Indonesia dikekalkan seperti sebutan asal :
Anda – disebut anda
Merdeka - disebut Merdeka
bunyi akhiran ‘r’ tergugur pada kata-kata seperti berikut:
Besar - disebut Besa (dengan sebutan a yang betul)
lebar - disebut Leba (dengan sebutan a yang betul)
sabar - disebut Saba (dengan sebutan a yang betul)
Bunyi ‘o’ diguna menggantikan kata-kata yang berakhir dengan sebutan ‘ur”
Tidur – disebut Tido
Telur – disebut Telo
Pengguguran bunyi ‘r’ ditengah kata sebelum huruf konsonen seperti berikut:
Kerja - disebut Keja (a menjadi sebutan ě)
Pergi - disebut Pegi
Berjalan - disebut Bejalan
Bagaimanapun terdapat viarasi kecil di dalam dialek ini mengikut
kawaan-kawasan tertentu. Di Provinsi Riau (Riau daratan) bahasa melayu
Riau dapat dibedakan menjadi dialeg Riau pesisir dan dialeg Riau
pedalaman.
Perlu diketahui, bahasa melayu di riau daratan sebetulnya tidak kenal dengan kata
"dang" atau
"do".. misal :
"wuiih,, mantap dang!" atau
"Bukunya gak ada do..."
kata-kata tersebut berasala dari bahasa minang yang dibawa oleh para
perantau minang ke Riau. Sehingga kata-kata itu ikut terserap di dalam
bahasa masyarakat dan generasi mudanya.
Dialeg Riau Pesisir
Bahasa melayu Riau pesisir atau Riau bahagian hilir berkembang sangat
mirip dengan bahasa melayu Riau kepulauan dan semenanjung atau dilage
loghat melayu Riau utama seperti yang saya bahas diatas. Dimana loghat
dan dialeg kata-kata yang berakhiran 'a' menjadi 'e' lemah.
Misal contoh gampang sejagad raya :D
Bahasa Indonesia : Kamu hendak pergi kemana?
Bahasa melayu Riau : awak anak pergi kemana (dibaca : awak nak pegi kemane?)
Bahasa Indonesia : saya mau pergi jalan-jalan ke kota, tak sabar rasanya
Bahasa melayu Riau : saya nak pergi jalan ke kota ( dibaca :saye nak pegi ke kote)
Bahasa Indonesia : "Harus kutonton tuh film! Gak sabar rasanya!"
Bahasa melayu Riau : "Mestilah kutonton film itu! Tak sabarpon rasanye "
Bahasa Riau yang kental dengan melayu nya dan menjadi standar bahasa-bahasa di negeri semenanjung ini dapat anda jumpai di :
* Bengkalis dan Kepulauan Meranti (Bengkalis, Selat Panjang, Bukit Batu)
Di Bengkalis merupakan urat nadi daripada perkembangan tradisi dan
bahasa melayu di Riau. Dialeg nya kental seperti bahasa melayu
Riau-Johor.
Contoh nama-nama daerah yang ada di Kabupaten Bengkalis :
buket batu, paret rodi, mangkopot, sungai pakneng, lubok alam, ae puteh,
ketam puteh, penampi. disana masih asli bahasanya. mirip sama melayu
yang di malaka malah.
Namun di beberapa tempat terutama daerah pasar, dialeg melayu Bengkalis
pun kita jumpai sedikit perbedaan, dimana kata halus yang berakhiran 'e'
lemah menjadi 'o'.
contoh :
Saya - disebut sayě disebut juga sayo
Apa – disebut Apě disebut juga apo
Berapa– disebut Berapě disebut juga berapo
Bunga - Bungě disebut juga bungo
Yah kurang lebih mirip bahasa melayu Riau pedalaman. Kuat dugaan saya
ini terjadi akibat akulturasi di tanah Bengkalis,apakah itu dari Riau
pedalaman, bahasa Sumatera (ex : minang, jambi, Palembang, dll.).
Pemakai dialeg ini biasanya para pedagang dan muda-mudi nya. Sementara
bagi yang tua - tua masih asli kental dengan 'e' lemah.
Di Bengkalis, dialeg dan bahasa melayu juga dipengaruhi sedikit oleh
Bugis , karena masyarakat Bugis juga yang umumnya perantau juga banyak
bermukin di Bengkalis.
Namun , pemandangan tradisi dan bahasa ini akan berbeda bila kita berada
di Duri ataupun daerah-daerah poros Pekanbaru-Duri-Dumai. Daerah di
sekitaran itu merupakan kawasan urban. Di situ memang bilangan orang
Melayu nya udah OUTNUMBER. Kalau mau mendengar dialek asli melayu di
kawasan Duri, Mandau ataupun poros Pekabaru-Duri-Dumai, komunitasnya
terlalu terbatas ke perkampungan tertentu dan tentu saja kantor-kantor
pemerintahan.
* Rokan Hilir
Di Rokan Hilir hampir sama dengan di Bengkalis, bahasa melayunya kental
mirip dengan bahasa melayu Johor - Riau - Lingga. Namun juga tak sedikit
yang kata-katanya berakhiran dengan 'o' seperti halnya bahasa Riau
Pedalaman (Kampar dan Rokan Hulu). Asumsi saya ,mungkin dialeg ini
dipergunakan oleh masyarakat Rokan Hilir yang wilayahnya dekat atau
berbatasan langsung dengan Rokan Hulu
Seperti :
Orang - Uyang
Tidak hendak - Tak ondak
Berlayar - Belaya
Beli - Boli
Barang - Ba ang
Jemur - Jemor
Rumah - Umah
Cukup - Cukuik
Lihat - Tengok
Esok - Isok
Selain dipengaruhi oleh bahasa melayu Riau pedalaman, Rokan Hilir juga
dipengaruhi sedikit oleh bahasa melayu deli, batak dan pesisir timur.
* Siak
Sama dengan Bahasa melayu di Bengkalis, selain banyak terdapat kata-kata
berakhiran 'e' lemah juga cukup banyak kata-kata yang berakhiran 'o'.
Di Siak juga pernah ada kerajaan Siak yang merupakan kerajaan melayu
islam terbesar di Sumatera yang turut andil dalam mengembangkan tradisi,
adat-isitadat, budaya dan bahasa melayu secara luas keseluruh
pelosok-pelosok negeri-negeri yang di bawah naungan kerajaan Siak,
seperti Siak,Bengkalis, Rokan, Pekanbaru, dan Kampar.
Kalau di Bengkalis dan Siak juga terdapat perubahan kata-kata sapaan tertentu, contoh : Kamu = "Miko"
* Dumai
Juga sama dengan Bengkalis. Bahasa Melayu juga masih kental disini
bahkan di kota pelabuhan di pesisir timur Sumatea ini juga masih
terdapat perkampungan masyarakat melayu yang masih melestarikan tradisi
dan budayanya.
Di Dumai, bahasa melayu nya kayak melayu kepulauan dengan perubahan kata-kata tertentu pada kata sapaan
contoh : Kamu = "Mike"
* Pelalawan
Di Pelalawan pernah terdapat kerajaan Pekantua dan Kerajaan Pelalawan.
Dua Kerajaan ini merupakan satu galur daripada kerajaan Melaka. Sehingga
bahasa melayu yang mirip dengan bahasa melaka juga berkembang disini.
Namun bahasa dan tradisi di Pelalawan juga turut di pengaruhi oleh
tradisi dan budaya dari ranah Kampar. Dan disini pula pertama kalinya
nenek moyang orang Kampar bermula merantau dari kampar ke Semenanjung
dan kembali lagi ke Kampar melalui Semenanjung Kampar di Pekantua.
* Indragiri Hulu
Di Indragiri Hulu dahulunya merupakan bahagian negeri dari Kerajaan
Indragiri yang bermula dari Keritang Indragiri Hulu. Bahasa melayu Riau
yang kental dengan loghat dan dialeg yang mirip dengan bahasa melayu
Johor-Riau-Lingga masih lestari hingga saat ini. Jika anda pergi ke
Rengat ataupun sekitarnya ,dan menemukan anak-anak bermain bercengkrama
seperti halnya tokoh serial kartun Malaysia, Upin dan Ipin. Di Bahagian
Indragiri Hulu di pedalaman maka bahasa nya pun dipengaruhi oleh bahasa
Kuantan.
contoh :
Saya - saye - awak
kecil - kecik - kocik
kedai - kedai - kodai
* Indragiri Hilir
Sama dengan Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan Indragiri Hulu merupakan
wilayah satu kesatuan di bawah kerajaan Idnragiri. bahasa melayu riau
yang kental namun juga dipengaruhi oleh bahasa Banjar, khususnya di
Tembilahan. Karena masyarakat perantau asal Banjar juga banyak berada
disini. Namun apabila anda ke Mandah ataupun ke pantai solop bahasa
melayu yang dipakai adalah standar bahasa melayu Riau terutama di
desa-desa yang masih teguh memegang adat dan tradisi budaya nenek
moyangnya.
Bahasa di Indragiri Hilir merupakan campuran antara komunitas banjar dengan melayu pesisir dan kepulauan.
* Pekanbaru
Pekanbaru merupakan ibukota provinsi Riau. Jantung dari segala denyut
nadi perekonomian dan pemerintahan dari segala penjuru negeri. Tentulah
saat ini Pekanbaru berkembang menjadi kota besar yang pesat
perkembangannya. Tidak lagi kita temukan mayoritas masyarakat yang
berbahasa melayu disini. Seperti halnya kota-kota besar lainnya di
Indonesia, Pekanbaru merupakan kota yang masyarakatnya heterogen. Selain
daripada masyarakat Riau sendiri, Pekanbaru asli, juga ada masyarakat
minangkabau, jawa, batak, Medan, Sunda, Bugis, Banjar, Palembang, Aceh,
dan sebagainya.
Bahasa melayu Riau asli Pekanbaru juga masih ada meski Pekanbaru juga
diramaikan oleh bahasa-bahasa warga pendatang, karena pada hakikatnya
Pekanbaru zaman dulunya merupakan daerah kampung melayu yang didiami
penduduk melayu Siak yang sangat sedikit populasinya pada saat itu.
Seperti yang kita ketahui, Pekanbaru dahulunya adalah negeri bahagian
dari Kerajaan Siak, dan sebagai negeri pembatas antara Riau pesisir dan
Riau pedalaman sehinngga budaya tradisi Riau daratan bercampur baur
disini terlebih ketika bandar Pekan telah dibuka oleh Sultan Siak.
Karena dibawah naungan Kerajaan Siak kala itu yang memindahkan pusat
pemerintahannya di Senapelan , maka tentulah segala budaya,adat
istiadat, tradisi dan budaya Siak berkembang di Senapelan,Pekanbaru.
BACA : SEJARAH BAHASA DAN TRADISI ASLI PEKANBARU
Betul, bahasa dan tradisi melayu di Pekanbaru yang ditutur oleh penduduk
asli Pekanbaru sangat mirip dengan bahasa asli Siak, Perawang, dan
Gasib.
Seperti : (pakai frasa paling gampang sejagat aja,,, "Kamu Hendak Pergi Ke mana?")
Bahasa melayu Pekanbaru : "Awak tuh nak pegi kemane?" atau "Awak nak pegi kemano?" atau bisa juga "Kau nak pegi kemana?"
Selain bahasa melayu Pekanbaru, juga banyak terdapat bahasa melayu
Kampar, karena Pekanbaru juga merupakan daerah yang sangat dekat dan
dikelilingi oleh daerah Kampar ,sehingga perpaduan tradisi dan bahasa
itu juga berkembang terutama daerah-daeah Pekanbaru di kawasan daratan
atas, barat dan selatan.
Pekanbaru sekarang adalah kawasan urban seperti halnya dengan kota-kota
besar yang lain, penduduknyapun heterogen. Di situ memang bilangan orang
Melayu nya udah OUTNUMBER. Kalau mau mendengar dialek asli melayu di
Pekanbaru, komunitasnya terlalu terbatas ke perkampungan tertentu di
pinggir sungai (dan tentu saja kantor2 pemerintahan).
Dialek Riau Pedalaman
* KAMPAR , ROKAN HULU , KUANTAN SINGINGI
Sekilah sejarah , di Rokan Hulu terdapat kerajaan Rokan, Di Kampar
terdapat kerajaan Kampar, Kuntu Darussalam, Kerajaan Gunung Sahilan. Di
Kuatan juga terdapat kerajaan Kuantan.
Kawasan Riau bahagian Hulu atau Riau pedalaman meliputi Kampar, Rokan
Hulu, dan Kuantan Singingi. Bahasa Riau pedalaman ini, merupakan bahasa
asli melayu Sumatera dan mirip dengan dialek minangkabau.
Secara adat juga mirip dengan minangkabau. Namun bisa dikatakan pula
bahwsannya daerah-daerah ini adalah daerah dengan bahasa dan adat asli
melayu darat di Sumatera.
Dan untuk diketahui juga bahasa melayu di Riau pedalaman juga mirip
dengan bahasa melayu di Negeri Sembilan dan Pahang. Bahkan nenek moyang
atau tetua masyarakat di Negeri Sembilan, Pahang, Kuantan, Perak di
Malaysia selain berasal dari minangkabau, mereka juga ada yg berasal
dari atau perantau-perantau atau masyarakat dari Kampar, Kuantan dan
Rokan Hulu. Paling banyak adalah perantau dari Kampar.
Namun sangat berbeda dengan bahasa minangkabau sesungguhnya.Bahkan bila
kita tarik lagi lebih ke dalam lagi hingga ke daerah Pangkalan di
perbatasan Riau-Sumbar juga hampir sama dialeknya dengan masyarakat
Kampar. Disana masyarakatnya juga lebih condong ke Pekanbaru.
Namun, bila kita lebih menulusuri lebih dalam ke ranah Kampar,Kuantan
dan Rokan Hulu, ternyata di setiap desa atau kampung masih terdapat
perbedaan bahasa-bahasa di negeri itu sendiri. Di Kuantan, misalnya, di
setiap kampung itu berbeda bahasanya.
* Kampar
Kampar sangat identik dengan sebutan Kampar Limo Koto. Limo Koto terdiri
dari Kuok, Bangkinang, Air Tiris, Salo, dan Rumbio. Terdapat
banyakpersukuan yang masih dilestarikan hingga kini. Sangat penting
rasanya anak kemenakan mendapat penjelaskan posisi adat kampar sebagai
sebuah budaya asli masyarakat kampar bukan saduran dari minangkabau .
Karena budaya suku turun ke ibu adalah produk hindu..bukan produk
minang, ungkap situs-situs sejarah yang menjadi jati diri suku ocu.
Dijelaskan bahwa minanga tamwan dalam prasasti kedukan bukit bukan
berarti minang, tapi pertemuan dua sungai kampar kanan dan kiri yang
menjadi pusat kerajaan sriwijaya, masyarakat kampar harus tahu
bahwasanya pagaruyung adalah kerjaan yang jauh lebih muda (zaman maja
pahit) dan bukan pusat budaya Kampar.
Kaji dan analisis dua keterangan sejarah melalui BAKABA TAMBO ADAT
MINANG KABAU dan buat perbandingan dengan kajian SULALAT AL-TSALATSIN,
itu jati diri suku ocu.
Bahasa yang dipakai di Limo Koto, yang juga kemudian menjadi bahasa
Kampar adalah bahasa Ocu. Di samping itu, Limo Koto juga memiliki
semacam alat musik tradisional Calempong dan Oguong.
Di samping julukan BUMI SARIMADU kabupaten Kampar juga terkenal dengan
julukan SERAMBI MEKKAH di propinsi Riau,ini disebabkan masyarakatnya
yang 100% beragama Islam (etnis ocu),demikian juga dengan pakaian yang
sehari-hari yang dipakai bernuansa melayu muslim.
Masyarakatnya sendiri merupakan masyarakat dari suku Ocu yang merupakan
salah satu bagian dari suku yang ada dalam imperium Melayu Riau, Suku
Ocu mempunyai ciri dan kateristik yang khas. Bahasa Ocu juga menjadi
bahasa sehari hari, dalam kosa katanya banyak kemiripan dengan bahasa
Minang Sumatra Barat namun dalam vocal dan dialek sangat kental dengan
Melayu lagi lagi ini menjadikan bahasa Ocu khas.
Selain mengikuti pemerintahan yang ada, masyarakat Kampar juga patuh dan
diatur oleh sistim pemerintahan adat yang diatur dalam kelembagaan adat
mulai dari tingkat kampuong, nagohi (negeri) hingga koto dan Andiko 44
sebagai federasi yang memerintah Kampar secara keseluruhan, dan
perangkat pemerintahan ini disebut dengan Ninik Mamak yang dipimpin oleh
Penghulu.
contoh :
saya - awak - deyen
anda - kau
pergi - poyi
pekan - pokan
kecil - kocik
kedai - kodai
mau - mo
abang - Ochu atau abang
kakak - kakak
abang lelaki tertua - onshu
* Kuantan Singingi
Menurut sejarah, daerah ini dikenal dengan sebutan Rantau Nan Kurang Oso
Duo Pulua”, artinya negeri tempat perantauan yang mempunyai sembilan
belas koto (negeri) atau dua puluh kurang satu koto. Daerah Kuantan pada
bagian barat (hulu) berbatasan dengan Provinsi Sumatera barat, pada
bagian timur (hilir) berbatasan dengan Desa Batu Sawa, pada bagian
selatan berbatasan dengan Provinsi Jambi, dan bagian utara berbatasan
dengan Kabupaten Kampar.
Bahasa Kuantan namanya. Dan sukunya disebut Melayu Kuantan dan beradat juga dekat ke minangkabau.
Di Kuantan Singingi bahasa Kuantan boleh jadi berbeda dialek antara
tiap-tiap desa. Bahasa dan dialek Kuantan mirip dengan bahasa minang
Harap dipahami bahwa adat-budaya di Kuansing itu merupakan perbancuhan
dari pengaruh Datuk Perbatih dengan Datuk Tumenggung. Kerajaan Kuantan
ada pada abad ke-7 Masehi sedangkan Pagaruyung antara abad ke13 dan 14.
Jadi, tak bisa disimpulkan secara sempit bahwa adat-budaya Kuansing itu
berasal dari Minangkabaiu dan sebagainya. Dan arsitektur digambar ini
merupakan 100% Minang, karena merupakan tempat tinggal Keluarga Raja
Pagaruyung
Ada juga di beberapa daerah Kuantan yang berbatasan dengan daerah
Indragiri juga ada mix bahasa Kuantan dan bahasa melayu Indragiri.
Bahasa Kuantan , misalnya :
- hampir sama dengan bahasa Kampar
ada pula tata ucap seperti ini :
"Kamu Hendak Pergi Ke mana?" - "Kau Nak Poii Ka Mano?"
Jalur, disebut "Jalu" atau "Jalue"
Teluk, disebut "Taluk" dan "Toluk"
* Rokan Hulu
Di Pasirpengaraian dan Dalu-dalu saja (bukan yang Ujungbatu ), tidak
akan ada orang Melayu Rohul (yang mengamalkan sistem patrialisme) mau
dibilang bahasanya mirip bahasa Minang. Kalau pun harus mengalah pada
akulturasi, memang betul bahasa Melayu Rohul itu "mix 3 bahasa" antara
Mandailing, Melayu, dan Minang. Bahkan orang Mandailing pun banyak yang
lebih mengakui diri mereka sebagai melayu ketimbang batak. Contohnya
saja Soeman Hasibuan mengaku kalau dirinya seorang melayu.
kesimpulan (pakai frasa paling gampang sejagat aja,,, "Kamu Hendak Pergi Ke mana?")
ROKAN dan KAMPAR : "Awak Nak Poii Ka Mano?" atau "Kau Nak Poii Ka Mano"
Panggilan sapaan :
Saya ,disebut "awak" atau "ambo"
Panggilan abang , disebut "abang" , "Ochu" , atau "Udo"
panggilan kakak , disebut "kakak" namun ada juga yang memanggil dengan "uni"
Panggilan adik, "adek" , "adiak".
Di Rokan Hulu,
Saya = "Aku"
Istilah "pemanis kata" seperti "Ojeee", "Ondee", dan "do" jg sering dipakai..
Dan walaupun mirip bahasa minang, daerah ini tidak menggunakan kata "Ciek" untuk mengacu angka "Satu".
Orang (dalam melayu : oghang) = "Ughang"
Pasar = "Pokan"
Kedai = "Kodai"
"Tak Ada"
Rokan Hulu : Indoww laiii / indak laiii (Lai di baca panjang di vokal "iii" )
Kampar dan Kuantan : Indak ado
Namun secara adat upacara , semisal kalau perkawinan memakai pantun adat berbahasa Melayu Pesisir ... Yang logat "e" lemah itu.
Perbedaan bahasa melayu di Riau daratan batasnya di Pekanbaru. Disini semua tercampur.
Anggap lah siak, dumai, bengkalis, kepulauan mempunyai dialek yang sama.
sedangkan untuk Kampar Raya kebanyakan berbahasa "ocu"..
kenapa bahasa melayu Riau pedalaman(Kampar, Rohul, Kuansing) dibilang mirip bahasa minang?
jawabannya simpel aja. karena telinga orang melayu pesisir dan kepulauan
mendengar bahasa orang Riau Pedalaman sangat mirip dengan bahasa
minang.
Saya ketika pertama kali mendengar juga berpikir seperti itu, setelah
punya temen banyak orang Kampar, Kuansing,dan Rohul dan sedikit bisa
bahasa itu baru saya mengerti perbedaannya.
kasus ini sama halnya kalo kita berbahasa melayu di jawa.. akan dianggap
berbahasa minang karena memakai akhiran "o". karena itu asing ditelinga
mereka.
walaupun ga semua yang memakai akhiran "o" itu orang minang.
Bangga Berbahasa Melayu
catatan : Penulisan ini merupakan kesimpulan sementara dan tidak bisa dijadikan kajian ilmiah, terimakasih